Kei menghembus kan napasnya pelan, menatap keluar sana yang kini tengah turun hujan lumayan lebat.
"Harusnya kan, hari ini tidak hujan" gumamnya pelan, sebelah tangannya terulur untuk menyentuh air hujan yang terus berjatuhan.
"Oh Kim Kei"
Suara bariton menyahut dari belakang, membuat dia menolehkan kepalanya. Sesosok pemuda bersurai hitam legam kini tengah berdiri di belakangnya, Kei mengenal pemuda itu.
Dia Park Jimin, pemuda yang satu kelas dengannya. Tapi walaupun mereka satu kelas, Kei sama sekali belum pernah mengobrol banyak dengan pemuda itu.
Jimin berjalan untuk menyamakan posisinya dengan Kei, dan Kei hanya memperhatikan pemuda yang tidak terlalu tinggi itu.
"Kau tidak membawa payung ya? Kalau begitu, pakai punya ku saja" ujarnya sambil menyodorkan sebuah payung berwarna hitam pada Kei, Kei terkejut sebentar dan menatap payung yang pemuda itu berikan.
Kei menerimanya dengan ragu, "tapiㅡ"
Baru saja hendak berbicara, si pemilik payung sudah lebih dulu mengangkat tas nya dan menaruhnya di atas kepala lalu berlari menerobos hujan.
Tapi baru beberapa langkah pemuda itu berlari, Jimin kemudian jatuh tersungkur karena terpeleset air hujan.
Karena insiden Jimin jatuh tadi yang menyebabkan Kei jadi merasa tidak enak pun, membuat mereka berdua akhirnya pulang bersama walaupun hanya sampai Halte Bus.
Kedua nya sama-sama terdiam, tidak ada yang memulai pembicaraan lebih dulu.
"Maaf ya, pasti rasanya memalukan pulang bersama dengan anak perempuan" ujar Kei pada akhirnya memecah keheningan, pandangan mata gadis itu menatap lurus ke depan sana.
Jimin yang mendengar itu sontak langsung menoleh dan menjawab dengan tergagap, tanpa Kei sadari, pipi pemuda itu bersemu ketika menjawab ucapan Kei barusan.
"T-tidak kok, kalau sama kamu, tidak"
Kei yang awalnya hanya menatap lurus pun akhirnya menatap sosok Jimin yang berjalan berjalan di sebelahnya.
'Ah, mungkin maksudnya, tidak akan ada yang berpikir macam-macam jika dia pulang bersama ku. Baguslah' pikir Kei dalam hati sambil menatap lurus lagi kedepan. Tapi kemudian kembali mengalihkan pandangannya kearah Jimin.
Netranya langsung terfokuskan pada Almamater bagian pundak pemuda itu yang sudah setengah basah.
"Ngomong-ngomong, pundak mu basah" ujar Kei sembari mengerjap, wajahnya yang imut itu tetap menunjukkan ekspresi datar.
"Tidak usah di pikirkanㅡ"
"Maaf, tapi Kau kehujanan. Jadi lebih dekat lagi"
Jimin mematung ketika Kei tiba-tiba melingkarkan tangannya pada sisi tubuh Jimin, lalu menarik pemuda itu agar berjalan lebih dekat dengannya supaya Jimin tidak kehujanan lagi.
Perbuatan Kei tentu saja membuat Jimin shock bukan main, apalagi Kei melakukannya masih dengan wajah nya yang datar dan tanpa ekspresi sama sekali.
Dia tidak tahu ya, yang Kei lakukan barusan itu berdampak besar untuk kerja Jantung Jimin yang sekarang makin berdetak sangat cepat.
"M-memangnya k-kau tidak malu melakukan hal itu dengan seorang anak laki-laki?" Tanya Jimin tergagap, wajah pemuda itu menjadi merah padam.
Sedangkan gadis yang berjalan di sebelahnya nampak biasa saja, sebelah tangannya bahkan masih melingkar di sisi tubuh Jimin.