E

749 53 3
                                    

.....

Kedua namja tampan itu sedang duduk diam di ruangan milik daniel, setelah sang pemilik sukses berubah d'signnya karena amarah.

"Kenapa lagi?, ada masalah?" tanya ong to the point.

Daniel diam, menatap bingkai foto itu datar. "Nyokap gue." ong menyernyitkan alisnya bingung.

"Nyokap lo kenapa?" terdengar helaan nafas dari seberang, tepatnya daniel.

"Nyokap gue pengen gue cepet-cepet nikah, sementara bokap ngedorong gue supaya cepet bikin cabang di daerah busan." jelasnya yang membuat ong mengerti.

Daniel sedang dibuat pusing dengan syaratnya sendiri, alih-alih mengancam, justru dirinya yang menerima getahnya.

"Akkk.... Gua harus gimana!!!" pekik daniel frustasi sambil mengacak rambutnya yang memang sudah acak-acakan sedari tadi.

Seongwoo menggelengkan kepala melihat sahabatnya kini.  "Gue ngga tahu harus bantu dengan cara apaan, tapi untuk kali ini gue cuman bisa bilang, ikutin kata hati lo, dan gunain otak lo sebagai pembanding, apa keputisan lo bener atau salah, lo bukan anak muda yang labil niel, lo udah dewasa." setelah berkata panjang lebar, ong keluar dari ruangan meninggalakn daniel yang tengah merenungi ceramah sahabatnya.

"Apa......... Gue......... Harus.......... Bener-bener......... Nikahin.........
tuh cewek?" dan lagi-lagi daniel mengerang frustasi.

****

Di sisi lain, hyura dan jungji tengah berada di salah satu kafe, sedari tadi gadis itu dibuat gemas dengan tingkah anak dihadapannya.

"Hehee... Makannya pelan-pelan, nanti keselek loh." peringat hyura sembari membersihkan bibir jungji yang belepotan karena saos spageti yang dimakannya.

Dengan polosnya jungji mengangguk dan menyendok pastanya secara perlahan.

Membuat hyura spontan mencubit pipi anak itu gemas.
Hingga aktifitas mereka terhenti saat handphone hyura berdering

'Dena is calling you'

"Hallo?,"

"Hallo raa, kau dimana?, cepatlah datang ke sekolah!"

"Kenapa?, apa yang terjadi."

"Ong seongwoo dan bosnya ada disini, mereka mencari dirimu."

"APA..?, apa yang mereka lakukan?"

"Aku tidak tahu, cepatlah jika kau ingin sekolahmu aman."

Tanpa menjawab, hyura segera mematikan sambungan telefon sepihak.

"Ji... Cepetin yaa makannya, kakak harus kembali lagi ke sekolah."

Anak itu menggeleng tanda tak setuju. "Kenapa?, nanti jiji kecelek lagi, jiji macih mau hidup kak." hyura kaget, ternyata anak kecil dihadapannya ini terlalu patuh dengan perintah.

Dengan sedikit desakan namun halus, hyura mengambil alih piring spageti jungji, menyuapi bocah 4 tahun itu, agar cepat selesai.

Setelah selesai, hyura segera menggendong jungji menuju kasir untuk membayar makanan mereka, dan selanjutnya pergi dari kafe.

🏫🏫🏫

Mobil milik hyura mulai memasuki area sekolah, terlihat dari tempatnya sekarang, ibu jungji sedang berdiri tepat di depan gerbang.

Dengan sedikit terburu-buru, hyura menggendong jungji, menuju sang ibu.

"Kak seulgi" panggilnya mencoba untuk tersenyum disaat jantungnya memompa dengan cepat karena merasa gusar dan khawatir.

"Eh.. Hyura, habis jalan-jalan?"

Hyura mengangguk dengan diselingi  kekehan.

"Yaudah... Makasih yaa udah mau jagain jungji, ji?, sini sayang?" anak itu segera turun dari pelukan hyura berpindah pada sang ibu.

"Maaf yaa kak, hyura masih punya urusan penting, lain kali kita jalan bareng gimana?"

"Ngga pa-pa, kakak juga harus cepat pulang, karena papinya jungji udah pulang dari amrik."

Hyura ikut tersenyum. "Yaudah.. Hyura duluan yaa kak, bhayy jungji, lain kali jalan lagi yaa."

Dan setelahnya hyura masuk kesekolah, dengan sedikit tergesa menuju ruangannya.

Cklekk...~

Pintu terbuka, disusul hyura muncul dari baliknya, membuat daniel dan ong melihat kearahnya.

Mencoba menetralkan detakan jantung, hyura berjalan santai kearah tempat duduknya.

"Ekhem.. Ada apa?" tanyanya to the point.

"Saya datang kesini hanya un-----"

Belum selesai bicara, daniel sudah memotong perkataan ong. "Syaratnya." ujarnya sembari menatap hyura datar.

Hyura meremas rok yang dipakainya kuat-kuat, kedua pria ini tidak membiarkannya untuk bersantai barang sehari saja.

"Kami tidak bisa menerimanya." bukan, bukan hyura yang mengatakannya, melainkan dena yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

Daniel menatap dena dengan tatapan nyalangnya.

"Untuk apa kami menerima syarat bodohmu, hanya untuk meneprtahankan sesuatu yang sudah memang milik kami." tukas dena tegas dengan nada yang membentak.

Daniel bangkit dari duduknya secara tiba-tiba. "Kalau begitu, kalian sudah sepakat untuk memberikan tanah ini kepada perusahaan ku."

Hyura menatap daniel tidak percaya. "Tidak!, saya tidak akan pernah memberikan sekolahku kepada kalian...!"

"Jika begitu, artinya kau menerika syaratku."

Hyura diam, begitupun dengan dena. "Fyuuuh..~, beri aku waktu untuk memikirkannya."

Daniel diam sejenak, mempertimbangkan permintaan hyura, sampai pria bermata sipit itu mengangguk. "Waktumu tiga hari, jika sampai tiga hari kalian belum kunjung menjawab, tanah ini menjadi milik ku." dan setelahnya daniel pergi di ikuti ong dibelakangnya.

"Maaf.. Daniel memang keras kepala." hyura dan dena hanya bisa tersenyum.

.....

Halloo...

Part F akhirnya selesai juga...😥😥😥

Gue butuh waktu dua hari loh buat nulis part ini, dikarenakan otak yang ngga selancar kemaren-kemaren, dan di tambah ama UAS, jadi lemot deh.

Hehehee...😅

SYARAT{KDL} -Completed-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang