1. 》Kedai Es Krim《

121 59 42
                                    

Mulmed Anla☝

🌱🌱🌱

Aula sekolah

"Anla, kamu mau gak jadi pacar kakak." Cowok itu menyodorkan bunga kepada seorang gadis yang berdiri dihadapannya.

"Kakak nembak aku?" Cowok itu mengangguk.

Gadis itu tersentak kaget sesekali menggaruk tengkuknya.
"Jadi kakak datang kesini untuk ngungkapin perasaan. Dari Bogor ke sini itu jauh kak." Cowok itu hanya tersenyum kikuk.

"Gak ada kata jauh untuk seseorang yang mengejar cintanya."
Gadis itu tersenyum simpul.

"Anla, mau gak jadi pacar kakak."
Cowok itu kembali berkata dengan suara agak keras yang mengundang perhatian banyak orang.

"Terima..... terima..." Semua orang yang berada di sekitar bersorak.
(Namanya aja di aula ya guys).

Gadis itu sesaat diam tak bergeming.

"Sorry, kak. Aku gak bisa balas perasaan kakak. Aku nganggap kita hanya sebatas adik dan kakak."

Jleb!

Kalimat yang dilontarkan gadis tersebut menusuk hatinya.
"Kakak udah ngungkapin perasaan. Aku hargai itu. Tapi, kakak tau kan. Perasaan ini gak boleh dipaksakan?"
Tutur sang gadis.

"Iya, kakak ngerti. Kakak aja yang terlalu berharap. Kakak.........................
*ah lupa lagi." Cowok tersebut menepuk jidatnya.

Cut!

"Lo gimana sih, Dav. Udah yang ketiga kalinya nih. Bisa ngapalin gak." Si sutradara alias ketos sedang menggerutu frustasi.

"Naskahnya panjang banget, Dim."
~Dava

"Naskah pendek lo bilang panjang."~Dimas

"Pendek pala lu peang. Naskah sebanyak tumpukan batu bata gini gue harus ngapalin semua. Lo emang bisa?" Dava menyodorkan seluruh naskah yang terlihat amburadul.

"Itu kan derita lo."
"Nj*rrrr." Dava memasang wajah kesalnya dan disambut tawa banyak orang.

"Jabatan gue lebih tinggi dari lo. Jangan bandingin gue, atasan nih. Gue bisa ngelakuin apa aja". Dimas menepuk2 dadanya.

"Yang waras ngalah". Dava angkat tangan.
"Awas lo ya". Dava terkikik geli. Seru baginya untuk menjaili ketos alias Dimas Prasetya.

"Lo ngapa, Dav." Anla datang dengan beberapa naskah ditangannya.

"Gpp, sayangkuh."
"Jijik."

Disambut jitakan oleh Anla dan Dimas.

"Wadaw..... sakit a tuh. Lo Dimas, ngapain ikut2an. Lo kok baperan juga sih." Dava memegang keningnya yang masih merah.

"Gue gak gay ya. Lo udah modusin Anla. Masih sayang nyawa lo."

"Hehe... sorry Pak Bos." Dava mengangkat jari membentuk peace.

"Huh! Udah ditolak masih aja nekat."
Bisik Dava.
"Lo ngomong apa barusan."
"Gak ada."
"Bohong."
"Serius."
"3 rius."
"Ketos ogeb."
"Apa!"
"Kagak ngapa2."

Dimas menatap awang2.
"Gue harus merjuangin Anla. Sebelum janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan." Ucap si ketos dengan semangat.

"Lebay lo."

"Biarin." Dimas menjulurkan lidahnya, lalu pergi.

"Latihan kita sampai disini dulu. Yang mau nemuin pacarnya silahkan." Ucap ketos asal ceplos.

"Huuu yang ngomong aja masih jomblo."

"Bentar lagi gue gak jomblo." -Ketos

"Gaya lo, Dim."
"Mana ada yang mau sama lo."
"Sok2an lo. Ke WC aja minta temenin."

Begitulah sorakan dari para murid teater drama.

"Kalian kalau ngomong jujur bat sih."
Semua orang dibuat tertawa oleh tuturan si ketos.

🌷🌷🌷

Di taman

Anla dan Nadia sedang duduk berbincang menikmati hembusan angin sore.

"La di ujung kompleks gue katanya ada kedai es krim baru buka. Lo tau gak?"

"Sebelum lo ngasih info gue gak tau."
Anla menoleh sekilas. Kemudian kembali membaca buku.

"Busetttt dah."
"Sans ae lah, Nad." Anla terkikik geli.
"Orang sabar senyumnya lebar."
"Terserah." Anla memutar mata malas.

"Yeyyy gak percaya. Pantesan gak ada yang mau."
"Sapa bilang. Tuh buktinya si ketos aja nembak gue. Gue nya aja yang gak mau." Ucap Anla bangga.
"Promo, La."

"Karpret." Nadia tertawa dibuatnya.

"Btw, kita kan udah break. Gimana kalau kita beli es krim sekarang aja, La. Mumpung ada waktu luang."

"Gue sih oke2 aja, Nad. Tapi gak kena marah sama si Dimas?" Nadia mengangkat satu alis.

"Lo gak denger tadi, La. Latihannya udah selesai!"
"O gitu, ya. Abisnya tadi baca."

"Baca apaan." Nadia memajukan kepalanya.
"Hatimu."
"Retceh." Mereka tertawa bersamaan.
"Kuy, cabut La. Keburu malem." Anla mengangguk dan mengikuti Nadia dari belakang.

🍦🍦🍦

Cittt...
(anggap suara rem mobil ya😂)

Suara decitan menghiasi kompleks perumahan yang terbilang elit

Diujungnya terdapat kedai es krim yang terbilang asri belum dimodifikasi

Dua perempuan berseragam putih abu2 turun dari mobil

Ya, dia Anla dan Nadia

(Kok jadi quetos gini yah😅)

Mereka duduk di sebuah kursi di bawah lindungan pohon rimbun.

Disini mereka berada.
Kedai Es Krim Sanjaya
Terkesan seperti perdesaan di tengah jejeran perumahan elite.
Dengan tempat duduk yang dibuat dari pohon yang dibelah menjadi 2 bagian.
Pepohonan besar yang menjadi payungnya.

"Nad, lo tunggu disini ya. Biar gue yang pesen. Lo rasa apa?"
"Coklat aja deh." Ujar Nadia.
"OK."

Beberapa saat menunggu...

"Tada es krim akan segera tiba." Anla berteriak sambil terus berjalan.
"Ni anak urat malunya dah putus kali ya." Nadia geleng2 kepala.

"Nadia I'm............"

Brukk!







_________________________________________-------------------------------------------------------------
😎😎😎

Cie pada nungguin😅
Lanjut ke part selanjutnya
Vote and komen ya synk💖
Part pertama sedikit dulu y!

For You 'Ice Cream'(✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang