[24] BAGIAN DUA PULUH EMPAT

79 10 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca

Jangan lupa follow instagram @meyzayoanda dan wattpad meyunda_

Happyreading gaeess 


Happyreading gaeess 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[Lion Danang Sugiarto]


"Bersikaplah seperti lilin, walau hanya dipakai sesaat ia tetap berdiri tangguh siap membantu dalam kegelapan."

Lion menghembuskan nafas gusar.

"Lo, gue tau tingkah gue terkadang membingungkan. Permintaan gue bikin ambigu. Tapi percayalah semua kata-kata gue gak lain dari rasa gak ingin ditinggalkan."

"Mungkin sebelumnya aku gak ngerti sama kakak. Jujur, pernah aku ngerasa kakak seenaknya aja. Kakak sering nentuin jadwal sekenanya sampai aku harus atur ulang jadwal aku biar gak tabrakan sama proyek bareng kakak. Tapi, entah mengapa aku terima aja. Seolah memang dari hatiku senada."

"Lo inget waktu gue minta lo buat jauhin Dev?"

"Iya. Sekarang Dev yang kayak ngejauh gitu, bahkan sekedar kontak mata sekalipun. Aku sih optimis aja, mungkin dia lagi sibuk ngurusin acara prom."

"Syukurlah. Lo lihat laki-laki itu?" Lion menunjukkan sosok papanya difoto pada Alo.

Alo mengangguk "Papanya kakak?"

"Laki-laki itu bulan bagi gue waktu balita. Dia selalu ada disaat gue terpuruk, setiap malam berganti cerita yang ia bawakan. Gue sayang dia waktu itu. Tapi setelah insiden mama, gue tau dia bukan bulan yang menyinari bumi dimalam hari. Dia adalah bulan yang diketahui keburukan rupanya, dia main dibelakang mama. Saat itu gue masih terlalu kecil, mama saat itu pasti tau papa ada wanita lain, makanya mama bujuk gue biar ikut nenek kerumah paman. Papa pasti udah bilang ke mama kalau dia bakal pergi setelah ulang tahun gue, makanya mama kayak gitu."

"Perempuan itu, sebelum insiden mama, bahkan dia pernah dateng ke rumah. Gue yang masih kecil anggap dia sosok yang perhatian, karena setiap datang dia selalu bawain gue mainan baru. Dia cukup cantik, tapi gak secantik mama. Dia itu sekertaris papa, bahkan terkadang dulu dia suka nginep disini kalau lembur. Aneh bukan? Tapi saat itu gue gak ngerti."

"Setelah seminggu insiden mama terjadi, papa pulang. Saat itu, gue sangat butuh papa, gue gak ngarepin apapun selain papa pulang. Dan akhirnya papa pulang, gue bahagia bukan main liat mobil papa sampai depan rumah. Gue lupa kalau mama udah nggak ada, rasanya gue pengin peluk papa menangis sejadinya di dadanya."

Dev menatap Alo lamat-lamat, tangannya menggenggam gelas jeruk panas yang tak lagi panas. "Tapi, apa yang bakal lo lakuin kalau yang lo pengin tiba-tiba muncul sebagai sosok yang lain? Gue liat papa gendong anak laki-laki bersama sekertarisnya. Raut mukannya bahagia, seolah kepergian mama bukanlah hal yang besar baginya. Anak laki-laki itu umurnya sekitar satu tahun dibawah gue, dan sekertaris papa itu adalah ibunya. Ibunya bawa dua koper, seolah ingin pindah kesini."

ALIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang