• Twelve : Hate •

572 72 3
                                    

"DIAM! ATAU AKU AKAN MENGHABISIMU, PAHAM?!"

Kring—

Mimpi buruk lagi.

Sudah enam hari belakangan Nayeon merasakan mimpi buruk yang begitu aneh, terasa nyata dan berkaitan dengan Daniel. Suara orang yang mengancam dalam mimpinya begitu persis namun ia tidak mau menuduh dahulu.

Kepastian akan mimpi itu sama sekali belum benar, itu jelas hanya setelan dari alam bawah sadar kita dengan tubuh mengalami tekanan yang begitu hebat.

Keringat dingin menetes dari pelipisnya begitu banyak. Jelas mimpi itu terasa begitu benar, ia takut kalau mimpi menjadi kenyataan. Ia belum siap.

Jam wecker menunjuk pukul 06.00 KST, ia sedikit bangun dan pasti Jungkook sudah bersiap diri berangkat ke sekolah, begitupun dengan Na Jaemin.
Akibat enam hari ini rasanya Nayeon merasa lebih hati-hati dalam segalanya, arah pandang mata selalu mengawasi sekitar.

Selimut yang menutupi sebagian tubuh kini sudah ia singkirkan dalam sekejap.

Empat bulan dengan Jungkook, iya empat bulan. Tidak aneh kalau sekarang mereka bertambah akrab saja dan selalu melemparkan candaan ketika bersama-sama berkumpul untuk menikmati waktu dengan Jaemin dan juga Jaehyun. Secepat itu mereka akrab? Tidak, proses begitu lama itu membuatnya tidak sedikit mendapat omongan.

"Maafkan aku Jungkook, aku kesiangan lagi," kata Nayeon sedikit membungkukan badan ketika melihat Jungkook keluar dari dapur.

Pria dengan rambut bercat dark brown sekarang itu hanya mengulas senyum tipis. "Tidak, aku juga agak kesiangan hari ini. Kita impas."

"Dimana Jaemin?" tanya Nayeon.

Biasanya mereka berdua ㅡJungkook dan Jaemin sudah ada di ruang tengah ketika Nayeon masih berada di dalam kamar. Tapi remaja lelaki yang lebih sering tersenyum itu tidak menampakan diri sama sekali.

Ada apa dengan Jaemin?

Mungkin dia—

"Sakit. Gak denger kalau semalem dia bersin terus?" Jungkook dengan santai memasukan potongan roti bakar ke dalam mulutnya.

Influenza? Oh iya, sekarang sering hujan di Kota Seoul, jadi wajar saja anak itu sakit. Nayeon menghela napas dan beranjak dari tempat duduknya semula.

Selepas dari kamarnya, dia beralih berjalan menuju ke kamar Jaemin.

Dan benar kata Jungkook, anak itu sedang sakit. Tubuhnya meringkuk dengan berselimut tebal mengelilingi seperti kue bolu roll. Suara bersin-bersin terdengar cukup keras dan Nayeon mendekati Jaemin.

Dia menempelkan punggung tangan ke dahi anak itu, demam. Tubuh Jaemin begitu hangat terpegang oleh indra peraba milik Nayeon, terlihat juga Jaemin agak menggigil. Nayeon menaikan suhu AC untuk keadaan Jaemin yang kurang memungkinkan di suhu rendah.

"Jaem, minum obat ya. Kakak tidak bisa izin hari ini untuk menemanimu. Kalau sudah minum langsung tidur, jangan banyak pikiran," ujar Nayeon yang diangguki lemah oleh Jaemin.

Keluar dari kamar Jaemin, Nayeon mendapat tatapan dari Jungkook. "Bagaimana?"

"Tidak apa, hanya demam biasa. Dia perlu istirahat."

"Oh, nanti aku panggilkan dokter pribadi rumah untuk mengobatinya," kata Jungkook.

Nayeon kaget. "Kamu udah gak takut dokter lagi?"

"Hm? Aku? Kalau dokter jiwa, singkirkan dia dari hadapanku. Aku tidak gila, Bodoh," kata Jungkook sedikit kesal.

"Ah, maaf, maaf. Aku bukannya bermaksud begitu," ucap Nayeon tidak ingin berdebat.

"Makan yang cepat. Hari ini aku ada pertandingan olahraga dengan kelas sebelah," perintah Jungkook.

Dan Nayeon hanya mengangguk sembari menghabiskan sarapannya dengan sangat cepat.




ㅁㅁㅁ




Ini bukan yang diinginkan oleh siapapun, bukan dia ataupun kita.

"Mau apa? Sudah puas membohongiku Haera? Aku sudah mendapat kesakitan yang hebat karenamu," ujar Jungkook dengan sarkasnya.

Gadis di hadapannya ini, sekaligus pacar ㅡah, maksudnya mantan pacar bernama Park Haera sudah dua bulan mendatanginya dan menjelaskan apa yang terjadi.

Trik drama kematian yang bukan untuk lelucon semata itu sama sekali tidak bisa menghilangkan ingatan bahwa Jungkook pernah depresi hanya karena kematian Haera yang dikabarkan mati masuk ke jurang.

Lucu apanya ketika Haera bilang dia ingin memberikan kejutan untuk ulang tahun Jungkook yang ke-18, untuk merayakan hari jadi mereka juga. Ini sama sekali seperti mempermainkan takdir!

Jujur, ia sangat tidak menyukainya. Apalagi kalau semisal Junhyung tau akan hal ini, Haera akan habis-habisan dibenci oleh kakaknya itu karena Junhyung benci ketika ada pendusta.

"Aku hanya inginㅡ kau tau bukan alasannya? Kenapa harus marah seperti ini lagi?" tanya Haera membela dirinya yang merasa sama sekali tidak bersalah.

"Mati masuk jurang? Terkena penyakit? Lalu apa lagi nanti, terkena overdosis ganja begitu?" sengit Jungkook dengan nada sinis.

"Jungkook-ie, pahamilah aku. Aku ini pacarmu," kata Haera dengan rengekan manja.

"Mati saja sana sekalian. Aku sudah tidak mau lagi berurusan denganmu," cetus Jungkook.

Tapi Haera yang sekarang tidak menerima akan hal itu. Iya, Haera sudah berubah karena Ayahnya. Ini karena terlalu dimanjakan akibat mendapatkan prestasi besar membuat Haera melupakan sifat dahulunya.

Di depan Jungkook, Haera seolah menampilkan sosok Haera yang lembut dan juga penyayang namun nyatanya tidak seperti itu. Dia menjadi gadis yang egois dan juga tidak memikirkan orang lain.

"Kenapa kau sekarang berubah? Siapa yang berani membuatmu berubah, hah?!" teriak Haera mengguncangkan bahu Jungkook.

Pria itu menepis kasar tangan Haera yang mencengkram bahubya dengan kencang.
Ia tidak suka, atau lebih tepatnya membenci Haera.

"Berubah? Aku berubah karenamu. Oh, apa aku memberitahu bahwa kau-pun tidak mencintaiku lagi sekarang? Kau mencintai sahabatku Jaehyun dengan mengirimkan pesan teror terhadapnya? Atau mengirimkan bunga coklat disertai tulisan darah menjijikanmu itu? Jawab! Akupun sudah tau segalanya," jelas Jungkook, menampilkan smirk yang sukses membuat Haera membisu.

Bagaimana bisa Jungkook tau segalanyaㅡ?  Ia sudah menutupinya dengan rapat. Ia sudah berusaha untuk tidak memberitahu itu dengan siapapun. Jaehyun juga tidak tau kalau pengirimnya itu dia.

Apakah Jungkook memiliki mata-mata? Haera rasa tidak. Sekaya apapun Jungkook, pria itu hanya memiliki beberapa body guard saja.

"Mulai sekarang dan seterusnya, aku anggap kau sudah Mati."

TBC

Setelah berminggu-minggu tamat, akhirnya bisa up./girang tidak tertolong:v/ Mungkin habis part ini akan ada dua atau tiga part lalu selesai. Jangan tanya endingnya gimana, karena aku suka cerita gantung 😊😏

Ayo, voment yang banyak biar cepet up.

I'm sorry for unpublish Black White and Colour Love, because it was to revisied.
Please waiting for it.

Thank you.

Another • 전 정국 • ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang