Hujan dan petir yang mengawali pagi ini. Setelah beberapa hari di beri tuhan hawa yang panas akhirnya diturunkan hujan untuk menyejukkan pagi ini. Lisa berada di mobil ayahnya dengan perjalanan menuju sekolah. Ia teringat dengan kejadian semalam.
Lisa mendengan perkataan tersebut langsung memutuskan kontak mata dan menjauhkan diri dari Raka.
Mereka berdua sama - sama terdiam.
Tidak lama Bianglala itu berhenti menurunkan mereka dan beberapa pengunjung yang lain.
Raka mengantarkan Lisa pulang, selama di perjalanan mereka berdua terus dia seolah berfikir sesuatu yang ingin saling di sampaikan. Tiba di rumah Lisa.
"Lo egois, Rak! Gue harap setelah hari ini lupain apa yang telah terjadi, balik seperti semula sebatas teman. Lo tu harusnya inget! Lo tu udah punya Kania! Lo bilang kayak itu seakan - akan gue itu selingkuhan Lo! Lo tu jahat, Rak!"
Lis mengakhiri dengan nada menangis."Dan lo, Lis. Lo kira mungkin gue gak tau kalau lo suka sama gue! Lo kira gitu? Salah, Lis! Gue tau semuanya."
Lisa menerjab mendengar itu semua, bagaimana Raka tau soal menyukainya.
"Gue gak mau lo tersakiti gara - gara gue." Ujar Raka lirih.
"Dan asal lo tau, lo udah nyakitin gue dari awal, Rak. Kalo emang gak mau nyakitin, dari awal lo jangan jadian sama Kania!" Batin Lisa menjerit ingin dikeluarkan tapi ia tahan.
"Terserah! Gue gak peduli. Lo sekarang udah punya Kania! Jaga dia baik - baik." Lisa pergi meninggalkan Raka yang masih menatapnya dengan lirih.
Lisa tersentak ketika Darwin menepuk bahanya, karena ia melamun teringat kejadian semalam.
Lisa pamit kepada Darwin, segera turun dari mobil dan melangkah ke arah kelasnya. Lisa sedikit aneh dengan teman angkatanya dan adik angkatannya menatapnya dengan sinis. Tanpa peduli, ia terus berjalan ke arah kelasnya.
Tapi ketika mau masuki kelas tangan Lisa dicegat Chika, "Gue denger - denger, lo PHO ya?" Chika menyeringai.
"Eh, tapi emang bener sih lo PHO. Gak sadar diri sih, sering - sering ngaca mbak. Yang lo rusak hubungan tu, hubungan sahabat lo sendiri!" Suara Chika terdengar cukup keras, sehinggal menimbul banyak pasang mata menatap keduanya.
Lisa terdiam. Kata - kata Chika benar adanya, selama ini ia sudah jadi perusak hubungan Kania dan Raka.
GUE BENCI! kenapa perasaan ini bisa suka sama Raka! Kenapa perasaan ini buat gue buta segalany.. gue benci..
"Sudah? Sekarang, lepasi tangan gue." Chika malah mengeratkan pergelangan tanyannya.
"Heiii! Lo gak tau malu ya? Gak berdosa bangeti sih lo!" Ujar Chika sambil menunjuk muka Lisa.
Lisa menghela nafas, "Chik, gue yang ada masalah sama Kania. Please, gak usah ikut campur urusan gue."
Lisa menarik tangannya secara paksa, yang awalnya ingin masuk kelas, malah melangkah ke arah perpustakaan.
***
Tett--tett...
It's time to the rest.Lisa menggeliat dari tidurnya dan menggerakkan tubuhnya sera perlahan, terasa punggungnya sedikit sakit karena tidur terlalu lama dengan posisi menenglengkupkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Pukul 09.45 yang waktunya istirahat, Lisa baru sadar ternyata dia sudah bolos di dua mata pelajaran, untung bukan mata pelajaran utama. Yang lebih untungnya lagi, tidak ada penjaga perpustakaan yang mengceknya tidur. Lisa bersyukur akan hal itu.
Lisa beranjak keluar dari perpustakaan, sebenarnya ia tidak ada minat sama sekali untuk keluar dan mendengar comohan orang - orang yang sangat hobby mengurusi hidupnya. Tapi, Lisa sadar tidak seharusnya masalah ini ia hindari.
Langkah kaki Lisa mengarah kantin. Pikir Lisa sekarang, terserah orang mau ngomong apa yang penting perutnya harus terisi terlebih dahulu. Lisa memesan bakso dan duduk sendirian di pojok kantin, ngenes banget, sih. Pesanan datang, Lisa segara memakannya, tetapi gerakkannya terhenti ketika mendengar.
"GUYS!! PHO ADA DIMANA - MANA! Kalian tau? sahabat bisa jadi PHO loh." Chika berkoar yang membuat seisi kantin terdiam.
Lisa mendengus kasar.Cih, cabe lagi caper. Lisa mendecih.
Tanpa mendengarkan Chika yang terus menyindirnya, Lisa tetap melanjutkan makanannya.
"Bomat! Yang penting perut gue terisi." Gumam Lisa.
Setelah menyelesaikan makanannya, Lisa beranjakberdiri dan berjalan ke arah Chika yang tengah asik bergosip mungkin. Gosipin siapa lagi, kalau bukan tetang Lisa. Orang kok, hobby banget ngurusi hidup orang.
Dengan membawa minuman yang berada di tangannya, Lisa dengan sengajanya menumpahkan minuman ke Chika.
"Aduh. Sorry yah, gue sengaja sih numpahinnya." Balas Lisa menyeringai.
Tanpa aba - aba, Chika juga mengambil minumannya dan segera menumpahkan ke Lisa, tapi sebelum itu terjadi Lisa sudah menahan tangannya.
"Kok bales sih? Tapi, sayangnya gak kena!" Lisa menjulurkan lidahnya seolah mengejek Chika.
Chika menggeram, "Maksud Lo apa? Hah?!" Chika meninggikan suaranya, sehingga menimbulkan siswa - siswi yang berada di kantin menoleh lagi ke arah mereka.
"Cabeku sayang, gue mau lo berhenti ngurusi hidup gue!" Lisa berbisik memperingati dan segera pergi meinggalkan Chika dan tidak lupa menyenggol bahu Chika dengan sangat kuat.
Chika terdiam, tetapi hatinya memaki Lisa.
***
Cari Kania! dua kata itulah yang terus tergiang dikepalanya. Untung saja, setelah istirahat ini guru - guru mengadakan rapat entah membahas apa. Lisa terus mencari Kania, sesekali ia bertanya pada orang - orang terdekat Kania, tapi nyatanya mereka tidak tau sama sekali. Lelah mencari, Lisa memutiskan menuju raftoop untuk menenangkin diri sebentar dari permasalahan yang telah terjadi.
Lisa membuka pintu raftoop tersebut dan betapa terkejutnya ketika melihat sepasang kekasih yang sedang tertidur, dimana sang perempuan di pelukan sang lelaki. Sedangkan sang laki - laki merangkulnya sangat erat.
Air mata Lisa meluruh turun membasahi pipinya. Sakit. Itu yang dirasakan hatinya. Lisa pergi meninggalkan kedua orang tersebut dan berlari menuju arah taman. Tangisnya terus menjadi.
Ikhlas, Lisa! Sadar, Lisa! Mereka wajar seperti itu karena mereka pacaran!
Lisa menguatkan dirinya. Dan akhirnya, tidak perlu lagi penjelasan dari dirinya. Semuanya bahagia dan meninggalkan dirinya yang terluka.
***
- BERSAMBUNG -
Thank you for reading😊
---
Palembang
[28.07.2018]
---Lalla🌸
YOU ARE READING
LISA
Teen FictionSahabat atau Cinta? 3 kata 15 huruf. Sebuah pilihan yang sulit. Elisa Salsabila atau Lisa panggilan akrabnya, merasakan hal tersebut. Ketika sahabat kecilnya, Kania Valleri menyukai orang yang sama dengannya. Membuat semuanya jadi sulit. Di satu si...