lighters ❀ somi/yeji

699 60 4
                                    

"Do you have lighters?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Do you have lighters?"

In which two misfits found themselves smoking cigarettes in girls restroom.

[ gxg, slice of life | 1436 w ]

//

Alunan melodi sederhana penanda periode pertama membawa kaki-kaki Jeon Somi semakin menjauh dari koridor kelas tiga. Ia tidak sedang ingin duduk berjam-jam di kelas dan mengisi otaknya dengan informasi yang belum tentu berguna di masa mendatang. Maksudnya, kapan dia benar-benar ingin masuk kelas? Rasanya tidak pernah.

Langkah-langkah santai Somi berakhir di kamar mandi perempuan. Tempat itu didominasi nuansa merah muda, mulai dari pintu bilik sampai petak-petak keramik yang melapisi lantai, yang setelah Somi pikir agak sedikit stereotipikal. Coba tebak warna keramik dan pintu bilik di kamar mandi lelaki? Pasti biru.

Meski merah muda adalah warna yang cantik dan Somi bagaimanapun menyukainya, kondisi kamar mandi itu jauh dari kata cantik. Banyak coretan di dinding dan pintu bilik, lantainya agak kusam, kondisi toiletnya ... masa bodoh Somi tidak akan memeriksa toiletnya. Setidaknya tidak ada bau-bauan menyengat yang mengganggu, dan Somi bisa menghabiskan periode pertama di sana.

Pantulan dirinya di cermin menampakkan seorang gadis asing dalam balutan seragam sekolah kelabu yang asing pula. Somi mengerutkan bibir, mengamati potongan rambut pendek hampir sebahu yang tampak tak sesuai membingkai wajahnya. Name tag yang tersemat di dada sebelah kirinya berkilat-kilat memantulkan cahaya lampu, tulisan hangeul yang tercetak di atasnya tak terbaca sama sekali.

Somi merogoh saku blazer-nya, mengeluarkan ikat rambut hitam dan menguncir rambutnya menjadi ekor kuda mini (mini sebab rambutnya pendek.) Ia menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan.

Ini hanya sementara. Mungkin minggu depan seragam sekolahnya akan berganti lagi dengan model dan warna yang berbeda, dengan logo sekolah yang berbeda pula. Mungkin minggu depan, kota kecil ini sudah berganti dengan kota kecil lainnya, atau kota besar, tergantung peruntungan. Seumur hidupnya konsistensi dan keteraturan adalah mitos belaka.

Dunia Somi bergerak dalam kecepatan cahaya, perubahan silih berganti menyambangi kehidupannya hingga mereka tak lagi terasa ganjil. Seolah hidup ini memang sudah diprogram sedemikian rupa khusus untuk Jeon Somi. Maka itulah ketika ia menapakkan kakinya di bangunan sekolah barunya yang kesekian ini, Somi tak berusaha sama sekali. Ia tahu ini tak akan lama.

Duduk di sisi wastafel dan bersandar pada cermin di dinding, Somi menyumbat kedua lubang telinganya dengan earphone. Kemudian ia mengeluarkan sekotak rokok dari saku, menyelipkan satu batang di antara bibirnya dan menyalakannya dengan pemantik. Somi memejamkan mata, sesekali meniupkan asap putih dari bibirnya.

Ia tidak peduli jika pada detik ini juga seorang guru atau petugas kebersihan datang dan memergokinya merokok di lingkungan sekolah. Ia juga tidak peduli jika murid lain menemukannya di sini dan menempelkan berbagai macam label padanya. Somi tidak perlu membangun reputasi, ia tak akan lama di sini, untuk apa repot-repot, 'kan?

SUPERCUT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang