5- keputusan?

53 20 2
                                    

SUDAH seminggu sejak Alana mencoba tanya pada Hafiz. Alana bertemu dengan cogan itu cuma sekali. Padahal seminggu itu bisa jadi bertemu sekitar 3-5 kali.

Rasa penasaran Alana makin membludak. Ditambah dengan perasaan kalut dengan keputusannya untuk Jordan.

Jordan benar-benar baik, sangat baik. Tampan, manis dan care pada Alana. Pernah suka sih, dulu. Saat pertama-tama kelas 10, yaa sampai tengah-tengah semester lah.

Ya alasannya karena Alana sudah gak ada rasa lagi dengan Jordan.

Tapi masalahnya disini, kalau Alana menolak Jordan, alasannya seperti tadi. Alana benar-benar kasihan karena Jordan sangat baik kepadanya.

Tapi kalau Alana menerima, dan akan berpacaran dengan Jordan. Lebih takut lagi melukai perasaan Jordan, Alana tidak mau dikata menerima karena kasihan, atau bahkan murahan karena sedang suka sama orang lain, malah berpacaran dengan orang yang lain lagi.

Ditambah pelajaran disiang hari yang panas dan pelajaran membuat pusing tujuh keliling.

Terkadang Alana merasa sedih disitu, guys!

Banyak juga yang mengatakan Alana cocok sekali dengan Jordan. Entah cocok sebagai pasangan, sahabat saja, atau bahkan kakak adik karena sifat dan wajahnya hampir mirip 11 15 lah.

Kalau Alana sendiri memilih opsi kedua, deh.

"Gimana, udah siap sama jawaban kamu?" tanya Gavin saat Alana sedang membaca novel.

Tapi bukan membaca hanya membuka karena pikirannya sedang melayang-layang.

"Aku bingung gilss."

Ya, ketiga sahabatnya sudah mengetahui itu.

"Udahlah, terima aja. Lagian kan kamu pernah suka kan sama Jordan? Dan bisa dihitung baru-baru ini." sahut Arjuna yang menghadapkan kursinya kebelakang. Meja Alana dan Gavin.

"Ngapain sih, masih mikir cogan yang kamu kejar itu? Aku pikir, kamu sibuk kejar maling padahal ada temannya maling di belakang kamu yang bawa barang lebih berharga." sindir Andrew namun dengan nada biasa. Alana sudah kebal dan tak pernah sakit hati atau tertohok oleh ucapan teman-temannya.

"Bingung aku guys. Bingung. Coba deh, kalian ada di posisi aku."jawab Alana mengusap wajahnya, lebih tepatnya sok frustasi.

"Iya sih, tapi ya keputusan ada di tangan kamu." sahut Arjuna enteng.

"kasihan tuh badak satu digantungin." tambah Gavin lagi.

"Inget ya, Al. Bukan cuma cewek yang butuh kepastian. Cowok juga. Tapi keputusan memang ada di tangan kamu. Kita cuma bisa ngingetin." sambung Andrew melanjutkan aktivitasnya seperti biasa, bermain game online.

Alana butuh minum gaes! Haus!

Alana berdiri dan berjalan menuju kantin sendirian. saat ini dia butuh waktu sendiri. Alai memang, tapi ya di satu sisi dia harus mendapatkan apa yang dia inginkan. Terkesan posesif, namun itulah Alana.

Setelah berpikir keras dan menimbang-nimbang, Alana sudah tahu keputusannya.

Ya. Dia harus katakan secepatnya pada Jordan.

Lebih tepat nanti jika pulang sekolah. Karena bel masuk sudah berdering sedari tadi dan Bu Lena sudah menerangkan di depan.

"Jordan, sst..sst... Woi!" pekik Alana pelan takut terdengar oleh Bu Lena.

"Jordan! Woi! Sstt!" panggil Alana lagi sedikit lebih keras.

"Apaaa?" balas Jordan tanpa bersuara.

Princess StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang