TTU 10

300 69 14
                                    

"Sukses dengan permainanmu semalam?" sahut Gon, membuat Taehyung menoleh dengan ponsel ditangannya.

"Tentu saja. Apa yang tidak pernah aku sukseskan selama ini?" tanyanya sendiri. Sampai ia terdiam dan mengingat satu hal.

Aku belum bisa mengembalikan ingatan Suzy. Aku yakin dia benar-benar Suzy.

Ia menatap lurus kedepan, melamun jangka pendek karena Gon melempar sebuah amplop berisi ratusan lembar uang.

"Aku mencium bau uang disini," gumamnya, sebelum membuka amplop itu lebih dulu. Membuat Gon tersenyum tipis melihat kelakuan Taehyung.

"Kau paling hebat dalam segala hal. Kau tahu V, boss besar ingin bertemu denganmu setelah sekian lama." Gon, berjalan perlahan ke tempat duduk Taehyung. V hanyalah nama samaran Taehyung, bisa dibilang nama keren Taehyung di kalangan orang-orang disana akhir-akhir ini.

Boss besar, atasan yang memegang kendali kelompok sniper pembunuh bayaran ini. Selama dua tahun ini, Taehyung belum pernah melihat batang hidung orang itu. Katanya, dia seorang perempuan blasteran Korea-Amerika. Dan kesempatan kali ini snagat langka, Taehyung begitu ingin tahu orang terjahat di dunia ini.

"Sungguh?" tanya Taehyung dengan nada antusias.

Gon mengangguk.

"Dia sangat cantik. Kau harus siapkan jantungmu atau kau akan pingsan melihatnya," godanya, berbisik geli. Hanya membuat Taehyung menyeringai dan berdecit kesal tak suka.

"Aku tidak peduli! Tetap saja dia penjahat," ucapnya.

"Kita semua disini penjahat, kau lupa?" tegasnya lagi.

"Tapi kita berbeda,"

"Terserah. O, ya. Dia ke Korea minggu depan. Masih ada waktu seminggu untuk mempersiapkan dirimu, V!" goda Gon kembali seperdetik sebelum bangkit dan pergi meninggalkan Taehyung sendirian.

"Tidak ada yang lebih cantik dari Suzy," lirih Taehyung tanpa ekspresi. Kemudian dia menyalakan layar ponselnya dan mengirim pesan singkat pada Sooji.

To Suzy: kau harus punya waktu luang. Aku mau bertemu denganmu, aku sedang bosan.

To Suzy: jangan menolak, aku memaksamu. Aku menunggumu di caffe dekat Bar 1 jam lagi.

Terkirim. Taehyung mengantongi ponselnya ke saku hoodienya. Mengangkat kupluknya menutupi kepalanya dan berjalan santai keluar rumah.

.

"Apa-apaan ini," omel Sooji ketika melihat pesan dari Taehyung yang terbilang memaksa, "seenaknya saja memaksa orang. Dia pikir aku pengasuhnya harus menemaninya segala."

"Kenapa, Ji. Kau ada masalah?" tegur Kim Woo Bin yang tengah duduk menatap Sooji sedari tadi. Ia bahkan hampir terlupa dengan lembar dokumen ditangannya.

Sooji menggeleng kesal, lalu menghela napas panjang dan menghembuskannya berat.

"Mana dokumennya? Aku ada urusan Kim. Kita lanjutkan nanti ya. O,untuk makan siang kita tunda dulu." Sooji memutar tubuhnya dan meninggalkan Kim Woo bin berdua dengan Suga.

"Eh. Tapi Ji, tidak bisa beg ... itu," lirih Woo Bin pasrah, pintunya sudah terbuka dan nihil tangannya pun tak bisa menahan kepergian Sooji.

Dan tuan Suga yang terhormat, hanya mentertawakan pria kekar di depannya. Keterlaluan!

"Kenapa tertawa?" ketus Woo Bin dengan tatapan jengah.

Suga menggeleng dengan telapak tangan dimulutnya. Menahan suara tawa yang kemungkinan lolos keluar dari mulutnya.

The Truth Untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang