"Kei-ya, bisa bantu aku berikan surat ini pada Park Jimin? Kau dekat dengannya kan?"
Kei menatap sepucuk surat yang di sodorkan oleh anak perempuan, lalu menatap anak perempuan tersebut.
"Kenapa tidak kau berikan saja langsung padanya, Haein-ah?" tanya Kei pada teman satu ekskul nya itu, gadis dengan surai panjang itu menggeleng dengan wajah yang merona.
"Aku tidak berani, tolong berikan ini padanya ya. Ku mohon" pinta gadis bernama Haein itu, Kei menatap surat itu, lalu kemudian mengambil nya dan mengangguk.
"Terima kasih, Kei! Kau memang teman terbaikku!"
"Jimin-ah"
Jimin yang tadinya tengah sibuk memasukkan peralatan tulis nya kedalam tas pun lantas menoleh, ketika namanya di panggil.
Ketika dia mengetahui siapa yang baru saja memanggilnya, pipi Jimin perlahan jadi merona. Ya, Kei lah yang memanggilnya.
"A-ada apa?" tanya nya senang
"Maaf mengganggu, tapi aku ingin bicara sebentar dengan mu. Apakah kamu punya waktu saat pulang sekolah nanti?" tanya Kei, dan seperti biasa dengan wajah yang datar tapi terlihat polos.
Entah mendengar hal itu membuat seorang Park Jimin senang bukan main, sangking senangnya sampai membuat kedua pipinya makin merona merah. Dan Jimin juga sampai bangkit dari duduk nya.
"Pasti! Aku punya, kok! Apapun demi kamu, Kei" jawab Jimin cepat dan antusias
Dan untuk pertama kalinya, sudut bibir Kei tertarik membentuk sebuah senyum tipis.
'Jimin itu memang baik, ya?'
Jimin menerima surat yang di sodorkan oleh Kei dengan wajah yang merona, lalu menutup bibirnya yang sedari tadi tersenyum lebar dengan sebelah tangannya.
"Surat? untuk ku?" tanya Jimin sambil menatap surat berwarna putih tersebut, Kei menjawabnya dengan anggukan kepala.
"Waah, Te-terima kasih! Aku tidak menyangka kalau aku akan mendapatkan ini darimu" ujar Jimin dengan malu-malu. Wajahnya sudah full merah, kedua matanya juga berbinar. Dia benar-benar tidak menyangka kalau dia ternyata mendapatkan surat dari gadis yang ia suka.
"Bukan, itu dari Haein"
Jimin tersentak, lalu kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Entahlah Jimin kembali merasakan kecewa ketika mengetahui kalau ternyata surat itu bukan dari Kei, tapi dari orang lain.
"O-oh begitu? Aku jadi malu, hahahaha" kata Jimin lalu tertawa canggung sekali, dia tertawa karena menutupi rasa kecewanya dan juga rasa malunya karena terlalu ge'er.
"Dia mau aku meminta jawaban mu"
Dengan perlahan pemuda itu menurunkan kedua tangannya yang tadi menutupi wajahnya, lalu menghela napas nya pelan.
"Tidak usah di pikirkan, hal seperti ini pasti sangat membebani mu kan?" kata Jimin dengan nada pelan, lalu tersenyum tipis pada Kei.
Dan Kei lagi-lagi membalas senyum itu, tapi Jimin tidak melihatnya karena pemuda itu menunduk.