17. True Feeling

3.7K 223 3
                                    

"Ria?!"

Teriakan Kak Ethan yang memanggil namaku, segera menarikku dari lamunan dan aku pun tersentak kaget. "Eh, iya. Apa, Kak?"

Dengan perasaan bersalah, aku melirik Kak Ethan yang kini menyetir mobil dengan muka masam saat dia mengantarku ke kampus beberapa jam setelah kepergian Kak Ulfa.

"Kamu melamun, ya?" tanya Kak Ethan dengan nada menuduh tetapi tidak mengalihkan pandangannya dari jalanan Kota Surabaya.

Aku terdiam dan menggigit bibir, terlalu terkejut dengan sikap Kak Ethan yang berubah dan tidak selembut dulu.

Kak Ethan menghela napas lalu meminta maaf dengan sebuah gumaman. Nada bicaranya kembali seperti biasa dan saat mobil berhenti sejenak untuk menunggu lampu merah, Kak Ethan menatapku dengan tatapan lembut. "Kenapa? Ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu?"

"Tentang pernikahan kita... apa Kakak sudah punya rencana?" tanyaku dengan suara lirih, setengah bergumam.

Lampu hijau menyala dan Kak Ethan kembali menginjak gas. "Nenek menyarankan kita menikah bulan besar tahun ini, tapi menurut Kakak, terserah kamu saja siapnya kapan."

Jalanan Kota Surabaya menjelang makan siang seperti biasa sangat padat. Mobil-mobil dan berbagai sepeda motor memenuhi jalanan membuat perjalanan ini lebih lam daripada biasanya.

"Besar itu kapan?" tanyaku, setelah lama terdiam.

Aku tidak mengerti nama bulan-bulan dalam adat Jawa yang kini menganut sistem kalendar hijriah.

"Oktober."

"Oktober... ? Lima bulan lagi?"

"Iya, bagaimana menurutmu, Ria?"

Aku terdiam sejenak sebelum mengangguk dan menatap lurus Kak Ethan yang kini mengalihkan pandangannya ke arahku sejenak karena lampu merah. "Apa kita tidak terlalu terburu-buru?"

"Terburu-buru? Maksud kamu pernikahan kita?" tanyanya, tidak mengerti. Suara Kak Ethan terdengar sangat terkejut dengan pertanyaanku.

Apakah Kak Ethan akan marah? Tidak, bagaimana pun aku harus mengutarakan pendapatku. Aku menggenggam tanganku sendiri, seolah mencoba menguatkan hati. "Iya...."

"Kenapa?" tanyanya dengan penuh penekanan seakan tidak percaya dan belum bisa menerima keputusanku.

"Beri aku waktu."

Kak Ethan tiba-tiba menepikan mobilnya lalu seluruh perhatiannya dialihkan untukku. Aku menunduk, tidak berani menatap wajah Kak Ethan yang sepertinya sangat frustrasi.

"Waktu untuk apa?"

"Berpikir dan memutuskan." Aku kembali mengigit bibir tetapi kini untuk menahan cairan bening yang mulai menggenangi mataku.

"Apa kamu mulai ragu dengan perasaanmu?" tanya Kak Ethan yang suaranya kali ini terdengar sangat sendu.

"Aku tidak—" Sebelum aku menyelesaikan kalimat, tangan Kak Ethan meraih wajahku lalu bibirnya membungkam mulutku sepenuhnya.

Berbeda dengan ciuman kemarin malam, ciuman kali ini terasa lebih dalam dan menggunakan segenap perasaan yang bercampur keputusasaan. Aku tidak pernah menyangka setiap ciuman memiliki rasa yang berbeda.

"Apa kamu membencinya?" tanya Kak Ethan dengan sorot terluka.

Aku menggeleng pelan dan jujur dengan apa yang kini kurasakan. "Aku tidak membencinya."

"Apa yang kamu rasakan sekarang?"

"I don't know how to explain it, just overhelmed. Aku merasa semua ini terlalu cepat dan membingungkan."

Inilah pertama kalinya aku jujur mengatakan apa yang kurasakan pada Kak Ethan sejak dia menyatakan perasaannya kepadaku kemarin malam. Jujur sampai saat ini aku masih tidak percaya kalau Kak Ethan memiliki perasaan kepadaku, bukan sekadar perasaan sayang dari seoranng kakak, melainkan perasaan cinta dari pria ke wanita.

Bahagia? Tentu saja. Namun tahukah kamu kebahagiaan yang berlebihan akan sangat menakutkan? Bagiku, kebahagiaan itu seperti menggenggam pasir di mana perlahan lenyap saat kau terlalu erat menggenggamnya.

"Jadi sampai kapan kamu butuh waktu untuk berpikir dan memutuskan?"

"Aku tidak tahu."

Kak Ethan terdiam lama sebelum menarik napas dalam. "Baiklah, aku mengerti."

õõõ

Yang sudah dan akan mau menikah? Pernah nggak sih merasa ragu apakah ini waktu yang tepat untuk menikah? 

Jadi Ria ini semacam itu.. jelas dia pengin menikah terlebih menikahi orang yang disukainya tapi Ria di sini itu TAKUT karena trauma... well kalian akan tahu traumanya di POV Ethan suatu saat nanti.

P.S Maaf ya cerita ini per part emang kubuat nggak sampai 1000 word. Terima kasih sudah vote


[END] Not Old Enough... to be your LOVERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang