Malam Tahun Baru ini menjadi malam yang sangat melelahkan bagi Devan Antonio, seorang CEO perusahaan minyak yang sangat berpengaruh di Indonesia. Bagaimana tidak, perusahaan multinasional itu kini menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia. Devan, yang baru berumur 30 tahun, memiliki kecakapan yang luar biasa sehingga di umurnya yang tergolong muda, ia sudah menjadi tangan kanan bos pusat perusahaan multinasional itu dan dipercaya memegang jabatan tertinggi perusahaannya di Indonesia.
Sayangnya, ia tak cakap dalam hubungan asmara. Delapan kali pacaran dengan cewek cantik dari segala profesi, tak ada yang bertahan lebih dari sebulan. Ini dikarenakan kepribadian Devan yang terlalu garang dan dingin, apalagi ditambah dengan postur tubuhnya yang tinggi besar membuat orang kalap di hadapannya. Wajahnya yang tampan rupanya tak mampu membuat hubungannya langgeng.
Di kantor, ia dijuluki "suami idaman" oleh semua karyawan wanita, tetapi tak satupun dari mereka yang berhasil mendekati Devan. Jika dianalogikan dengan kasta, Devan merupakan pria yang berada di kasta tertinggi, yang tak mampu diraih oleh wanita di sekelilingnya.
Tahun ini, Devan memutuskan untuk menghabiskan liburannya di Bali.
Seorang diri, tentu saja. Siapa lagi yang bisa ia ajak di dunia ini.
Setelah meminum 10 botol bir, ia menyerah. Matanya mulai berkunang-kunang. Ia melirik arloji di tangan kirinya.
"Sudah tengah malam, rupanya," batinnya.
Ia pun berjalan keluar dari bar dengan tergopoh-gopoh. Ini dikarenakan kepalanya mulai pusing. Belum lagi, birahinya sedang naik.
Sesampainya di hotel, ia berjalan ke resepsionis dan mengeluarkan segepok uang seratus ribuan. Jika dijumlahkan, nominalnya dua juta.
"Cewek maksimal 25 tahun. Langsing. Cantik. Berpengalaman. Kamar 409."
Resepsionis pria itu mengangguk tanda mengerti. Hotel ini memang menyediakan fasilitas plus-plus bagi para tamunya.
Devan pun berjalan menuju kamarnya di lantai 4. Butuh usaha besar baginya untuk sampai di lantai itu. Ia bahkan sudah menabrak dua orang sepanjang perjalanan ke kamarnya. Kepalanya tambah pusing ditambah birahinya sudah tak tertahankan.
Ia membaca nomor yang tertera di pintu kamarnya.
Empat ratus....
Penglihatannya mulai samar-samar. Ia melihat angka sembilan, lantas ia membuka pintu kamar itu dengan kartu di tangannya.
Pintu tak bisa juga terbuka.
Saking pusingnya, ia menjatuhkan kartu itu. Ia pun jongkok dan meraba-raba di lantai sampai ia menemukan kartu berbentuk persegi panjang itu. Ia menempelkan kartu itu lagi di sensor pengaman dan akhirnya pintu terbuka.
Lampu kamar mati, seperti saat ia meninggalkannya tadi. Hanya sedikit cahaya bulan yang masuk melalui celah gorden jendela yang tersingkap.
Dengan bantuan cahaya itu, ia melihat sesosok manusia berbaring di ranjangnya. Ia menyipitkan matanya untuk memastikan dan memang benar sudah ada orang di sana.
Pikirnya, pelacur itu sudah tiba.
Ia menutup pintu dengan kasar dan langsung berjalan menuju ranjangnya tanpa peduli untuk menyalakan lampu.
Lagian "ena-ena" akan lebih enak jika dalam keadaan gelap, pikirnya lagi.
Ia langsung menyerang manusia di ranjangnya itu dengan ciuman buas. Ia mencium wanita itu dengan ganas. Bibirnya sungguh tipis dan enak sekali untuk dicium. Wanita itu mulai menggerakkan tangannya, mengelus punggung Devan.
Devan pun menyesalkan pilihan resepsionis hotel ini karena wanita ini sangat pasif. Tanpa mau menyesal lebih lama, Devan memutuskan untuk mengambil inisiatif. Ia mulai membuka pakaian wanita itu dan menyentuh dadanya.
Namun anehnya, tak ada gundukan gunung yang ia rasakan. Ia pun menyentuh tubuh yang rata itu makin ke bawah hingga ia temukan sebuah gundukan.
Rasa pusingnya makin menjadi. Pikirannya sudah tak jernih. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana ia melampiaskan hasratnya malam itu. Ia meremas gundukan besar itu dan ia terkejut gundukan itu semakin besar.
Ia merasa sangat familiar dengan apa yang disentuhnya.
Akibat remasan tangannya, suara erangan terdengar dari mulut wanita yang ditimpanya, terdengar berat. Erangan itu rupanya membuat Devan semakin bernafsu.
Devan mulai melepaskan pakaiannya satu persatu dan melahap gundukan itu dengan mulutnya. Ia menghisapnya dengan buas.
Aneh sekali. Bagaimana mungkin puting wanita bisa setinggi ini dan cuma satu.
Namun karena kewarasannya sudah hilang, ia tak henti-hentinya menghisap benda keras itu. Erangan yang lebih keras juga makin terdengar.
Tepat ketika benda itu mengeluarkan cairan lendir yang jatuh di permukaan pipi Devan, ia tak mampu lagi menahan matanya untuk tetap terbuka
***
Pagi pun tiba. Cahaya yang masuk melalui jendela membangunkan Devan dari tidurnya. Ia mengucek kedua matanya dan merasakan ada yang aneh dengan tangannya. Kulit tangannya terasa lengket.
Ia membuka kedua matanya dan tersentak karena melihat sebuah batang yang menjulang tinggi di hadapannya. Kepalanya juga bukan bersandar di bantal, tapi perut putih seseorang yang rata dan atletis, layaknya roti sobek. Matanya menjelajahi tubuh telanjang itu dan tatapannya berhenti pada wajah seorang pria yang tak ia kenal.
"Hei! Siapa kamu?!" Devan berteriak seraya menjauh dari tubuh telanjang itu.
***
Gimana dengan part 1 ini? Tinggalkan vote dan comment kalian. Jika kalian suka, maka aku akan meneruskan untuk update cerita ini.Dan aku juga memberi kesempatan kepada kalian untuk memilih cast yang cocok untuk karakter novel ini. Silahkan jawab di komentar dan nama yang kalian ajukan akan kupertimbangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
RomancePeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...