lunch box ❀ eunsoo, jeongin, yuna

898 115 10
                                    

Tentang bekal makan siang dan tiga sahabat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentang bekal makan siang dan tiga sahabat.

[ friendship, fluff | 705 w ]

//

Alih-alih bersuka cita mendengar bel istirahat siang berkumandang, Shin Eunsoo malah memandang lesu ke buku-buku di meja sembari menekan perut laparnya dengan dua tangan.

Bodoh sekali, hari ini ia lupa memasukkan kotak makan siangnya ke dalam tas. Membawa uang receh sekadar untuk membeli roti di kantin pun tidak. Menghela napas, Eunsoo mulai menyibukkan diri membereskan buku-buku bekas pelajaran matematika. Buku paket di bawah, buku tulis di atas, pensil pena dan penghapus disusun rapi. Kalau ia memusatkan pikiran pada hal lain selain perutnya yang meraung-raung keroncongan, mungkin ia bisa mengusir segala imajinasinya tentang makanan enak.

Menu kafetaria hari ini apa? Nasi goreng kimchi dan telur goreng saja akan membuatnya bahagia. Atau sepotong kimbap, apa pun itu. Ya ampun, bahkan roti isi keju pun Eunsoo tak akan menolak.

Biasanya setiap jam makan siang, kedua temannya dari kelas 1-2 datang berkunjung, mereka lalu membuka kotak bekal masing-masing dan saling berbagi. Sekarang dipikir buat apa Yang Jeongin dan Shin Yuna datang ke kelasnya, mereka bisa makan berdua tanpa Eunsoo.

Sudah lima menit berlalu, Eunsoo tetap menunggu kedua temannya datang. Lengannya terlipat di atas meja, kakinya mengetuk-ngetuk lantai. Sesekali ia membalas sapaan teman sekelasnya dengan anggukkan dan senyum tipis, menolak ajakan mereka ke kantin dengan gelengan kepala. Shin Eunsoo memang tidak banyak bicara, kata Yuna ia seperti menghemat suara saja. Bukan apa-apa, Eunsoo tidak begitu hobi bersuara, ia lebih suka mendengar. Jeongin dan Yuna banyak omong, maka seseorang harus jadi pendengar.

Sebuah panggilan ceria dari arah pintu meningkatkan sekian persen suasana hati Eunsoo. Dengan senyum lebar dan manik cokelatnya yang seakan berkelip, Yuna melambaikan tangannya penuh semangat pada Eunsoo. Di belakang Yuna, Jeongin mengikuti sambil menyapanya juga. Keduanya membawa kotak bekal di tangan. Mereka lalu menempati dua bangku di depan meja Eunsoo, memutar posisi mereka menghadap Eunsoo dan meletakkan bekal mereka di atas meja. Tatapan Eunsoo berpindah dari kotak bekal ke wajah kedua temannya, mereka berdua seakan menunggu sesuatu.

"Shinsoo! Mana bekalmu?" Jeongin bertanya, melipat kedua lengannya pada sandaran kursi.

Ngomong-ngomong, panggilan Shinsoo itu hanya Jeongin yang boleh menggunakan. Laki-laki itu memanggil dia dan Yuna dengan sebutan Shinsoo dan Shinna, katanya panggilan khusus. Eunsoo mendecih saja waktu mendengar Jeongin berkata begitu pertama kalinya. Panggilan khusus apanya, padahal lebih mudah memanggil mereka berdua Eunsoo dan Yuna.

"Aku-"

"Nggak sabaran banget kamu. Mentang-mentang bekalnya Eunsoo enak-enak. Pasti mau minta kan?" Yuna menepuk lengan Jeongin keras-keras hingga anak itu protes.

Eunsoo bungkam lagi, menonton dua temannya adu mulut tidak penting. Senyum kecil terukir di bibirnya. Tidak ada yang lebih menghibur daripada Yuna mengatai Jeongin habis-habisan dan sebaliknya.

"Berisik ah!" Gerutu Jeongin, melirik Yuna sebal. "Shinsoo cepat mana bekalmu, aku lapar nih."

"Aku gak bawa bekal," jawab Eunsoo pelan, bibirnya lalu mengerucut.

"Aku lupa masukin kotak bekalnya ke tas," tambahnya.

Aduh, lapar itu kembali lagi. Eunsoo yakin kedua temannya bisa mendengar nyanyian minta makan dari perutnya. Ia menduga Jeongin dan Yuna akan segera pamit kembali ke kelas mereka untuk makan berdua saja. Mana mungkin mereka makan di sini sementara dirinya hanya menjadi spektator.

Detik berikutnya, Shin Yuna mengeluarkan sepasang sumpit dari tempat peralatan makannya dan memberikannya pada Eunsoo. Si gadis tertegun, perlahan mengambil sumpit tadi dari tangan temannya. Yuna lalu membuka kotak bekalnya dan menggesernya ke tengah meja, tersenyum pada Eunsoo.

"Kita makan berdua, oke?" Ucap Yuna.

"Shinsoo! Nih makan bekalku juga. Aku nggak serakus Shinna kalau makan, jadi ambil aja sesukamu." Jeongin ikut-ikutan menggeser kotak bekalnya ke tengah meja. Yuna lagi-lagi memukul lengan Jeongin, tidak terima dikatai rakus.

Tawa pelan lolos dari bibir Eunsoo, ia memandangi Jeongin dan Yuna penuh rasa terima kasih. Sebenarnya ia agak malu, tapi dua temannya itu memaksa. Lagipula ia sangat lapar.

Makan siang kali ini terasa seribu kali lebih enak, setiap suapan seolah menghangatkan hati Eunsoo. Isi kotak bekal Jeongin dan Yuna sederhana, masakan rumahan biasa namun rasanya luar biasa bagi Eunsoo. Si gadis bersurai pendek akan mengingat hari ini sebagai salah satu hari terbaik dalam hidupnya, di mana rasa sayangnya pada dua sahabatnya terpatri semakin dalam. Bukan karena makanannya, tapi karena ketulusan mereka.

Daftar hal-hal baik untuk disyukuri hari ini: Shin Yuna, Yang Jeongin, makan siang dan setiap senda gurau di antaranya. Eunsoo akan mengingat untuk mencatat itu nanti malam.

//

SUPERCUT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang