[Disclaimer]
Akhirnya update story ini lagi yeayy.. Kan dulu sibuk Ta, trus lanjut kerja, jadi ga ada waktu dan kebetulan lagi ga ada minat hehe. Now, I'm back.. Kalian yang baca like, comment dong kasi saran atau reaction biar aku semangat nulisnya hehe. Thank you.***
"Dishes on me"
Seusai menyantap nasi gorengnya, Markus menawarkan diri untuk mencuci piring dan peralatan masak lainnya."Iya, Mbok. Cuci yang bersih ya," kata Devan sambil nyengir lebar.
"Mbok mbak mbok mbak. Aku itu seleb, bukan pembantu kamu," balas Markus tak terima.
"iya, terong. Aku mau mandi dulu."
Hah, terong? Markus mengingat sejenak. Baru saja ia hendak membalas, ia melihat Devan sudah menutup pintu kamarnya.
Dasar om om.
Markus pun mengelap meja makan, lalu membawa piring-piring kotor ke wastafel untuk dicuci. Biar tidak bosan, ia sembari menyenandungkan lagu favoritnya.
"Kamu siapa?"
Markus setengah melompat karena kaget. Untung saja ia tidak menjatuhkan piring yang ia rasa mahal ini. Tapi, suara cewek itu benar-benar mengejutkannya, kayak geledek di siang hari. Soalnya, Markus mengira hanya ia dan Devan di rumah ini dan satpam di luar. Oya, kenapa aku tidak melihat asisten rumah tangga? Apakah Devan membersihkan rumahnya sendiri? Tidak mungkin sih. Nanti aku tanyakan. Balik lagi dengan perkara cewek ini. Markus membalikkan badannya dan melihat sosok cewek dengan rambut yang dikuncir. Ia tebak umurnya tidak jauh berbeda dengan Devan. Ekspresi cewek itu langsung berubah tatkala melihat Markus.
Markus menaikkan alisnya.
Cewek ini kenapa?Mata cewek di hadapannya ini menyenter Markus dari atas dan bawah, hingga akhirnya ia berhasil mengeluarkan kata-kata dari mulutnya.
"K-kamu Markus?" tanya cewek itu.
Markus hanya mengangguk ringan.
Suara cewek itu tiba-tiba meninggi.
"MARKUS VREDERICK?"Markus mengangguk lagi. Ia menebak cewek ini pasti mengenalnya sebagai aktor. Apakah dia fans atau bukan? Apakah dirinya sepopuler itu hingga ke kalangan yang lebih tua?
AHHHHHHHHHHHHHHHH!
Teriak cewek itu bergema di seluruh rumah, diakhiri dengan pelukan yang terlalu erat. Markus sampai lupa caranya bernafas.
"apa yang kau lakukan?" tanya Markus di sela nafasnya."Markus, aku fans beratmu. Aku bertemu denganmu kemarin di Lippo."
"Baiklah, fansku. Tolong lepaskan. Aku susah bernafas nih."
Pelukan Gina mengendur dan ia mundur beberapa langkah. Markus yang sudah terbebas dengan rakus menghirup udara dari sekelilingnya.
"Markus, namaku Gina, temannya Devan. Untuk apa kamu di rumah Devan? Tunggu, apa kamu mengenalnya?"
Markus mengiyakan.
"Sialan," umpat cewek itu tiba-tiba, membuat Markus sedikit kaget. Kenapa cewek ini cara berbicaranya ngegas dan bersemangat sekali. Bagaimana bisa Devan bertahan memiliki teman sepertinya.
"emm-kenapa?" tanya Markus pelan, takut membuat cewek ini meledak.
"Sialan saja Devan, tak pernah memberitahuku selama ini kalau dia kenal denganmu, padahal aku sudah setiap hari mengocehkannya padanya kalau aku menyukaimu."
Ohh, akhirnya Markus mengerti kemarahan Gina yang mendadak.
Dari sudut matanya, Markus melihat Devan keluar dari kamarnya dengan hanya mengenakan handuk putih. Dadanya yang bidang dan perutnya yang rata dengan otot yang memikat begitu terekspos. Pupil mata Markus membesar karna kaget akan situasi ini. Tatapannya menyuruh Devan kembali ke kamarnya agar ketelanjangannya tidak dilihat oleh Gina.
Namun, si kunyuk ini malah berjalan mendekati mereka berdua.
"Ada apa ini?" tanya Devan dengan nada bos, ya emang dia bos rumah ini.
Gina, yang baru sadar ada Devan di belakangnya, pun menoleh dan menjawab, " biasa, tetangga nagih sarapan."
Markus kaget. Gina terlihat biasa saja. Padahal, di hadapannya ada Devan yang nyaris telanjang. Apakah Gina sudah terbiasa melihatnya? Siapakah Gina ini? Apakah mereka punya hubungan khusus? Pertanyaan-pertanyaan segera berseliweran di pikiran Markus.
Devan menjawab dengan santai," nasi gorengnya ambil saja di rice cooker, sudah aku siapkan untukmu. Tapi, maaf jika tinggal sedikit, karena dimakan Markus ini."
Dasar, Devan masih bisa bercanda. Markus menatapnya jengkel.
Gina menatap Markus lagi. "Kalau Markus yang makan, aku rela banget kok."
Gina menatap Devan lagi,"kok kamu ga pernah bilang kamu kenal Markus?"
Devan berusaha mempertahankan wajah tenangnya. Markus tahu Devan sedang memikirkan jawaban yang tepat.
"oh, itu. Aku baru tahu Markus yang kamu maksud itu yang ini. Hehe."Gina meninju pelan perut Devan. "Kalau tau gini, aku sejak dulu minta nomor Markus ke kamu kan. Kamu ga mau melihat temanmu ini berkeluarga?"
Markus merasa ini sudah terlalu jauh. Hey Gina, aku tidak menyukaimu. Tapi, ia cuma bisa berkata dalam hati. Kenyataannya, ia hanya menyunggingkan senyum kecil.
"Udah, makan sana nasi gorengnya. Ntar keburu dingin," sela Devan mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Iya, iya. Aku lapar banget. Abis keliling kompleks. Markus, aku makan dulu ya." Gina meminta izin ke Markus sebelum melangkah menuju meja makan.
Devan melirik Markus yang masih berdiri dengan celemek, untuk memcegah air mengenai bajunya. Ia pun berjalan mendekati Markus, melepaskan celemeknya dan berkata dengan lirih," ini aku aja yang lanjutin, kamu mandi sana. Katanya mau ke kokas."
Markus pun menurut dan berjalan menuju kamar Devan.
***
Gimana? Suka ga? Ada yang pengen Markus dan Devan bersatu nantinya?

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
RomancePeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...