¤~¤
Tanpa menghiraukan tatap hujat dari orang-orang, aku berlari kecil demi menghampiri Kak Ilham yang tengah berjalan berdampingan bersama seorang gadis berhijab yang tidak salah lagi itu pasti Kak Mutia. Omong-omong, gadis bernama lengkap Mutiara Annisa itulah yang merupakan tunangan Kak Ilham.
Jika bisa kudeskripsikan, Kak Mutia memiliki sepasang bola mata cokelat terang, hidung serta bibir yang mungil. Pipinya tirus tetapi tidak kurus. Tipe ideal lah. Rambutnya tidak pernah nampak sebab selalu tertutup rapi oleh jilbab. Dia selalu memakai rok panjang atau gamis jika ke kampus. Banyak sih gadis seperti Kak Mutia di kampus ini, tapi kayaknya dia adalah gadis paling beruntung karena bisa memikat hati sorang Ilham.
"Kak Ilham!" seruku ketika sudah berada di hadapannya. Pemuda berkacamata itu nampak memasang wajah terkejut.
"Hei. Vita," balasnya tenang. Kak Ilham sempat melirik dahulu ke arah sampingnya, dimana aku juga dapat melihat wajah Kak Mutia yang demi apa bisa bikin orang lagi marah pun langsung adem. Emang sih, muka-muka Kak Mutia itu selain bersih tapi juga sangat berseri. Jarang sekali dia menunjukkan ekspresi murung atau tidak suka kepada siapa pun. Gimana Kak Ilham nggak kesengsem coba?
"Mau pulang ya?" tanyaku retoris kembali fokus pada Kak Ilham. "Sori ganggu, Kak. Cuma mau minta flashdisk yang kemarin mau Kak Ilham pinjemin ke aku. Soal penjelasan dari pertanyaanku itu. Kak Ilham nggak lupa kan?"
Kak Ilham memang cepat tangkap. Ia langsung merogoh sesuatu dari tas ranselnya dan memberikan benda kecil persegi panjang berwarna putih padaku. "Nih," ujarnya membuat mataku berbinar. "Jaga ya. Awas lecet loh," candanya.
Aku cengengesan setelah mengambil benda tersebut. "Siap bosqu. Kalau gitu aku permisi ya, Kak. Kak Muti, duluan ya, Assalamu'alaikum," girangku sambil ngacir dari sana setelah mendengar salam jawaban dari keduanya.
Sampai juga aku di ruangan kelas. Dengan terengah-engah tentunya. Hari ini ada kegiatan UKM. Kebetulan, aku termasuk salah satu mahasiswi yang daftar dalam kelas Pecinta Lingkungan. Dulu aku pernah bercita-cita ingin menjadi duta lingkungan. Hanya saja sempat terkubur karena sifatku itu. Dan kini aku mencoba mengambil kesempatan. Jadi menurutku masuk akal jika aku mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu, aku juga bisa lebih memperluas lingkar pertemananku.
Entah mengapa, sejak memasuki dunia perkuliahan, aku terdorong untuk mengubah mindset-ku. Kalau waktu masih sekolah, aku tidak terlalu peduli banyak teman atau enggak, memilih tetap berada di zona nyaman dengan sifat introvert-ku, sekarang aku perlahan merubah itu semua. Lagipula, aku juga tidak mau terus-menerus seperti itu. Aku tidak mau dianggap lemah terus.
Di kelas ini, aku punya teman yang tidak kalah kocak dan gokil dari teman-temanku dulu. Namanya Rio. Cowok berwajah tambun yang punya badan segede kingkong. Cowok itu duduk tepat di depanku. Jadi, kalau aku lagi ngantuk atau nggak mood, badan gendutnya Rio bisa jadi bermanfaat karena aku bisa bersembunyi dari tatapan sengit Kakak Senior. He-he-he.
Omong-omong soal Ranti, dia daftar di kelas seni. Ranti punya hobi nyanyi. Sering sekali aku mendengar dia bersenandung dan aku akui, suaranya memang bagus.
"Vita darimana sih, kok baru dateng?" cecar Rio saat aku baru saja duduk di kursi. Posisinya kini sedang menyamping dengan wajah menghadapku.
"Tadi ketemu Kak Ilham dulu, Yo," jawabku jujur.
Alis Rio terangkat. "Abis ngapain?"
"Ada lah urusan," ucapku malas menjelaskan. Lalu aku mulai mengeluarkan laptopku dan menaruhnya di atas meja. Mumpung kakak seniornya belum ada.
"Vita suka ya sama Kak Ilham?" pertanyaan Rio sukses memancing kepalaku untuk terangkat dari layar monitor.
"Hah?"
"Vita suka sama Kak Ilham," perjelas Rio sambil mengemut permen milkita. Dasar gendut!
"Nggaklah," kilahku datar. Tetapi kemudian aku meralatnya. "Maksudku, dulu pernah sih. Tapi sekarang udah enggak kok. Beneran." Aku nyengir pada Rio.
Cowok itu manggut-manggut. "Terus sekarang suka sama siapa?"
Aku bernafas jengah. "Rio, lo nggak penting banget sih nanya-nanya gitu," gerutuku.
"Maaf, maaf," kekehnya. "Vita galak banget sih."
"Bodo, Yo! Bodo!" kesalku karena kelakuan Rio. Cowok gentong satu ini emang banyak nanya. Kadang bikin kesel, tapi sebenarnya dia baik. "Balik badan sono, tuh kakak senior udah masuk!"
Rio cuma cengengesan.
*****
I/4-10-18

KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Bersamamu
Espiritual#Buku2 Setelah dirimu pergi, kehidupan yang kujalani terasa hampa. Sampai akhirnya dia hadir. Dengan segala kesederhanaannya, dia mampu meluluhkan dan mengisi sudut hatiku yang beku. Lalu, hidayah itu datang dan mengetuk pintu hati yang telah lama...