sunshine type ❀ felix/ryujin

2.5K 207 18
                                    

"I know it's cold, but if you wait, you'll enjoy it more

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"I know it's cold, but if you wait, you'll enjoy it more."
sunshine type

Hari ini buruk bagi Ryujin, maka Felix menyediakan bahu... untuk dipukul.

[ fluff, romcom | 620 w ]

//

Lee Felix tahu betul, Shin Ryujin itu tipe yang suka bermandi sinar matahari. Gadis itu menyukai kehangatan. Binar di kedua matanya adalah pantulan matahari musim panas pada danau keperakan. Kelopak lembut Gaillardia¹ mewarnai pipinya merah muda. Untaian senyum di bibirnya semanis pink lemonade, dan tawanya seringan semilir angin meniup dahan pohon palm.

(Melihat Felix mendeskripsikan Ryujin semanis ini mungkin kau kira mereka pasangan penuh keju dan bertabur gula.)

Hujan dan badai adalah musuh abadi Shin Ryujin. Bukan, bukan tumpahan air dari gumpalan awan kelabu dan gemuruh guntur murka serta kilat-kilat yang menyambar. Hujan ini turun di sudut benak Ryujin yang mendung, merusak indahnya pantai hati si gadis dan memudarkan setiap warna cerah yang menjadikan musim panas.

Suasana hati gadis itu buruk sekali hari ini.

Belum ada tiga puluh detik Ryujin menyambangi kamar si pemuda Lee, lengannya sudah melingkar di leher Felix, kepalanya bersandar nyaman di bahu lelaki itu; memeluknya dari samping, sementara Felix sendiri tenggelam dalam lembaran komik superhero. Bibir gadis itu mengerucut, menandakan jengkel yang begitu jelas. Bahkan tanpa perlu mengalihkan matanya dari adegan-adegan seru di komik, Felix bisa mengira-ngira sedongkol apa Ryujin.

"Kenapa?" Suara berat Felix memecah diam. Ditaruhnya komik tadi sejenak.

"Enggak usah tanya-tanya!" Jawaban Ryujin begitu ketus.

"Tsk, gimana sih."

Atensinya kembali ke komik. Tak lama, sebuah pukulan mendarat di lengannya. Felix menoleh, masih mendapati Ryujin yang cemberut dengan lengan melipat di dada. Baiklah, komiknya bisa menunggu. Felix menaruh tatapan pada wajah masam gadisnya. Ada beberapa cara yang terpikir olehnya saat ini untuk mengembalikan lengkungan ceria di bibir Ryujin. Mainkan lagu kesukaannya, yang kebetulan merupakan lagu yang paling Felix benci di seantero jagat raya. (Walau begitu, ia akan memutar lagu itu ribuan kali kalau perlu.) Belikan gadis itu es krim, atau segulung permen kapas.

Ya ampun, terakhir kali mereka pergi kencan sambil makan es krim Felix meninggalkan dompetnya di kegelapan kolong tempat tidur, hingga Ryujin harus mengosongkan saku-saku jaketnya. Lebih baik tidak menyebut kata 'es krim' jika ia masih mau melihat fajar esok hari.

Felix menusuk-nusuk pipi Ryujin dengan jari telunjuknya, membuat gadis itu mendecak dan menepis tangannya. Cemberutnya semakin menjadi, rasanya Felix ingin mencubit bibir si gadis Shin. Biar saja dia merajuk sampai koloni kecoa menguasai dunia.

"Emangnya kamu manyun terus bakal mengubah apa?"

"Diem ah. Suka-suka aku dong mau manyun!"

Menggerutu, menjerit atau menggulingkan badannya di tanah sekali pun memang tidak akan mengubah apa-apa. Sudah terjadi, ya relakan saja, apa pun itu yang beraninya merenggut sang surya dari langit biru Ryujin. Felix hanya ingin Ryujin mencoba menerima hujan, walau basah dan dingin, tunggu sebentar saja ia akan menemukan kegembiraan di sana. Ia bisa menari, tergelak sambil melompati genangan air. Dan tidak kah gadis itu tahu, selepas hujan bumi menguarkan aroma menyejukkan dan mentari melukiskan pelangi.

Jika musim panas menghilang di balik awan, maka nikmati saja musim hujan.

Lagi pula, jika dinginnya hujan menusuk, Felix bisa memberi Ryujin sebuah pelukan hangat. Itu pun jika si gadis Shin tidak menendangnya sampai planet terjauh di tata surya.

"Udah manyunnya," ujar Felix, mengacak rambut hitam Ryujin. "Atau mau aku cium?"

Tawaran Felix dibalas sebuah lirikan tajam oleh Ryujin. "Mau mati ya?"

"I love y— aduh!"

Komik milik Felix yang tersimpan di lantai seketika melayang ke kepala lelaki itu, memotong ungkapan afeksinya untuk Ryujin. Felix mengusap keningnya yang terkena ujung tajam komik tipis tadi, mendengus dan menendang kaki Ryujin sebagai ekspresi kekesalan. Si gadis Shin pun memukulinya sambil mengomel. Bukannya Ryujin tidak mau diperlakukan dengan manis layaknya gadis-gadis lain, sikap seperti itu membuatnya merinding dan malu bukan main. Tidak, pipinya tidak boleh berubah jadi tomat di depan Felix.

Selama Ryujin tidak merengut sepanjang hari, Felix tidak masalah dengan play-fight.

Whatever it takes as long as his sunshine comes back.

//

¹ Gaillardia: bunga yang tetap mekar sepanjang musim panas.
.
.
.
.
.
.

Ga tau ini apaan hue. Hope you had fun reading anyway♡

SUPERCUT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang