CHAPTER TEN

1.3K 250 54
                                    

"Bang, bantuin Nathan kerja PR, yuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bang, bantuin Nathan kerja PR, yuk. Bang Kefas kok belum pulang-pulang, ya?"

Galang menarik kursi yang ada di sebelahnya, mengajak Nathan untuk duduk dan mengerjakan PR bersamanya.

"Bang, Nathan pengin deh, jadi juara satu kayak Bang Galang sama Bang Kefas waktu SD."

Galang tertawa singkat. Ya, dulu waktu SD, bisa dibilang Galang mendapatkan peringkat satu, selain karena dia memang mudah menyerap penjelsasan guru dengan mudah, dia juga ingin menyamai Kefas dalam hal sekolah dan perintilannya.

"Makanya belajar yang rajin," ucap Galang.

Keduanya bekerja dalam keheningan sampai Nathan berdiri dan berkata, "Nathan ke toilet dulu, ya."

Galang menangguk. Cowok itu menarik buku tugas Nathan untuk mengecek pekerjaannya, tapi perhatian Galang teralihkan oleh sebuah kertas yang jatuh. Galang mengulurkan tangannya untuk mengambil kertas itu.

Galang membuka lipatannya, membaca perlahan. Pelan tapi pasti, pupilnya melebar karena surat ini. Ini surat tagihan uang sekolah Nathan yang ternyata, sudah menunggak sejak Desember, sedangkan sekarang sudah Agustus.

Kenapa Kefas tak sadar?

Galang mengembalikan kertas itu di antara buku tugas Nathan ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka.

"Bang, Abang mau minum?" teriak Nathan dari dapur.

"Nggak!" teriak Galang, cowok itu lebih ingin menanyakan soal surat tagihan tadi pada Kefas yang baru saja datang, tapi urung ketika melihat abangnya memasuki rumah dengan wajah babak belur.

"Kenapa lo?" tanya Galang dengan suara yang dikontrol agar tak terlalu keras.

Kefas tertawa pelan, lalu mengempaskan pantatnya ke kursi di sebelah Galang. "Preman sialan. Gua udah bilang kalau gua pasti bakal bayar, tapi sabar. Dikira gampang ngumpulin uang sebanyak itu? Emang dasarnya bego aja makanya bisanya mukulin orang doang."

Nathan yang baru saja kembali dari dapur dengan cepat berbalik untuk mengambil handuk kecil dan sebaskom air. Dia tak tahu harus melakukan apa selain memberikan pertolongan mengobati.

Galang mengembuskan napas. Nominal sebanyak itu, tidak bisa dikumpulkan hanya dari hasil part time Kefas, tapi Galang juga tak menjamin akan selalu memenangkan pertandingan. Dia tahu, keberuntungan sewaktu-waktu bisa berpindah kubu.

Tak ada pilihan lain.

Atau ada, tapi Galang hanya bisa membatasi dirinya dalam satu pilihan.

Atau ada, tapi Galang hanya bisa membatasi dirinya dalam satu pilihan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
lost boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang