23. Their story

2.6K 364 12
                                    

Malam ini hujan deras mengguyur kota Jakarta. Saat jam menunjukkan pukul sepuluh, Iqbaal belum juga pulang ke rumah. Padahal Pak Hanif sudah pergi menjemput Iqbaal sekitar dua jam yang lalu.

Nayara sudah tidur sejak tadi. Saat ini (Namakamu) sedang mondar-mandir di ruang tamu. Ia khawatir dengan kondisi Iqbaal. Pasalnya saat (Namakamu) menelfon Iqbaal, nomor suaminya itu tidak aktif.

"Ibu belum tidur?" tanya Bi Asih saat melihat majikannya itu di ruang tamu.

"Belum Bi. Saya masih nungguin Iqbaal, sampe jam segini belum nyampe juga. Padahal udah dari tadi pak hanif jemputnya"

"Mungkin kena macet bu"

(Namakamu) hanya mengangguk pelan. Tidak lama kemudian ia mendengar suara pintu diketuk. Karna memang posisinya dekat dengan pintu, (Namakamu) pun langsung membukanya.

Yang pertama kali (Namakamu) lihat adalah Iqbaal. Suaminya itu berdiri dengan seluruh tubuhnya yang sudah basah kuyup.

"Astaga, kamu kenapa hujan-hujanan sih? Terus jas sama tas kerjanya dimana?"

Bi Asih segera pergi untuk mengambilkan handuk. Tidak butuh waktu lama Bi Asih sudah kembali ke ruang tamu. (Namakamu) menerima handuk dari Bi Asih, kemudian memberikannya kepada Iqbaal.

"Tadi pas udah sampe depan komplek tiba-tiba mobilnya mogok, untung bengkel di depan masih buka. Karna dibenerinnya agak lama jadi aku minta tolong Pak Hanif aja buat nungguin. Pas aku liat di mobil ternyata gaada payung. Yaudah aku nerobos hujan aja" jelas Iqbaal panjang lebar.

"Kenapa gak telfon aku? Kan aku bisa jemput kamu kesana"

"Nah itu. Masalahnya handphone aku lowbat, Pak Hanif ternyata ngga bawa handphone"

Tentu saja (Namakamu) khawatir. Bagaimana jika Iqbaal jatuh sakit? Bukannya berlebihan, tapi (Namakamu) jelas tau bahwa akhir-akhir ini Iqbaal sering kelelahan karna pekerjaannya yang menumpuk. Jika kondisi tubuhnya sedang tidak fit makan kemungkinan besar kehujanan akan menjadi faktor pemicu yang sangat berpengaruh bagi kesehatannya.

"Bibi, tolong bikinin air asem pake gula merah ya. Rebus airnya sampe mendidih aja" ujar (Namakamu) yang kemudian berlalu untuk menyusul Iqbaal pergi ke atas.

Setelah mandi keramas dan mengganti pakaiannya, Iqbaal segera merebahkan dirinya di kasur.

(Namakamu) menempelkan punggung tangannya dengan dahi Iqbaal. Agak panas ternyata.

"Pusing ya?" tanya (Namakamu) yang hanya dibalas dengan anggukan.

Tidak lama kemudian minuman hangat yang tadi (Namakamu) pesan diantar oleh Bi Asih.

"Nih kamu minum yang anget-anget dulu"

Iqbaal bangun dari posisi berbaringnya. Kemudian menerima cangkir yang disodorkan oleh (Namakamu).

Mungkin karna merasa hawa yang dirasakan dingin, dalam waktu sekejap saja Iqbaal sudah menghabiskan minuman tersebut.

"Tadi udah sempet makan di kantor?"

"Udah bun"

"Mau makan lagi nggak?" tanya (Namakamu) memastikan.

"Enggak deh"

Jika sudah seperti ini, (Namakamu) yakin Iqbaal pasti akan segera tertidur. Ia pun menarik selimut sampai batas dada suaminya dan tidak lupa mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu dingin.

☁☁☁

Pukul tiga dini hari, (Namakamu) terbangun karna merasa Iqbaal memanggilnya. Padahal saat ia bangun Iqbaal masih memejamkan matanya. Tetapi memang kadang menyebut namanya atau Nayara.

(Namakamu) bangkit dan berjalan ke arah box bayi Nayara. Putrinya itu masih terlelap dengan tenang. Kemudian ia kembali berjalan ke ranjang miliknya. Mengecek suhu badan Iqbaal yang sepertinya bertambah panas.

Benar saja. (Namakamu) meringis pelan saat memegang dahi suaminya itu. Ia pun segera keluar dari kamar untuk pergi ke dapur. Diambilnya peralatan untuk mengompres, tidak lupa dengan obat dan termometer. Setelah itu ia kembali ke kamar.

"Hm, pantesan panas banget" gumam (Namakamu) saat melihat angka 37,6 di termometer.

"Ngh, kok kamu belum tidur bun?" tanya Iqbaal yang sepertinya merasa terusik.

"Gimana aku bisa tidur kalo kamunya sakit gini" ujar (Namakamu) sambil meletakkan handuk kecil di dahi Iqbaal.

Iqbaal meringis saat merasakan kepalanya berdenyut kencang. Rasa pusing yang mendera membuat ia tidak ingin membuka matanya.

"Shh, pusing banget aku"

"Terus gimana? Kita ke rumah sakit aja ya?"

(Namakamu) menatap Iqbaal khawatir. Suaminya itu tidak kunjung menjawab. Hanya sesekali meringis pelan.

"Yaudah aku panggil Pak Hanif dulu"

Sebelum (Namakamu) beranjak, Iqbaal terlebih dulu memegang lengannya.

"Gausah. Aku baik-baik aja"

"Katanya tadi pusing banget? Masa gapapa sih?"

Iqbaal tersenyum tipis, kemudian menarik (Namakamu) untuk berbaring di sebelahnya.

"Aku cuma butuh istirahat sama kamu disini. Besok juga udah mendingan"

☁☁☁

1 tahun kemudian

"Sayang kan udah aku bilang packing nya dilanjut nanti, sekarang makan dulu ish" omel Iqbaal membuat (Namakamu) riweuh sendiri jadinya.

"Iya yah sebentar. Nanti kalo bunda udah makan terus nyuapin Naya malah jadi lama. Nanti sore kan kita berangkat"

Iqbaal menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Benar juga apa yang dikatakan istrinya. Kalau sudah menyuapi Nayara makan, bisa bisa semua pekerjaan (Namakamu) terbengkalai. Jadi lebih baik menyelesaikan pekerjaan itu baru makan dan menyuapi Nayara.

Jika kalian ingin tau kemana keluarga kecil ini akan pergi, mereka akan berlibur ke Paris. Karna sore nanti akan berangkat jadi (Namakamu) sedang sibuk mengurus segala keperluan untuk dirinya, suami dan anaknya.

Tiba-tiba Iqbaal teringat akan satu hal. "Ah iya bun, kan kemaren baju sama jas ayah di laundry. Udah selesai belum?"

Sejenak (Namakamu) menghentikan kegiatannya. Kemudian mengangguk kecil.

"Udah kok, tadi Bi Asih yang ngambil. Tapi belum aku bawa keatas. Nanti aku ambilin ke bawah"

"Biar aku aja" ujar Iqbaal menawarkan diri.

"Ngga usah. Kamu bangunin Nayara aja, jadi nanti aku tinggal nyuapin dia makan"

Mendengar itu, Iqbaal tersenyum sumringah. Karna menurutnya membangunkan Nayara adalah hal yang sangat menyenangkan.

"Oke bunda" ucapnya yang kemudian langsung naik ke atas kasur kingsize mereka.

(Namakamu) tersenyum saat melihat Iqbaal yang sedang membangunkan putrinya. Mengenai Nayara, (Namakamu) sebagai orang tua tentu saja merasa bahagia saat melihat putrinya tumbuh dengan baik. Bagi Iqbaal putrinya itu sangat cantik dan menggemaskan. Persis seperti bundanya.













































maapkan diriku yang menggantung cerita ini terlalu lama hehe. Masih ada yang baca ga?:'v

Sequel Love [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang