Musik country mengalun merdu dari kamar kontrakan berwarna pink, Krist sudah mengenakan piyama tidurnya, ia duduk di satu-satunya kursi yang terbuat dari kayu diletakkan menghadap ke luar jendela, rintik hujan di awal bulan desember seolah tidak pernah terpisahkan dari kehangatan Natal.
Jalanan basah dan langit mendung di hari minggu sore membuat orang-orang malas untuk keluar rumah, hanya segerombolan anak kecil memenuhi jalan yang sudah digenangi air hujan, terlihat asyik dengan aktivitas bermain mereka.
Sebuah pohon natal mini yang dihias lampu kerlap-kerlip serta beberapa mistletoe menjadi satu-satunya sumber penerangan di kamar itu, secangkir coklat mengepul mengeluarkan uap panas dan Krist kembali mengenang masa lalu, sebuah senyuman seringkali muncul begitu saja ketika kenangan-kenangan indah muncul dalam ingatan.
Krist bukanlah pria tuna asmara, semenjak menginjakkan kakinya di sekolah dasar, ia sudah ditaksir oleh banyak anak perempuan. Anak-anak perempuan itu bahkan rela memberikan permen mereka secara cuma-cuma untuk Krist.
Sifatnya yang ceria serta senyum manis yang selalu menghiasi bibirnya menjadikan Krist cukup populer di kalangan anak perempuan, kepopuleran itu sama sekali tidak luntur bahkan sampai ketika ia menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas ternama di kota Bangkok.
Selain pembawaannya yang penuh aura positif dan energik untuk orang-orang di sekitarnya, Krist juga tergolong pelajar yang pandai, terbukti ia bisa mendapatkan beasiswa di universitas hingga berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan nilai sempurna.
Itu semua tidak terlepas dari didikan orangtua dan neneknya yang cukup keras sejak masa kanak-kanak, dulu jika teman-temannya sedang asyik bermain melompat dan berlarian ke sana-ke mari sesuka hati, maka Krist berbeda. Krist kecil akan sibuk membaca buku-buku yang dibawakan oleh ayahnya, jika teman-teman Krist berdiri depan pagar rumah sambil memanggil-manggil namanya, maka Krist tidak akan bisa bergabung dengan mereka sebelum pekerjaannya di kebun beres.
Keluarga mereka punya lahan yang tidak terlalu luas di belakang rumah untuk ditanami aneka macam sayuran dan hasilnya selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan dapur, bahkan jika hasilnya melimpah, maka ibu Krist akan membagi-bagikannya ke para tetangga.
Ibunya mengajarkan Krist bahwa tanaman juga merupakan mahkluk hidup dan layak diperlakukan sebaik-baiknya, Krist jadi mengerti tentang tanaman mana yang tidak perlu banyak air atau tanaman mana yang harus terkena cukup sinar matahari agar tidak kering dan mati. Ibu Krist terkenal karena kebaikan hati, serta wajah cantiknya yang seolah tak pudar termakan usia dan juga merupakan wanita serba bisa. Seorang ibu yang memperlakukan tanaman layaknya anak sendiri, diurus penuh kasih sayang dan perhatian.
Lain ajaran ayah dan ibunya, lain pula ajaran sang nenek. Meski usianya tidak lagi muda, namun semangatnya untuk tawar-menawar di pasar tidak bisa dikendalikan, dari neneklah Krist belajar menawar harga "Jika pedagang tidak setuju dengan penawaranmu, maka pura-puralah pergi. Nenek yakin, pedagang itu akan gelagapan dan pasti memanggilmu kembali." Sebuah trik kuno yang tentu saja bermanfaat untuknya ketika ia harus tinggal di Bangkok dan jauh dari keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhannya di Bangkok, Krist bekerja di sebuah kedai kopi yang lokasinya tidak jauh dari kampus, selain itu pemilik kedai berbaik hati memberikan satu ruangan untuk tempat tinggal Krist, ruangan yang tadinya adalah sebuah gudang. Jadi, setiap malam ketika ia tidur, Krist bisa mendengar suara tikus yang mendecis atau bahkan mengendus kakinya, Krist sama sekali tidak terganggu dengan itu semua.
Berbagi kamar dengan seekor tikus bukanlah hal yang buruk. Bersyukur saja ia masih punya tempat untuk bernaung dari hujan atau teriknya matahari.
Sedari awal sudah banyak mahasiswa juga pelanggan di kedai kopi tempatnya bekerja yang dengan terang-terangan mengungkapkan perasaannya pada Krist, namun bukan sekali dua kali Krist harus menolak dengan cara halus diiringi senyum tulus ajakan untuk berteman saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionKrist Perawat dan Singto Prachaya adalah dua pemuda dalam garis tangan yang berbeda. Namun siapa yang tahu jika benang merah sedang merajut garis pertemuan di antara mereka.