part 12

2.9K 294 4
                                    

Iqbaal yang melihat buku apa yang disodorkan sang anak hanya bisa terpaku dan mencoba menelan ludahnya susah payah

"Kal..lian dapat bu..ku ini darimana"tanya Iqbaal dengan gugup kearah kedua anak kembarnya

"Tadi kita nemu disana yah"jawab mereka sambil menunjuk rak buku yang berisikan kumpulan majalah dewasa

"Kan ayah udah pernah bilang jangan pernah mendekat ke rak itu kenapa kalian bandel banget sih"ucap Iqbaal sambil menggeram pelan

"Maaf yah"ucap mereka berdua serempak dan menundukkan kepala pun serempak

"Ayah gak mau tau, balikin buku ini sekarang"pintah Iqbaal penuh penekanan

"Iya yah"ucap vano sambil mengambil buku yang berada di tangan sang ayah sambil berjalan menuju rak buku yang ditunjuknya tadi

"Anne kenapa nak"tanya (namakamu) sambil menghampiri Anne yang kini tak berani menatap wajah sang ayah

"Vano sini kamu"ucap Iqbaal dengan tegas dan vano yang tadinya berada disalah satu rak buku langsung saja mendatangi sang ayah

"Unda, Quen tatut"ucap Quen langsung memeluk erat tubuh (namakamu)

"Udah kamu gak usah takut yaa sayang"ucap (namakamu) sambil mengusap punggung Quen

Sedangkan ke 8 anaknya yang lain pun juga mendekat kearahnya karna mereka juga takut melihat kilatan kemarahan dari sang ayah

"Raffa ajak adik-adik kamu ke kamar yaa sayang"pintamu Kepada Raffa

"Iya bun, yuk kita ke kamar yaa"ucap Raffa sambil menggiring ke 7 adiknya keluar dan meletakkan Quen didalam gendongannya

"Kalian tahu gak apa kesalahan kalian"tanya Iqbaal tajam

"Enggak yah"jawab mereka berdua kompak sambil menggelengkan kepalanya

"Ini kenapa sih"tanyamu kepada Iqbaal

"Nih, ajarin kedua anak kamu ini sopan santun"jawab iqbaal dengan judes

"Mereka juga anak kamu juga kali baal"ucap (namakamu) sambil mengelus lembut kedua puncak kepala anak kembarnya itu

"Aku gak pernah yaa, merasa punya anak yang gak bisa diatur kayak mereka berdua"ucap Iqbaal sambil menatap tajam wajah kedua anak kembarnya yang menunduk

"Kamu kok ngomongnya gitu sih"ucapmu sambil menatap jengkel Iqbaal

"Habisnya mereka berani-beraninya ambil salah satu majalah dewasa aku, kamu kan tau sendiri aku paling gak suka kalau ada yang datangin rak itu. Kamu aja yang istri aku, aku larang eh mereka dengan seenak jidatnya malah ngambil salah satunya"ucap Iqbaal dengan nafas yang mulai tidak teratur Karna amarahnya

"Yaa jangan salahin mereka lah baal, salahin diri kamu sendiri yang teledor kenapa kamu malah campurin majalah itu diantara kumpulan buku pengetahuan mereka"ucap (namakamu) yang mencoba membela kedua anak kembarnya

"Kok jadi aku sih yang salah, harusnya disini itu mereka yang salah bukan aku"ucap Iqbaal dengan amarahnya

"Tau ah percuma bicara sama orang keras kepala kayak kamu gak bakalan ada ujungnya"ucap (namakamu) sambil membawa kedua anaknya keluar dari perpustakaan kecil keluarganya itu

"Tau ah, gak istri gak anak semuanya gak ada yang bisa diatur. Nyesel aku nikah sama kamu"ucap Iqbaal yang malah dihiraukan oleh (namakamu)

"Bun, maafin kita yaa. Gara-gara kita bunda jadi marahan lagi sama ayah"ucap vano dengan penuh penyesalan

"Iya gak papa kok nak, jangan dipikirin lagi yaa masalah ini"ucapmu kepada kedua anak kembarmu itu

"Iya bun"jawab mereka berdua serempak

"Sekarang kalian tidur yaa, udah malem juga gak baik kalau anak kecil tidur malem-malem"ucapmu sambil mengusap kedua kepala anakmu

"Bunda sayang kalian"sambungmu sambil mencium kedua pipi gembul anak kembarmu secara bergantian

"Kami jauh lebih sayang bunda"ucap mereka berdua serempak sambil mencium pipi kanan dan kiri bundanya lalu masuk kedalam kamar mereka masing-masing

Dan kamu pun berniat masuk kedalam kamarmu. Tapi saat kamu sampai didepan pintu kamar anak sulungmu kamu mendengar sebuah Isak tangis

Hiks hiks hiks

"Kamu kenapa kok nangis"tanyamu saat kamu sudah masuk kedalam kamarnya dan mendapatinya kini tengah menangis sambil duduk di balkon kamarnya

"Bunda marahan lagi yaa sama ayah"tanya Raffa dengan suara paraunya

Sedangkan kamu hanya diam tanpa berniat memjawab pertanyaan Raffa, Raffa yang mengerti arti dari diammu pun mulai membuka suaranya lagi

"Bunda sama ayah berantem pasti gara-gara kita kan bun! Kenapa sih keluarga kita gak bisa kayak keluarga yang lain! Aku terkadang iri lihat teman-teman aku yang pulang sekolah selalu dijemput ayahnya sedangkan aku sekalipun gak pernah, bahkan nyempetin diri buat lihat kamar aku saat malam hari pun ayah gak pernah"ucap Raffa dengan lirih dan kamu hanya bisa menangis sambil terus mendengarkan keluh kesah anak sulungmu

"Kadang aku pikir,ayah itu gak sayang sama kita, ayah gak pernah sayang sama aku bunda dan juga adik-adik aku. Ayah selalu saja marah-marah tiada hari tanpa dia marah-marah. Sebenarnya salah kita apa sih bun! Bahkan setiap kali ayah suruh kita lakuin ini itu kita selalu mau tanpa pernah kami menolaknya. Kami memang anak pembawa sial yaa bun! Maaf Karna kami ayah selalu marah ke bunda. Maafin aku juga yang belum bisa jadi anak sekaligus jadi kakak yang baik buat bunda dan adik-adik aku. Maaf Karna bunda yang selalu jadi korban kekerasan ayah saat kami buat ulah. Bunda pasti nyeselkan udah labirin kita ke dunia. Maaf bunda maaf"ucap Raffa sambil memeluk sang bunda dengan erat

"Raffa dengerin bunda nak, bagi bunda kalian adalah anugrah yang dititipin Allah untuk bunda rawat dan bunda jaga sebaik mungkin. Bunda gak pernah nyesel udah pernah lahirin kalian, malahan bunda bangga punya anak sehebat dan sepintar kalian, jangan pernah merasa bersalah lagi yaa nak"ucapmu dengan lembut

"Bunda, apa Raffa boleh minta satu hal sama bunda"pinta Raffa lirih

"Kamu mau apa sayang"tanyamu sambil mengusap puncak kepala Raffa lembut

"Tetap tersenyum saat hati bunda sedang terluka. Raffa gak mau lihat mata bunda. Air mata bunda terlalu berharga buat nangisin hal-hal yang gak penting kayak gini. Raffa mau lihat bunda selalu tersenyum Karna bagi Raffa senyuman bunda adalah senyuman terindah yang pernah Raffa lihat"ucap Raffa sambil menghapus air mata sang bunda

"Bunda sayang Raffa"ucapmu sambil memeluk Raffa lebih erat lagi

"Raffa jauuuuuhhhh lebih sayang bunda, jangan pernah tinggalin Raffa yaa bun, apapun yang terjadi karena Raffa masih butuh bimbingan bunda"ucap Raffa sambil membalas pelukanmu tak kalah eratnya

Sedangkan sosok yang sedari tadi berada di balik pintu kamar Raffa hanya bisa tersenyum haru lalu pergi meninggalkan kamar itu dengan penuh penyesalan




















Bersambung

IDR FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang