TTU 13

306 65 8
                                    

"Kau ingat ini?" lalu Taehyung memberikan setangkai bunga mawar pada Suzy.

Wanita itu tak menggubris, ia hanya sibuk melihat bunga cantik berwarna merah ditangan Taehyung. Ia tahu, hanya saja dia sulit mengingatnya.

"Akhh ... aku pasti akan mengingatnya," cicit Suzy kesal.

Taehyung yang mengulum senyum itu mendadak diam. Meluruskan lengkungan dibibirnya dan menurunkan tangannya.

"Aku pergi dulu," ucapnya seperti benci karena Suzy tak mengingat akan hal itu. Dan pada kenyataannya, Suzy memang sulit mengingatnya. Bukan karena apapun, tapi Suzy memang tak bisa mengingat bunga cantik itu.

Taehyung bangkit dari kursi di sebuah caffe kecil ini, wajahnya murung dan tanpa permisi meninggalkan Suzy sendirian.

"Taehyung! Kim Taehyung!" teriak Suzy, memanggil pria itu beberapa kali. Percuma, Taehyung tak berhenti bergerak dan terus berjalan sampai kemudian pergi ketika pintu keluar membuat dirinya menghilang.

Suzy hanya mengerutkan dahinya, mengusap wajahnya lembut dan merapikan rambutnya yang menjuntai ke depan karena tundukkan wajahnya beberapa detik yang lalu.

.

Seokjin tahu apa saja makanan dan minuman kesukaan Sooji, dan di kesempatan kali ini dia membawa kopi. Ia harap minuman itu bisa membuat Sooji tak mengantuk karena mendapatkan tugas lemburan.

"Ji, ini kopimu!" ia meletakkan cangkir kopi itu di dekat berkas-berkas di meja Sooji.

Sooji menengadah, melihat Seokjin dengan kemeja putih kotak-kotak hitam itu berdiri dengan senyuman manisnya.

"Terima kasih. Kau belum pulang?"

Seokjin menggeleng lalu menarik kursi untuk dia duduk di depan meja kerja Sooji.

"Aku malas. Aku mau menemani lemburanmu, boleh?" Sooji hanya tersenyum dan menggeleng kecil.

"Terserah, tuan tampan!"

Seokjin hanya tertawa kecil lalu merogoh ponselnya dan ternyata ada pesan masuk dari kakaknya. Dan setelah pesan singkat yang entah apa isinya itu, Lee Seung Gi tiba-tiba menghubunginya.

"Kau dimana?"

"Di kantor," jawabnya lalu melirik Sooji, "menemani Sooji."

"Bisa kau datang ke kantor Suga di Seoul?"

Seokjin tercengang. Malam-malam begini? Ke Seoul?

"Kau gila kak?" katanya tak percaya, "ini sudah malam."

"Memangnya kenapa kalau sudah malam, huh? Kau kan lelaki." Seokjin mengunci mulutnya rapat.

"Iya, iya." jawabnya malas.

Sooji yang hanya memperhatikan Seokjin hanya tak bisa berhenti tersenyum dan menggeleng.

"Ambil berkas tentang kaburnya buronan bernama Felix 2 tahun yang lalu."

"Ada apa dengan pria bernama Felix itu? Bukankah kasusnya sudah 2 tahun berlalu?" tanya Seokjin serius.

Sooji yang menangkap nama pria bernama Felix itu menghentikan jemarinya di atas keyboard komputernya tiba-tiba. Seperti ada sesuatu yang memanggilnya ketika nama itu di sebutkan oleh Seokjin. Ia hanya membulatkan kedua bola matanya, darah seolah tak mengalir dengan normal. Napasnya seperti sesak tiba-tiba dan memorinya berjalan pada satu bayangan hitam putih yang membawa dirinya pada satu pria dengan kemeja hitam disebuah rumah dan menyiksa wanita yang ia tebak, dirinya!

"Aakkh!" Sooji lemas mendadak, kepalanya begitu berat dan sakit. Ia memegang kepalanya erat dengan mata terpejam.

Seokjin cemas melihat Sooji begitu, dan tanpa izin dia mengabaikan panggilan Seung Gi.

"Jin? Kim Seokjin kau disana ...,"

Seokjin memundurkan kursinya dan berdiri lalu berjalan kecil ke tempat Sooji.

"Kenapa denganmu, kau sakit?" tanyanya.

"Kepalaku sakit, Kim!" adunya. Wajahnya juga mendadak pucat.

"Ayo kita ke rumah sakit, aku akan mengantarmu." Seokjin berujar cepat. Dia dengan sigap membantu Sooji berdiri. Hanya saja Sooji tak mau di bawa ke rumah sakit. Ia tak suka.

"Tidak. Aku tidak mau, lagi pula sebentar lagi pasti sakit kepalaku hilang. Aku hanya butuh istirahat," sangkalnya.

"Kalau begitu aku akan mengantarkanmu pulang," lirih Seokjin.

Sooji menurut. Ia akhirnya menghentikan pekerjaannya dan pulang. Bukan pulang ke rumah Jimin yang dimana ada Jungkook. Melainkan Seokjin membawa Sooji ke rumahnya. Sengaja saja sebenarnya, bukan karena rumah Jimin yang jauh. Tetapi karena Seokjin mau melihat wanita itu dirumahnya. Menghabiskan waktu bersama, dan Seokjin bisa menjaganya kapan saja.

.

Seokjin menyesal, karena tak bisa berlama-lama dirumah. Ia harus pergi ke Seoul atau kakaknya akan mengomelinya nanti. Ya, pria yang tengah berdiri di ambang pintu. Dengan tangan yang melipat di dada.

"Cepat sembuh ya. Nanti aku segera pulang," ujar Seokjin.

"Cepat pergi sana, lihat kakak!" Mata Suzy melirik Lee Seung Gi. Pria itu hanya tersenyum. Seokjin hanya ikut menoleh melihat kakaknya yang berdiri di belakangnya, "dia sudah menunggumu."

Seokjin hanya memasang wajah datar. Andai pria itu bukan kakaknya, sudah di pastikan Seokjin akan mengambil pistol dan menembaknya segera. Arrghh.

"Aku tahu. Ya sudah, aku pergi." Seokjin mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Lalu bukannya pergi dia malah duduk lagi.

"Eh, kenapa duduk lagi?" tanya Sooji.

"Kak, besok saja ya. Aku mengantuk," gumam Seokjin. Alasan yang masuk akal. Namun, Lee Seung Gi selalu tahu akal Seokjin jika pria itu sudah berada di dekat sooji.

"Jangan mencari alasan. Cepat pergi, atau kau mau aku pindahkan ke Amsterdam untuk melanjutkan S2 mu?" ancamnya. Selalu, Seung gi tak pernah lolos mengancam Seokjin dengan itu.

Seokjin segera menggeleng dan berdiri lalu pergi keluar dari kamar Sooji. Wanita yang tengah terbaring itu hanya tertawa kecil, sementara Seung gi memutar kepalanya kebelakang melihat Seokjin yang sekarang tengah mengomel sepanjang jalan.

Dan di detik berikutnya, Lee Seung gi menghampiri Suzy. Duduk di kasur Suzy dan mengelus surai hitam wanita itu.

"Kenapa bisa sampai sakit, harusnya kau banyak istirahat."

Suzy hanya menggeleng menahan perasaan sedihnya, ia sedih karena tak bisa selalu menjaga Seung Gi yang ia anggap kakaknya.

"Harusnya aku yang menjagamu, kak. Malah aku yang harus kau jaga," celotehnya.

"Kau itu, aku senang memiliki adik sepertimu. O, ya. Soal siapa Kim Taehyung, apakah dia benar-benar kekasihmu?" tanyanya. Bukan asal bertanya, karena pria ini tahu tentang Taehyung dari Suzy sendiri yang kerap bercerita di telepon atau tatap muka.

Suzy mengangguk, membenarkan kalimat lelaki dengan kemeja dan celana hitam panjang itu.

"Aku ... sebenarnya aku perlahan mulai mengingatnya, tidak banyak. Karena aku kesulitan mengingatnya. Aku hanya ingat namaku dan nama Kim Taehyung dalam ingatanku," ujar Suzy terus terang.

"Itu bagus, Suzy. Kau bisa terus lanjutkan. Maaf karena aku mengambilmu dari rumah sakit, kau jadi kehilangan keluargamu." Lee Seung Gi, lalu menunduk sedih. Ia hanya menyesal karena langkah yang ia ambil untuk Seokjin ternyata salah.

"Tidak usah menyesal, aku senang karena bertemu kalian. Jika kau tidak melakukan itu, maka seumur hidupku aku tidak akan pernah punya kakak sepertimu. Dan aku tidak bisa melihat siapa Seokjin yang tampan dan menggemaskan itu," kata Suzy disela tawanya. Ia meraih lengan Seung Gi dan mengusapnya lembut.

.

Tbc

The Truth Untold Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang