Pai sibuk merancang proses rekrutmen posisi manajer sebuah restoran hotel ternama di Surabaya, tiba-tiba Vika datang ke kubikelnya memberitahukan bahwa ia diminta menemui Robin di ruangannya. Pai melengakkan kepala.
“Ada apa?” tanya Pai sontak kelabakan. Seperti orang yang baru saja kepergok ngutil barang di supermarket.
Vika mengangkat kedua bahunya. Tak tahu.
Pai meninggalkan sejenak pekerjaannya untuk menuju ruangan Robin yang tak jauh dari kubikelnya.
Pai mengetuk pintu.
“Pak Robin,” ucap Pai.
“Masuk, Fai,” kata Robin. Khas. Ia tak pernah memanggil Pai dengan sebutan yang sering digunakan kawan-kawannya, melainkan panggilan resmi dan asli seperti Bunda. Terkesan menjaga jarak, kan? Atau justru sebaliknya? Pai merasa pilihan pertama yang terjadi.
Pai duduk di kursi berseberangan dengan Robin dan tersekati meja besar milik Robin.
Robin memulai pembicaraan usai merapikan mejanya dari berkas-berkas yang sebelumnya berserakan. Topiknya adalah rekrutmen calon pegawai perusahaan milik negara yang baru saja dibangun. Pai diminta untuk menjadi penanggung jawab (PJ) proses rekrutmen ini. Ini proyek besar yang akan diselenggarakan bulan depan. Maka dari itu Robin meminta Pai untuk segera merapatkan regulasi rekrutmen calon pegawai perusahaan negara yang bergerak di bidang pelabuhan itu segera.
“Berkas-berkas yang diperlukan untuk mengonsep proses rekrutmennya bisa kamu minta sama Erika. Kamu bisa obrolkan sama Erika juga. Oke?”
Pai mengangguk mantab. Ia memang mantab tapi dari tadi jantungnya berdegup tak keruan cepatnya. Kondisi ini bukan disengaja. Memangnya siapa yang bisa mengontrol kita mau jatuh cinta sama siapa dan kapan?
*
Giliran Pai berurusan dengan Erika untuk mengurus keperluan proses rekrutmen dan seleksi perusahaan yang dimaksud Robin. Urusan Robin dari departemen Organization and Performance Development (OPD) sementara selesai. Mereka membantu mengonsep visi dan misi perusahaan, menciptakan iklim perusahaan dan mengonsep pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) nantinya ketika sudah berjalan. Itu beberapa tugas mereka dari sekian banyak tugas lain untuk klien mereka. Untuk saat ini, eksekusi perekrutan karyawan akan dilakukan oleh departemen Pai, departemen rekrutmen dan pengembangan karir.
Beberapa hari Pai bolak-balik kubikel Erika untuk memastikan bahwa regulasi perekrutan pegawai yang sudah dirancangnya sesuai dengan konsep OPD sehingga pelaksanaannya berjalan lancar. Selama itu pula hubungan Pai lebih intens dengan Erika. Hati Pai tergelitik ingin tahu sejauh apa hubungan Erika dan keluarga Keegan? Tapi ah, kalau ia kepo sudah pasti menambah kesakitan jika kenyataan yang ia dapatkan buruk. Tapi celakanya ia tetap ingin tahu. Ditambah dengan rongrongan dari Medi yang tahu kedekatan Pai dan Erika beberapa waktu terakhir. Medi merengek ingin dibantu untuk mendekati Erika.
“Seumur-umur kita temenan nih, Med, sekali pun, sekali aja...” Pai seraya mengacung-acungkan ujung jarinya di depan muka Medi. “... kamu nyomblangin aku kagak pernah. Sekarang kamu mewek suruh dideketin sama Erika.”
“Ya habisnya cowok seleramu itu nggak ada yang cocok. Kamu terlalu berlebih buat mereka.”
“Maksudmu berlebih? Kamu nggak usah nyinggung fisik segala lah, Med!”
“Come on, babe. Selow aja, Pipi bakpau. Bukan itu. Maksudku, kamu itu terlalu high-end buat mereka-mereka yang masih ababil sok imut. Kamu inget gebetanmu yang sukanya thai boxing tapi masih suka dikempit ketek maminya, ngebatalin ngedate sama kamu gara-gara maminya heboh diskon tas Matahari department store? Kita tahu sendiri pas itu si anak nentengin belanjaan maminya.”