[19] BAGIAN SEMBILAN BELAS

98 12 0
                                    


Budayakan vote sebelum baca

Jangan lupa follow instagram @meyzayoanda dan wattpad meyunda_ 

Happy reading gaeeesss



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Alodia dan Chico]


"Kata mereka jalannya lambat, salutnya jalan kedepan. Kutanya apa itu. Kata mereka itu kisah cintaku."


Setengah jam sudah waktu terbuang hampa.

Pukul 6 pagi, Alo masih berleha-leha di ruang keluarga bersama abang dan adiknya. Ceritanya mereka nobar. Nonton Upin-ipin yang gak tau kapan gedenya. Anehnya mereka tak pernah bosan dengan suguhan cerita yang berulang kali ditayangkan itu.

Alo santai, hari ini weekend. Biarlah dia menikmati pagi yang indah ini bersama dua orang yang sama-sama pernah menepati rahim bundanya itu. Sementara sang bunda sendiri, sudah sibuk berkutat dengan dapur kesayangannya.

Penat rasanya akhir-akhir ini ia tak langsung pulang kerumah, melainkan sibuk mengajarkan alat musik pada Lion. Jika ia tak langsung ke rumah Lion ya pasti berada di ruang musik sekolah. Yang menjadi titik susahnya ya itu, mengajarkan orang yang tak memiliki kemauan. Bosan juga lama-lama berhadapan dengan Lion, yaa walaupun awalnya senang.

Chico menaruh coklat panas yang telah ia seduh diatas nakas di ruang keluarga. Kemudian ditinggalkannya, katanya mau ambil wafer rasa vanila yang dibeli bundanya satu minggu yang lalu. Chico memang pelit, adik Alo ini selalu menyimpan milik pribadinya di kamarnya. Katanya jika ditaruh sembarang maka akan habis oleh kedua kakaknya ini.

Ia lupa satu hal, ia pergi meninggalkan seduhan coklat panas didekat mereka. Melihat itu langsung saja Arnan menyeruput minuman itu kemudian mengembalikannya lagi ke tempat semula. Alo senyum, menjahili adiknya adalah suatu kesenangan tersendiri. Ia ikut menyeruput seduhan coklat panas yang telah diletak kembali oleh Arnan. Chico menepuk punggung Alo, tersedak Alo dibuatnya. Alo terciduk, sementara abangnya santai pura-pura tak tau apa yang telah ia lakukan.

"Kakak, kenapa minum coklatnya Chico." Chico menggerutu, menggoyang-goyangkan kepala Alo.

Wafer yang tadi dipegangnya diletakkan sembarang, memancing Arnan untuk memalak lagi. Nanti Alo lagi yang kena imbasnya. Sementara Arnan nanti akan melongo dengan muka cengo menyalahkan Alo atas kesalahan yang dibuatnya. Huh, Alo memang berada diposisi yang tidak berpihak padanya sekarang.

Arnan bangkit dari posisi malasnya. Menuju kamar mandi, pamit pada bunda. Katanya ia hari ini akan pergi nonton bersama gebetan barunya. Di setujui pula oleh bunda, malah Alo yang diberi pertanyaan.

"Kamu gak mau jalan Lo?"

Jalan-jalan? Di weekend gini? Ahh ya jelas maulah. "Enggak bun."

"Yaudah, kalo gitu bunda aja yang jalan."

"Loh kok gitu?"

"Kan kamu bisa nemenin Chico dirumah sementara bunda pergi jalan sama temen arisan. Beneran kan gak jalan? Bunda mau atur schedule nih."

"Aduuhh bunda Alo tuh jomblo." Arnan menimpali percakapan Alo dan Bundanya. Tangannya mengacak-acak rambut hitam legam miliknya. "Please deehh ahh bunda. Jomblo mah gaada yang ngajakin jalan getooohh." Tambahnya.

"Cepet banget lo mandi kak." Lirihnya sedikit kaget. Memang benar jika laki-laki mandinya sangat cepat karena tak terlalu banyak yang harus digosok, namun ini terlalu cepat. Baru sekitar dua menit yang lalu Arnan masuk ke kamar mandi, sekarang ia telah keluar menggunakan handuk putih dengan keaadaan kepala basah. "Lebay deh lo."

"Gakpapa lebay yang penting gue gak jomblo." Arnan membela diri.

"Ehh, baru pdkt sama gebetan aja lo udah songong gitu. Gue sumpahin lo ditolak mentah-mentah waktu nembak nanti."

"Ditolak satu gebetan lain masih menunggu." Ujar Arnan berlari kecil menuju kamarnya.

"Cowok emang gitu ya. Gak pernah mikirin ceweknya. Dikira hati ini mainan apa, dideketin Cuma buat stok doang."

Rumah ini berbeda dengan satu jam yang lalu. Sekarang sudah ricuh kembali dengan ocehan Arnan dan Alo. Terkadang disaat ayahnya tidak ada, bundanya harus ambil andil menengahi perdebatan mereka.

"Emang kamu beneran jomblo Lo?" Bundanya bertanya sekali lagi.

"Iya bunda, kenapa sih nanya mulu. Kayak ngejekin Alo aja." Alo berjalan kembali ke sofa ruang keluarga setelah tadi pergi ke dapur.

"Lah terus yang kemarin itu siapa? Yang minta izin buat pemotretan terus ngobrol sama ayah, atau yang nitipin martabak keju ke bunda buat kamu itu?"

Alo berhenti, ia lupa bahwa bundanya terlalu ingin tau untuk masalah anaknya. "Temen." Alo melanjutkan kembali jalannya.

"Temen apa temen? Kamu bisa komentarin kakak kamu aja, bilang laki-laki suka semaunya sendiri lah. Laki-laki suka main hati lah." Bunda berhenti mengiris daun bawang yang sejak tadi dilakoninya. "Kadang kita juga harus mikirin, apa yang ngebuat laki-laki seperti itu. Terkadang sikap yang terlalu cuek atau semuanya dianggap cuma temen walau si cowoknya sudah berjuang, bisa ngebuat si cowok mundur dan memilih target lain. Terus setelah si laki-laki nyaman sama cewek barunya, barulah si perempuan bilang kalau laki-laki suka semaunya."

Ini pagi-pagi sudah ngebaper, bunda mah. Sudah paruh baya juga, masih juga suka ngomentarin asmara anaknya.

"Denger tuh Lo, gak semua pandangan perempuan tentang laki-laki itu bener." Timpal Arnan lagi. Lagi-lagi ia muncul tiba-tiba. Namun kini ia tidak bertelanjang dada lagi, tubuhnya sudah terbungkus rapi dengan denim Levi's dan jaket denim kesukaannya.

Bunda juga, ia perempuan atau laki-laki sih. Kok perkataannya malah ngehunus perempuan gitu.

"Iyaiya denger. Bunda selalu benar." Alo mengalah dibanding pagi indahnya hancur dengan perdebatan dua lawan satu yang jelas ia kalah. "Tapi bunda gak usah repot-repot ngatur scedhule buat jalan sama ibu-ibu komplek, aku aja yang pergi. Bunda dirumah aja temenin Chico, aku masih punya Karin dan Ambar walaupun aku jomblo."

Bunda hanya tersenyum manis. Anaknya yang satu ini bisa saja, ia takkan mau diam tinggal dirumah diweekend ini.

***



Budayakan vote dan komen

Mohon kritik dan sarannya yang membangun yaa gaeess

Jangan lupa follow Instagram @meyzayoanda dan wattpad meyunda_ 

Salam sayang dari author nih

Lopee you gaess

ALIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang