• Nine : Dream •

678 86 6
                                    

"Jadi kau masih hidup?!"

Jungkook membulatkan matanya dengan sempurna, tangannya memegang erat lengan gadis dihadapannya dan mulutnya kini mengatup rapat bungkam saat tatapannya kini beralih ke bola mata tosca itu.

Iya, Park Haera masih hidup. Ini semua seperti tidak terduga saat kau baru mendengar pendapat orang tentang pertanyaan yang sering mengganjal hatimu dan pikiran, tiba-tiba jawaban itu menjadi sebuah kenyataan yang kini kau sedang melihatnya secara langsung. Layaknya sebuah sihir yang langsung mewujudkan keinginanmu.

Gadis itu masih berdiri tegap di depan kekasihnya, Jeon Jungkook, dan masih mengulas senyum saat penampilannya.. Benar-benar kacau. Ia tak seperti benar-benar seorang Park Haera yang selalu tampil menawan di mata Jungkook.

"K-kau kenapa? Apa yang terjadi? Tidakkah kau memikirkanku saat menghilang secara tiba-tiba? Tidakkah kau tau aku hampir gila saat tau mendengar kabar kematianmu?" Nada getar terdengar jelas.

Haera menunduk, setetes cairan kristal yang turun berubah menderas lebih banyak lagi. Ia menangis karena benar-benar sedih dengan apa yang ia alami selama satu atau hampir dua bulan ini menghilang. Kacau, ia benar-benar kacau balau.

"Jangan menangis, aku tau kau menangis. Tetaplah jadi Haera-ku yang kuat," ucap Jungkook mendongakan kepala Haera, lalu mengusap air mata gadis itu.

Merasa lebih tenang, Haera memeluk Jungkook sebentar kemudian melepaskannya kembali. Ia menghela nafas berat, dan memejamkan mata sesaat.

Frustasi, sama seperti Jungkook. Mungkin lebih berat lagi? Iya.

"Ini semua rencana Ayah tiriku," ucap Haera, memberanikan diri bicara sebenarnya. Sudah cukup ia dibayangi rasa takut pada sosok yang tak pantas disebut dengan 'Ayah'.

Tangan Jungkook menepuk punggung tangannya. "Lanjutkan."

"Sebenarnya, Ayahku juga mencariku. Ayah tiriku hendak membunuhku, dia yang membuat rem mobilku blong saat kemarin kecelakaan. Tapi aku selamat, tapi keadaanku tidak baik jadi aku dirawat oleh warga yang menolongku. Dan, tentang penyakit itu sebenarnya benar. Aku sakit. Aku sudah mengidap Kanker Darah stadium 2 dan juga Radang otak yang sudah parah," Haera berhenti berbicara, tak sanggup melanjutkan kembali. Banyak kebohongan yang ia tutupi selama ini dari kekasihnya.

Dulu, ia merasa penyakitnya akan sembuh dengan perawatan jalan yang ada. Tapi nyatanya tidak, ternyata Kankernya berkembang menjadi stadium 2 dan tepat saat ia baru pulang dari pengambilan hasil Lab. Haera mengalami kecelakaan akibat ulah Ayah tirinya.

Bagaimana ia bisa tau? Dalam mobilnya ada kamera yang terhubung dengan ponselnya, dan langsung tersimpan secara otomatis. Ia berhasil membawa ponselnya tapi sayang ia tidak bisa menghubungi Ayahnya karena ketakutannya itu. Barulah setelah minggu lalu ia melaporkan Ayah tirinya dan dia masuk penjara, Haera baru bisa bernapas lega.

"Kurasa, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita."

Kening Jungkook berkerut, dia tidak mengerti dengan ucapan gadis itu kali ini. "Maksudmu?"

"Aku sudah ceritakan penyakitku pada Ayah, dan dia bilang akan membawaku ke Amerika untuk pengobatan. Aku tak sanggup jika kita LDR," jawab Haera dengan nada serak, tak mampu lagi menyampaikan hal berat tersebut.

"Tapi, Ra. Aku bisa mempertahankan hubungan kita ini, aku sanggup setia LDR denganmu. Aku sungguh mencintaimu," kata Jungkook kini menggenggam erat dua tangan Haera yang penuh dengan bekas luka.

"Tapi aku tidak bisa.. Maafkan aku. Selamat tinggal."

Jungkook terbangun dari mimpi indahnya. Beberapa kali ia mengerjapkan mata sebelum akkhirnya kesadarannya pulih. Kepalanya masih pusing akibat alkohol dan matanya menatap sekeliling kamar yang bukan miliknya.

Tunggu..., ini di kamar Nayeon? Ia hafal betul setiap kamar dari Apartment miliknya.

"Kau sudah bangun?"

Suara halus lembut terdengar. Itu kawannya Jaehyun yang menggunakan setelan kaos dan juga celana training hitam, membawa segelas kopi hangat dan juga sepiring french fries.

Satu persatu kentang itu ia masukan dalam mulut dengan lahap dan juga wajahnya terlihat habis mandi, Segar.

"K..kau kenapa di sini? Jam berapa ini?" tanya Jungkook masih melayang-layang.

"Oh, jam 10. Kau baru bangun setelah mabuk semalam."

"Hah?! A-aku mabuk? Bagaimana bisa?"

"Kau betul tidak ingat? Tapi, Nayeon dan Jaemin bilang ada botol vodka dan juga soju dalam kamar. Aku heran bagaimana bisa minuman laknat itu masuk ke kamarmu, umurmu saja belum 20 tahun." Jaehyun menggeleng pelan kepalanya.

Entah apa yang kawan bergigi kelincinya itu sedang pikirkan, yang jelas mabuk bukan solusi yang bagus untuk menghilangkan setiap beban. Jujur, ia takut juga Jungkook hilang kendali.

Terlalu muda untuk dideskripsikan, tapi satu hal yang pasti kalau Jaehyun tidak ingin kehilangan sahabatnya itu –disamping ia masih memikirkan perihal surat misterius dari seseorang yang mungkin diam-diam menyukainya.

"Oh iya. Kak Junhyung akan pulang sebentar dari camp militer. Dia bilang lusa baru pulang. Setidaknya kau tidak terlihat sedang dalam masalah, Jungkook," ujar Jaehyun.

Jeon Junhyung adalah kakak kandung Jungkook. Dia sedang menjalani tugas sebagai warga negara Korea Selatan yang baik dengan wajib militer selama 2 tahun. Tapi beberapa jama yang lalu, Jaehyun mendapat pesan melalui ponsel Jungkook kalau kakak Jungkook akan pulang.

Kalau ia tidak memberitahu, sudah pasti pria di hadapannya ini akan mendapatkan amukan besar. Junhyung terkenal dengan pribadi yang tegas dan juga tidak mau Jungkook lemah, meskipun sifat baik dan lembut masih bisa diberikan.

"Ah, iya. Nanti aku akan lakukan," ucap Jungkook, kemudian mengangguk.

Sejenak ia memikirkan mimpinya barusan. Haera ada dalam mimpinya, mungkinkah ini sebuah pertanda bagus? Tapi mimpi itu terlalu nyata baginya, karena terlalu indah untuk dilupakan sekaligus paling mengecewakan.

"Jaehyun. Nanti anatarkan aku ke makam."

"Makam? Haera? Tapi kan—"

"Sudahlah. Setidaknya buat aku tenang untuk kali ini."

"Hmm. Baiklah. Jam 3 sore kita ke makam."

"Nanti mampir ke toko bunga. Aku ingin membeli dua buket."

"Dua? Lalu, satunya untuk siapa?"

Entah apa yang harus Jungkook jawab, tapi ia terlalu menyayat dan marah mengingat kejadian masa lalu. Sesaat sebelum Jaehyun datang menjadi sahabatnya.

Helaan napas terdengar lebih berat, dan Jungkook harus menjawab pertanyaan Jaehyun kalau tidak kena omongan paksa.

"Na Yisan."

"Siapa?"

"Dia.. Sebenarnya adalah kakak angkatku."

"Oh, maaf. Aku baru tau."

"Tidak apa. Aku memang tidak pernah menceritakan dia pada siapapun. Karena tak ada barang kenangan yang ia tinggalkan untuk kami."

Hati Jaehyun ikut sedih. Pastinya ketika seorang adik kehilangan kakaknya meskipun bukan satu darah daging tapi mereka sudah bisa terikat batin. Seperti ia dan Jaemin.

Ia kehilangan Ibunya dan Jaemin kehilangan sosok Ayah. Tak ada yang benar-benar sempurna dalam kehidupan yang fana ini.

"Aku akan ikut berdoa untuknya."

Jungkook tersenyum dalam mata sayu. "Terima kasih."

TBC

Ini semakin bertambah tidak jelas.. Hmm. Kayanya konfliknya bakal gak jelas juga, dan rumit. Sekalian riddle😂

Another • 전 정국 • ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang