DREAM [12]

56 9 0
                                    

I wait for the Lord, my soul waits, and i His word i hope.
-Psalm 130:5-

***
selamat membaca!
jangan lupa vote dan komen;)
***

Hanya panitia yang tersisa di auditorium NJ. Seperti Alexa, Rafa, Nathan, Vanya, Adrian, bahkan termasuk Sasnia, yang akan menginap di rumah Alexa, lagi.

Terasa lelah namun menyenangkan, seperti mengejar dia, eh ga deng.

Lelah selama 2 minggu terbayarkan karena respon warga sekolah yang luar biasa, seluruh postingan mengenai ulang tahun Nusa Jaya di sosial media meluas.

Alexa tersenyum menyadari kerja kerasnya tak sia-sia.

"Xa,"

Alexa menoleh dan mendapati Vanya berdiri disampingnya. Alexa mengerutkan dahi tanda bertanya.

"Gue mau minta maaf," ucap Vanya.

Kerutan di dahi Alexa semakin dalam.
"Minta maaf kenapa?"

Masih ingat Alexa sensitif dengan kata maaf dan terima kasih?

"Kejadian tempo hari, waktu persiapan," ucap Vanya pelan, masih merasa tak enak akan kejadian itu.

Alexa berusaha mengingat kejadian itu.

"Oh, itu. Santai aja kali," ucap Alexa acuh.

"Tapi kan gue gaenak. Lo marah banget gitu sama Rafa,"

Ingin Alexa tertawa jika dia tidak mengingat jika orang di depannya ini adalah kakak kelas yang notabenenya adalah mantan kakak laki-lakinya itu.

"Santai aja kali, Van. Lo kan udah gue anggep kayak kakak gue sendiri," jawab Alexa tak nyambung.

"Yaudah, Xa. Tapi gue tetep minta maaf ya, gue gaenak sama lo,"

Alexa hanya mengangguk-angguk dengan wajah malas. Dia sudah malas membahas masalah ini.

"Lo maju gih, nyanyi sana." ucap Vanya mengalihkan topik.

"Ogah ah. Lo aja, suara lo kan bagus."

"Idih ga ngaca, suara lo juga kali. Lo nyanyi di taman belakang rumah lo, masih inget ya gue." cibir Vanya.

"Ga bisa lupa banget buk?"

Vanya mendengus sebal dan berlalu meninggalkan Alexa. Alexa hanya tertawa kecil menanggapi sikap Vanya.

"Oke teman-teman perhatian-perhatian."

Semua orang yang ada di auditorium otomatis menoleh ke arah panggung, tempat sumber suara.

"Nah gitu gue diperhatiin, dikacangin mulu," ucap Rio, anak kelas 11 IPA 3 yang biasa dipanggil angry bird oleh teman-temannya karena tingkahnya yang tidak bisa diam. Namun dia sangat pintar dalam hal listrik dan sound system maka dari itu, Nathan menunjuknya.

"Woy angry bird! Lo ngapain dah!" teriak Adrian.

"Berisik lo kutil!" ucap Rio tak menghiraukan Adrian.
"Jadi gini gaes. Kan kite-kite ini kan udeh kerja lembur bagai kuda ni. Kita seneng-seneng dong!" lanjutnya.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang