6. Kali kedua

3.9K 424 27
                                    

Sudah kesekian kalinya (Namakamu) menghubungi Iqbaal. Tetapi hasilnya tetap sama, tidak diangkat.

"Hmm kemana ya? Katanya tadi janji mau anter" (Namakamu) bergumam. Setelahnya ia kembali mencoba menghubungi Iqbaal. Dan akhirnya usaha (Namakamu) sia-sia.

(Namakamu) menghembuskan napas kasar kala melihat jam menunjukkan pukul setengah sepuluh. Pasalnya hari ini ia ada jadwal terapi dan Iqbaal sudah berjanji untuk menemaninya.

Saat ini kedua orang tuanya sedang berada di luar kota bersama kedua mertuanya. Jadi sangat tidak mungkin jika (Namakamu) minta diantar. Atau minta tolong kepada Teteh yang sedang liburan di Jepang, sangat tidak mungkin.

"Gue gaenak kalo harus ganggu Maura atau Namira, apalagi Bianca. Apa gue minta anter pak supir aja ya?" ujarnya bermonolog.

Keputusan akhirnya (Namakamu) pergi diantar pak supir. Bagaimana lagi? Mau tidak mau (Namakamu) harus pergi sendirian. Dan lagi lagi alasannya hanya karena Iqbaal tidak mengangkat telfon.

☁☁☁

"(Nam), aku pulang"

Tentu saja itu suara Iqbaal. (Namakamu) masih dapat mendengarnya walaupun ia berada di dalam kamar. Sedikit tersemat rasa kecewa di hati (Namakamu) saat melihat wajah Iqbaal yang begitu senang seperti merasa tidak bersalah.

"Eh udah pulang. Capek banget ya? Pasti iya dong kan kamu sibuk hari ini"

Iqbaal tersenyum lalu menggeleng. "Nggak kok"

"Masa? Kalo ngga sibuk, kenapa aku telfon ga diangkat?"

Iqbaal mengerutkan keningnya. "Emang kamu ada telfon aku?"

"Ada. Aku juga chat kamu nitip makanan, ngga baca ya?"

Sepersekian detik kemudian raut wajah Iqbaal berubah. Ia semakin terdiam kala mendengar ucapan sang istri.

"Padahal tadi pak supir nawarin aku beli makan dulu atau ngga. Tapi karna aku pikir udah chat kamu ya gajadi. Eh ternyata ngga dibawain titipannya. Maaf ya ngerepotin"

Iqbaal terdiam sejenak. "Kamu pergi sama pak supir? Kemana?"

"Udah aku tebak kamu pasti lupa. Hari ini aku ada jadwal terapi"

Oh sial.

Bagaimana bisa Iqbaal melupakan hal penting seperti ini?

"Yaampun sayang maaf ya, aku tadi meeting seharian jadi handphonenya aku silent" sesal Iqbaal.

(Namakamu) tersenyum paksa. "Gapapa, aku udah biasa sendiri kok. Yaudah kamu mandi gih, tadi aku udah suruh bi Asih siapin air. Bajunya juga udah aku taro di kasur. Aku mau pamit dulu ke supermarket sama pak supir sama bibi juga" pamitnya.

"Ngapain ke supermarket? Sama aku aja ya?"

"Aku mau beli sayuran sama semua perlengkapan masak yang lagi habis. Jadi nanti bisa masak buat makan. Ngga usah, nunggu kamu lama. Aku keburu laper"

Kemudian (Namakamu) memutar kursi rodanya menuju keluar kamar. Meninggalkan Iqbaal dengan rasa bersalahnya seorang diri.

"Maafin aku (Nam)" lirih Iqbaal sesaat sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

Sementara itu, (Namakamu) tersenyum simpul saat mendengar kalimat,

'Hari ini pak Iqbaal tidak ada jadwal meeting. Lagipula beliau tidal berada di kantor hari ini'

(Namakamu) mematikan telfon secara sepihak. Penuturan dari sekertaris suaminya barusan membuat rasa kecewanya semakin bertambah.

"Iqbaal bohong pasti ada alasannya" (Namakamu) berucap pelan.

Sequel Love [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang