Bangkok
Anak laki – laki yang masih mengenakan seragam taman kanak – kanak itu, terus menyusuri jalan ramai dengan kedua kaki mungilnya. Panas matahari sama sekali tidak mengurangi semangatnya melangkah untuk mencari rumah yang bernama surga.
Fiat.
Adik kesayangan Singto Prachaya kabur dari pengawasan bodyguard-nya. Bagaimana bisa? Ini tentu saja bukan kesalahan sepenuhnya oleh sang bodyguard, namun juga jangan salahkan kecerdikan anak kecil yang menggemaskan itu.
Petualangannya ini merupakan ide lama dan butuh perencanaan matang. Tidak mudah bagi anak seumuran ia kabur dari pengawasan baby – sitter, bodyguards, dan tentu saja dari seorang kakak yang protektif.
Singto Prachaya.
Sebuah petualangan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan jika saja kedua teman karibnya tidak membantu.
Off dan Gun.
Mereka bertiga adalah teman sekelas. Teman bermain. Teman berbagi keluh – kesah.
Percayalah terkadang pemikiran anak kecil lebih kompleks dari orang dewasa.
"Fiat. Jika sudah bertemu ayah dan ibumu, jangan lupa membawanya pulang!" bisik Gun, memberi semangat untuk temannya.
"Surga katanya ada di atas langit. Bagaimana caramu naik ke atas langit?". Berbeda dengan pemikiran Gun, Off adalah anak kecil yang realistis sebelum waktunya.
"Ibu guru pernah bercerita tentang pohon kacang yang tumbuh menjulang menembus langit. Aku akan menemukan pohon itu dan memanjatnya."
"Aku akan membawa ayah dan ibu pulang, P'Singto juga pasti akan senang"
"Fiat, kalau ada pesawat yang lewat ia akan menabrakmu." Off yang realistis mencoba memperingatkan. Namun Fiat bukan anak kecil yang penakut. Jika ia jatuh, ia yakin para burung – burung yang terbang di udara akan menolongnya. Entah dongeng apa yang dibacakan Singto setiap malam padanya.
Ketiga anak itu duduk di kantin, Off dan Gun sama sekali tidak menyentuh bekalnya. Mereka sukarela yang dipenuhi rasa solidaritas tinggi, dengan senang hati memberinya untuk Fiat. Takut jika teman mereka itu kelaparan, di langit belum tentu ada makanan.
Gun yang tiba – tiba terjatuh pingsan di hadapan dua bodyguard Fiat, berhasil mengelabui para lelaki dewasa itu, dan ketika Off muncul dengan teriakan histeris semakin menambah kepanikan di sekitar mereka, saat yang tepat itulah Fiat mengendap dari kerumunan dan berhasil melarikan diri.
Mendekati pagar sekolah, Fiat membalikkan tubuhnya melihat Gun yang sudah diangkat menuju UKS masih bisa mengangkat jempol mungilnya pertanda bahwa usaha mereka berhasil. Sementara dari belakang kerumunan, Off membersihkan lantai dengan kedua tangan mungilnya lalu berbaring dengan cara yang dramatis pula dan sedetik kemudian ia tantrum.
Dan kembali terlihat kepanikan dari para orang dewasa yang berhasil dikelabui oleh akting Off dan Gun, kehadiran anak – anak kecil yang berlari berhamburan mendengar suara keributan di tengah – tengah koridor sekolah menambah riuh suasana. Kekacauan karena tiga anak kecil itu tak terhindarkan lagi.
Fiat berlari berhasil menjangkau pagar sekolah, yang sudah tidak dijaga security karena para security ikut sibuk mengatur anak – anak kecil yang berlarian keluar kelas menyoraki akting Off dan Gun.
Yang ada hanya kamera cctv berhasil menangkap pergerakan Fiat. Namun tak punya tangan untuk menghentikan aksi kabur anak kecil yang tersenyum cerah ketika berhasil membuka pagar sekolah yang – agak berat – untuk anak seumurannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionKrist Perawat dan Singto Prachaya adalah dua pemuda dalam garis tangan yang berbeda. Namun siapa yang tahu jika benang merah sedang merajut garis pertemuan di antara mereka.