🍊
Dulu, Singto membeli kafe ini tanpa pernah melihat langsung bangunannya. Tapi, sekarang ia mengerti kenapa harga kafenya sendiri selangit. Berdiri di atas tebing dengan pemandangan langsung menghadap lautan bebas, sinar matahari yang mulai meninggi menembus kaca-kaca jendela membawa kehangatan ke dalam ruangan, aroma kopi dan musik indie folk mengalun melengkapi pagi yang cerah.
Di antara keramaian pengunjung, mata Singto tidak bisa lepas dari Krist yang terlihat sibuk. Bergerak lincah menyambut para pengunjung, memberinya menu, mencatat pesanan, membuat kopi, dan mengantarkannya ke meja pemesan.
Lagi dan lagi, Singto jatuh cinta. Pada orang yang sama.
Dan saat mata mereka tiba-tiba bertemu tanpa sengaja, menyisakan ruang yang seolah-olah hanya diisi oleh mereka berdua, waktu terasa berhenti. Krist mengulas senyum. Singto tidak bisa berpaling dari keindahan ini.
Singto sadar sejauh mana jarak memisahkan mereka, ia akan melakukan segala cara untuk menemukan Krist.
Karena melihat Krist berada dalam jangkauannya membuat Singto merasa dunianya kembali utuh.
🍊🍊
Krist pernah berpikir bahwa meninggalkan Thailand, dan pergi sejauh mungkin, bisa membuatnya melupakan segala hal menyangkut Singto.
Hari demi hari dilaluinya dengan menyibukkan diri, tapi ketika malam hari tiba, semua usaha untuk melupakan sosok Singto menjadi sia-sia. Setiap malam laki-laki itu kembali memenuhi pikiran, dan 'mungkin' juga hatinya.
Seringkali Krist hanya menghabiskan malamnya dengan berdiam diri di dekat jendela, memandangi pantulan rembulan di permukaan laut, mendamaikan pikirannya dengan suara-suara deburan ombak atau ia akan mulai memetik gitar dan bersenandung. Lalu, tanpa permisi wajah tampan dan senyum hangat Singto kembali menyapa, meruntuhkan benteng move on yang telah ia bangun dengan susah payah.
Sesulit ini untuk melupakan orang yang telah memberinya sakit hati mendalam?
🍊🍊🍊
Pukul 11 malam, kafe sudah benar-benar senyap dari segala aktivitas. Menyisakan Krist yang masih sibuk di meja kasir untuk menghitung pemasukan hari ini.
Perhatiannya teralihkan pada secangkir coklat panas yang Singto letakkan di depannya, "Ini akan membantumu menghangatkan tubuh." Krist mengangkat wajah hanya untuk mendapati wajah t̶a̶m̶p̶a̶n̶ ̶p̶e̶n̶u̶h̶ ̶c̶i̶n̶t̶a̶ menjengkelkan Singto.
"Aku tidak menambahkan obat tidur ke dalamnya, aku hanya memberi sedikit ramuan cinta agar kau mau kembali padaku." Sambung Singto yang dibalas dengan tatapan jijik dari Krist.
"Sebelum kau berharap terlalu tinggi, biar kujelaskan sekali lagi. Aku. Tidak. Akan. Kembali. Padamu." Krist memberi penekanan di setiap jawabannya. Dua pasang mata itu saling menatap dengan harapan berbeda, atau sesungguhnya Krist hanya mencoba mengingkari perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
FanfictionKrist Perawat dan Singto Prachaya adalah dua pemuda dalam garis tangan yang berbeda. Namun siapa yang tahu jika benang merah sedang merajut garis pertemuan di antara mereka.