when the party's over ❀ jisung/yejin

812 68 14
                                    

Of Yejin who can't let go of Jisung's haunting memory

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Of Yejin who can't let go of Jisung's haunting memory.

loosely based on Billie Eilish's song of the same title.

[ romance, angst | 1447 w ]

//

"Jangan malam-malam pulangnya."

Suara Han Jisung terdengar agak berbeda melalui sambungan telepon: jauh dan disertai gemerisik. Namun hangatnya tetap sama, nada penuh sayangnya tak berkurang sedikit pun, seolah ia ada di sana dan membisikkan kalimat itu langsung ke telinga Park Yejin. Si gadis melirik jam putih bundar di dinding yang menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit, lalu dilihatnya situasi sekitar. Ramai, penuh canda tawa teman-teman satu angkatannya dan para senior yang entah sudah menenggak berapa botol soju. Gelas-gelas saling beradu, malam makin larut dan keadaan semakin kalang kabut.

Tidak ada yang berani menolak ajakan minum-minum dari senior, bagai peraturan implisit yang semua mahasiswa ketahui jauh di alam bawah sadar mereka. Yejin sendiri tidak menyentuh satu gelas pun, salah seorang teman baiknya, Kim Seungmin, dengan suka rela meminum bagian Yejin untuk menyelamatkan gadis itu. Oh, ia benar-benar berutang besar pada Seungmin yang kini jatuh tertidur dengan kepala tersandar di meja. Ia pasti minum terlalu banyak sampai kepalanya berat.

"Hm. Sebentar lagi aku pulang," ujar Yejin. Ia memang tak niat berlama-lama.

"Jangan lupa pakai jaket, ya?"

"Iya, nggak lupa kok."

Yejin menyentuh keliman jaket hitam tebal yang membungkus tubuhnya, agak kebesaran tapi sangat nyaman. Jaket itu milik Jisung, Yejin bahkan lupa kapan ia meminjamnya dari sang kekasih. Sepertinya sudah lama sekali jaket ini menjadi hak milik berdua, kadang Jisung yang pakai, tapi lebih sering Yejin yang memakainya ke mana-mana. Tidak ada yang istimewa dari jaket hitam usang itu, sungguh. Ia bisa saja membeli yang serupa di toko, bahkan mungkin beberapa toko menyediakan jaket yang sama persis. Jaket itu milik Jisungnya, mungkin itu yang membuatnya tak tergantikan.

Jisung juga mengenakan jaket hitam itu pada kencan pertama mereka. Waktu itu awal musim gugur seperti sekarang. Yejin, dengan agak bodohnya karena lupa memikirkan faktor cuaca dan ingin tampil cantik, mengenakan terusan selutut warna baby blue. Terusan itu tanpa lengan, memang cantik dan terkesan lembut, namun tak mampu menghalau udara dingin yang menggigit kulit mulusnya. Malam itu, sembari menonton festival kembang api di pusat kota, Jisung menyampirkan jaket itu di pundaknya. Yejin tidak akan pernah lupa.

Ia masih ingat bagaimana perutnya tergelitik karena gugup, bagaimana pipinya seketika memanas dan pasti bersemu merah. Bagaimana perasaan itu membuatnya bahagia, serasa ingin terbang menuju bintang-bintang di langit atau berbaring di padang bunga. Tatapan hangat Jisung pun masih ia ingat baik. Senyum di bibirnya begitu tulus, hingga Yejin ikut mengangkat sudut-sudut bibirnya. Pemuda itu mengecup bibirnya untuk pertama kali di malam yang sama. Singkat namun manis.

SUPERCUT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang