Ps. Log out dulu, bagian 4 kemarin ada sedikit perubahan.
Aku mengambil langkah seribu dari kamarku menuju ruang tamu di mana Kak Ethan dan Rumia berada, tetapi saat aku sudah sampai di tempat, tidak ada tanda-tanda wanita berambut panjang yang selalu memakai poni tebal untuk menutupi dahinya yang lebar.
Kak Ethan tidak menyadari kehadiranku ketika aku menghampirinya. Dia membelakangiku dan sedang sibuk merapikan kertas-kertas yang berserekan di meja dan saat dia membalikkan badan, kertas-kertas yang sudah rapi di tangannya tiba-tiba berjatuhan.
Kak Ethan mendadak membatu seperti pria yang terkena kutukan medusa.
“Kak Ethan!” seruku, setengah berteriak untuk menyadarkannya dari lamunan.
Aku bersidekap tangan ke dada, berpose seolah aku marah walaupun dalam hati aku menyeringai lebar.
Melihat reaksi Kak Ethan yang cukup berlebihan beberapa menit lalu, aku yakin Kak Ethan sadar aku bukan lagi gadis kecil yang polos.
Kak Ethan kini mulai menyadari aku juga seorang wanita dewasa dan fakta tersebut merupakan kemajuan pesat untukku yang selama ini terjebak dalam hubungan kakak-beradik.
“Ah… ma—maaf, tadi Kakak nggak sengaja. Kakak sudah ketuk pintu kamu dan nggak ada jawaban jadi Kakak kira kamu lagi tidur,” ucapnya sedikit terbata-bata.
Aku menyipitkan mata, menatapnya curiga. “Terus kenapa tadi Kakak ke kamarku?”
Kertas yang diambilnya kembali terjatuh. Aku tak pernah melihat Kak Ethan secanggung dan sekikuk ini. Dia menarik napas panjang dan ketenangannya mulai kembali.
“Kakak ingin mengajakmu nonton bareng.”
“Bareng Kak Rumi juga?”
Kak Ethan mengangguk dan aku membalasnya dengan tatapan tajam yang juga bisa diartikan sebagai tatapan membunuh sampai wanita berpakaian kasual dengan jins biru dongker dan kaos putih masuk ke dalam percakapan kami.
“Daria mau nonton bareng, nggak?”
“Nggak mau, malas!” ucapku dengan intonasi lebih tinggi.
“Ria!”
Aku tersenyum miring, atau lebih tepatnya menyeringai. “Kenapa Kakak marah?”
“Sudah, Than. Aku nggak apa-apa kok.”
Aku ingin memutar bola mata mendengar Kak Rumi yang sok playing victim layaknya heroine yang teraniaya. Kak Ethan tersenyum lemah ke Kak Rumi yang memasang tampang sedih dan itu membuat kesabaranku terkikis.
“Kak Rumi sebenarnya sadarkan kalau Kakak tidak pernah diterima di rumah ini?”
“Ria, jaga ucapan kamu.”
Aku mengabaikan tatapan tajam Kak Ethan dan terus menyerang Rumia.
“Kenapa Kak Rumi mendekati Kak Ethan lagi setelah Kak Rumi meninggalkan Kak Ethan dan mempermalukan keluarga kami?”
Rumia terdiam sejenak sebelum menatapku lurus. “Aku juga sadar kalau aku pengecut karena datang ke rumah kamu saat Nenek kamu nggak ada. Ria, aku benar-benar minta maaf atas perbuatanku beserta keluargaku dua tahun lalu. Mungkin maaf saja tidak pernah menyembuhkan luka kalian tapi kumohon beri aku kesempatan kedua—”
Aku segera menyela Rumia dengan cepat. Aku tidak membiarkannya meminta Kak Ethan kesempatan kedua. “Mungkin bagi Kak Rumi meminta maaf adalah salah satu penyelesaian tapi tidak bagiku. Sebagai orang yang pernah mencintai Kak Ethan, Kak Rumi seharusnya tahu betapa besar luka yang Kakak torehkan ke Kak Ethan. Kakak tidak hanya melukai hati Kak Ethan, tetapi juga menghianati seluruh kepercayaan dan cintanya dengan memilih dan menikahi pria lain.”
“Aku terpaksa, Ria. Saat itu Papa berhutang pada mertuaku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa selain menikahi putranya yang ternyata seorang gay.”
“Rum, that’s enough! Nggak usah kamu jelasin ke Daria apa yang terjadi dengan keluarga kamu!”
Aku menahan seringai. Sebenarnya yang tidak ingin mendengar penjelasan lebih lanjut bukan aku melainkan Kak Ethan. Dilihat dari wajahnya yang merah padam, aku tahu kalau Kak Ethan sudah tidak dapat menahan emosinya lagi.
“Tapi aku nggak mau terus jadi penjahat dalam keluarga kalian, Ethan. Aku mencintai kamu dan perasaan ini nggak akan pernah bisa berubah. Kumohon beri aku kesempatan—”
“Kak Rumi sudah game over. Kakak tidak akan bisa bersama Kak Ethan,” ucapku dan tidak bisa berhenti mengulum senyum.
Rumi menatapku tajam, tidak terima aku kembali menyela ucapannya, dan kini mulai menunjukkan karakter aslinya yang egois. “Atas hak apa kamu melarang hubunganku dengan Ethan?!”
“Sebagai wanita yang mencintai Kak Ethan, aku tidak akan membiarkan Kak Rumi melukai Kak Ethan lagi!”
“Eh?!”
Aku mengalihkan pandanganku ke Kak Ethan yang entah kenapa ikut terkejut dengan pernyataan cintaku. Kenapa dia terkejut walaupun aku sudah menyatakannya berkali-kali. Apa selama ini dia tidak pernah percaya pernyataan cintaku?
“Hahaha…. Astaga. Maafkan aku!”
Rumi menertawakan pernyataan cintaku. Dia bahkan tidak repot-repot menahan tawanya yang terbahak-bahak. Teganya dia melakukan itu kepadaku!
“Jika aku jadi Kak Rumi, aku tidak akan pernah melukai dan menghianati Kak Ethan. Aku akan selalu bersamanya dan menjadi bagian keluarga yang dia impikan!”

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Not Old Enough... to be your LOVER
RomansaBagi Daria, Ethan adalah cinta pertama yang membuatnya mampu melakukan hal-hal konyol. Bahkan demi memikat Ethan, dia rela menonton film porno--meskipun secara tidak sengaja. Daria harus memikat Ethan sebelum keberangkatan pria itu untuk mengambil g...