18. Stay With Me

3.4K 418 32
                                    

"EHEMMMM!!!"

Krist dan Praew sontak menoleh bersamaan ke sumber suara dan terkejut dengan kehadiran Singto yang tiba-tiba sudah ada di sana dan kini sedang berjalan ke arah mereka. Sebenarnya bukan tiba-tiba, mereka berdua bahkan tidak menyadari bahwa Singto sudah mengintip di balik pagar yang tertutupi oleh tanaman merambat itu sejak beberapa menit yang lalu.

Ya.. tidak ada yang menyadari Singto sedang mengintai mereka berdua, kecuali sekumpulan nyamuk betina yang berlomba menghisap darahnya.

Praew menunduk malu menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah, setelah mengumpulkan semua keberanian yang ia miliki akhirnya ia berhasil mencium pipi kanan Krist saat laki-laki itu ingin berpamitan. Tapi, kenapa Singto harus muncul di saat seperti ini?

Sementara Krist? Ia tidak berkutik di tempatnya, sama sekali tidak menyangka jika Praew akan menciumnya, dan kini jantungnya seakan berhenti berdetak melihat Singto yang menatapnya tajam, Krist merasa seperti telah melakukan kesalahan, ketika Singto berdiri di depannya tersenyum dengan ekpresi wajahnya yang tenang, Krist tahu ia telah membuat Singto marah.

"Maaf mengganggu kencan kalian. Tapi, aku tidak bisa tidur jika kedinginan."

Praew yang tidak mengerti ucapan Singto dan Krist yang mencoba menghindari tatapan mengintimidasi dari laki-laki yang saat ini berdiri tepat di sisi kirinya.

"Ma –maksud Phi apa?"

"Aku butuh sesuatu untuk dipeluk", Singto meraih pergelangan tangan Krist "dan tidak ada yang bisa kupeluk jika Krist masih di sini." Sambungnya masih tenang dengan senyum penuh makna.

Praew merasakan hawa dingin yang tiba-tiba menyelimutinya, Krist yang tadinya tidak berani memandangi Singto seketika membulatkan mata menatap laki-laki itu, kakinya seperti kehilangan pijakan, dan ketika Singto menarik tangannya untuk pulang, bibir Krist terasa kelu untuk sekedar berpamitan pada Praew yang memandangi kepergian mereka dengan ekspresi tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Hilang sudah. Krist sudah kehilangan muka di hadapan Praew karena laki-laki yang sedang menyeretnya pulang ini.

**

"Aku tidak bisa tidur jika kedinginan."

Dia sendiri yang bilang tidak bisa tidur jika kedinginan, tapi sekarang dia malah tidur dengan bertelanjang dada.

"Aku butuh sesuatu untuk dipeluk, dan tidak ada yang bisa kupeluk jika Krist masih di sini."

Dipeluk? Singto bahkan mendiamkannya semenjak mereka pulang dari rumah Praew.

Krist memberenggut dalam hati, Singto yang sedang tidur memunggunginya tanpa mengenakan atasan. Bahunya yang lebar, dadanya yang bidang, dan punggung tegapnya yang berotot. Krist bukannya berharap untuk dipeluk. Namun, pemandangan di depannya yang berjarak tidak lebih dari 20cm dikarenakan ranjangnya yang kecil, membuat akal sehatnya lupa diri.

Ingin rasanya ia kembali menggigit bahu lebar itu seperti saat Singto berkali-kali menyatukan tubuh mereka waktu itu. Sial!

Krist menghembuskan napasnya kesal, kenapa bayangan erotis itu –dengan tidak tahu malunya, muncul di saat seperti ini?

Ia membalikkan tubuhnya ke arah dinding, baginya memandangi dinding kayu kamarnya jauh lebih bersahabat daripada harus memandangi bahu yang luar biasa menggoda iman milik Singto.

Krist sepertinya lupa kebiasaan tidurnya sendiri, ia bahkan tidak merasakan sebuah tangan memeluknya dengan posesif dari belakang, menyusul dengan kecupan-kecupan ringan di tengkuknya dan hisapan di bahunya yang putih mulus hingga meninggalkan tanda kemerahan.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang