I want to spend the rest of my life with you by my side
Forever and ever.Singto Prachaya Ruangroj.
Memuat namanya dalam kolom berita adalah hal yang sangat menarik untuk dibaca bagi sebagian orang, terlebih bagi kaum wanita. Dan seperti mencari jarum pada tumpukan jerami, mengorek skandal yang mungkin saja dilakukan oleh Singto adalah hal mustahil. Sepertinya laki-laki itu memiliki hidup yang lurus-lurus saja.
Tampan, kaya, karismatik, dan penuh pesona. Singto adalah laki-laki yang tak tersentuh, bahkan oleh para model yang memiliki tubuh ideal impian seluruh wanita pun, tidak sanggup mengalihkan hatinya dari satu nama yang selama ini tak terendus oleh media.
Hati Singto sudah penuh oleh satu orang, tak ada celah sedikit pun untuk dimasuki.
Ia duduk di salah satu kursi di barisan depan, dengan kemeja putih dan jas biru melekat sempurna di tubuh tegapnya, sorot mata yang tajam, dan bibir yang tidak pernah memperlihatkan senyum yang mampu melelehkan hati para wanita. Pandangannya lurus ke depan, ke arah para model yang melenggang anggun di atas catwalk.
Singto hadir bukan tanpa alasan, bukan pula untuk melihat para model yang terang-terangan memperlihatkan ketertarikan mereka padanya. Singto hanya perlu mengerlingkan matanya sekali, dan ya para wanita itu akan dengan sukarela membuka diri mereka. Siapa yang bisa menolak pesona pengusaha muda dan tampan itu? Lagi pula, Singto masih sendiri.
Seperti biasa, ini sudah jam 3 dini hari dan dia baru saja mematikan lampu kafe.
Singto mengusap layar ponselnya, membaca sebuah pesan yang membuatnya menghela napas pelan.
Sorotan blitz dan riuh tepuk tangan para undangan mengakhiri peragaan busana hari itu juga. Singto menyimpan ponselnya ke dalam saku, sebelum naik ke panggung untuk memberikan sebuket bunga dan mungkin saja meluangkan sedetik waktunya yang berharga untuk berpura-pura tersenyum ketika para wartawan mengambil gambarnya di antara para model.
*
"Apa kau yakin tidak ingin ikut dan merayakan kesuksesan acara malam ini? Oh come on, we will be having fun. You must join us."
Wanita itu hanya tersenyum lembut, menolak dengan sedikit tidak enak hati pada ajakan teman-temannya yang lain. Sedikit bersenang-senang setelah peragaan busana adalah hal yang sering mereka lakukan. Namun, tidak kali ini. Wanita itu merasakan kelelahan di sekujur tubuhnya, yang ia inginkan hanyalah mandi air hangat, berendam di bathub sambil menikmati segelas wine.
Membayangkannya saja sudah terasa begitu menyenangkan, maka dari itu ketika ia melihat mobilnya datang mendekat, ia kemudian menuruni tangga sedikit tergesa hingga tubuhnya kehilangan keseimbangan karena salah pijakan, sementara di bawah sana masih ada sekitar 5 anak tangga.
Ia tidak berani membayangkan rasa sakit jika harus mendarat dengan cara yang sangat tidak elegan di bawah sana. Tidak ada yang bisa wanita yang mengenakan dress hitam itu dengan lekukan tubuhnya yang jelas terbingkai indah lakukan selain memejamkan mata, seolah jika matanya terpejam maka ia tidak akan terjatuh, atau setidaknya rasa sakitnya akan sedikit berkurang.
Tapi kemudian sebuah tangan melingkar erat di pinggangnya yang ramping, lengan itu terasa kokoh dan begitu pas dengan lingkar pingganya yang kecil. Napasnya tercekat, ia tidak sanggup menutupi keterkejutan melihat tangan siapa yang melingkar sempurna di pinggangnya.
Singto Prachaya.
Masih jelas di ingatannya bagaimana teman-temannya yang lain begitu heboh di ruang ganti ketika mengetahui bahwa laki-laki yang paling diminati seantero Thailand itu, ada di barisan terdepan para tamu undangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionKrist Perawat dan Singto Prachaya adalah dua pemuda dalam garis tangan yang berbeda. Namun siapa yang tahu jika benang merah sedang merajut garis pertemuan di antara mereka.