"Van.. Aku ingin ketemu Markus. Anterin!"
Devan yang sedang membaca koran di depan televisi yang menyala tak bergeming. Ia selalu bertindak seperti hilang dari dunia saat sedang fokus membaca. Bahkan, jika sekarang dia ditanyakan tentang apa yang televisi siarkan, dia tak akan tahu-menahu.
Bahkan suara cempreng sahabatnya tak bisa membawanya kembali ke kenyataan.
Gina adalah sahabat Devan paling dekat karena mereka sudah bersahabat sejak kecil. Rumah mereka bersebelahan sehingga frekuensi mereka bertemu sangat tinggi, bahkan setiap hari.
Saat kedua orang tua Devan meninggal dalam kecelakaan, Ginalah yang membantunya menyiapkan pemakaman dan lain-lain. Devan adalah anak tunggal. Ia tak punya siapa-siapa lagi di Jakarta. Keluarganya yang lain sangat jauh di Pulau Sumatera sana, tetapi mereka sudah tidak pernah berhubungan.
Gina menatap sobatnya yang sedang duduk di sofa dengan koran di genggamannya.
Jitakan keras jatuh ke kening Devan, saking kerasnya hingga menyadarkannya kembali.
"Apa kau gila?"
"Aku sudah memanggilmu ribuan kali, kurasa aku gila karena hal itu."
Devan nyengir.
"Kau kan tahu aku tak suka diganggu saat membaca."Gina tersenyum sambil berkata," baiklah, karena sekarang kamu sudah tidak membaca, ayo anterin aku ketemu Markus."
Markus?
Mengingatkanku akan dia yang entah kenapa masuk ke mimpiku setahun lalu."Siapa itu?"
Gina berkacak pinggang, memperlihatkan ekspresi jijik di wajahnya.
"Rupanya kau benar-benar kuno ya. Markus itu aktor yang paling populer sekarang."Jawaban Gina rupanya membuat Devan lucu, lantas ia tertawa keras. Gina bingung dengan reaksi Devan.
"Apa yang kau tertawakan?"
Devan masih belum bisa menghentikan tawanya, sampai-sampai ia kesusahan menjawab, "haha.. ayolah. Kau sudah umur berapa sekarang? Bertemu aktor bukan lagi zamanmu. Yang perlu kau lakukan sekarang hanyalah mencari jodoh dan menikah. Aku tebak Markus yang kau bicarakan itu hanyalah bocah ingusan yang baru berusia 17 tahun."
Gina merasa sangat marah karena Devan menghina calon suami masa depannya.
"Kau salah besar. Markus adalah jodohku dan dia bahkan seribu kali lebih tampan darimu. Itulah mengapa aku harus bertemu dengannya.""Tidak." Percakapan itu seperti ditutup dengan satu kata penolakan oleh Devan.
Gina tak puas dengan keputusan Devan, pun mulai mencari cara persuasif lain.
"Aku akan membelikanmu satu setel jas di toko itu. Tolong temani aku."Tanpa melirik sahabatnya itu, Devan menjawab dengan sombong," aku bahkan bisa membeli toko itu."
Gina merasa tak ada cara lain lagi, kecuali mengancam sahabatnya yang kaya tersebut.
"Baiklah kalau begitu, aku berjanji tak akan bicara denganmu lagi selamanya."Terdenger kekeh dari Devan.
"Kau sudah mengancamku ribuan kali dengan hal itu dan lihat sekarang, kau masih di sini dan mengancamku dengan hal yang sama."Gina merasa kebenciannya meningkat pada laki-laki ini. Ia pun akhirnya menyerah untuk mengajak Devan pergi.
"Awas saja kalau Markus melamarku nanti. Aku akan menjadi Nyonya Vrederick yang cantik jelita," seru Gina sambil berjalan ke luar rumah.
"Tunggu!" Devan berteriak.
Aha!
Gina berbalik dengan senyum girang. Sepertinya ia sudah berhasil menyebutkan kata kuncinya. Apakah Devan merasa ia cantik jelita?"Namanya Markus Vrederick?"
Gina mengangguk.
Sedetik kemudian, Devan melesat ke dapur dan mulai membuat sesuatu di dapurnya.
"Jadi, apa keputusanmu?" teriak Gina pada Devan yang sedang membuat adonan.
"Aku akan mengantarmu. Tunggu saja di mobil. Aku akan sebentar saja."
Gina tertawa bahagia.
Satu jam kemudian...
Devan membuka pintu mobilnya dan langsung disambut dengan wajah Gina yang bersungut-sungut.
"Kau kenapa?" Devan bertanya dengan polos.
Gina berdeham.
"Ada sebuah cerita di mana seseorang menyuruh sahabatnya yang cantik untuk menunggu di mobil karena ia sedang ada keperluan di dapur sebentar. DAN SEKARANG SATU JAM SUDAH BERLALU. Kau sungguh kejam. Seluruh make-up ku sudah hancur. Bagaimana Markus bisa menyukaiku?" Celoteh Gina."Bagaimanapun juga, kau tetap cantik dalam kondisi apapun," hibur Devan. Ia sungguh tahu kelemahan dari Gina, yaitu ia paling senang dipuji. Terlihat sekarang bahwa senyum sudah merekah di bibirnya. Ia pastilah sudah melupakan kemarahannya.
Devan menyalakan mobilnya. Ia pun menoleh ke arah Gina dan bertanya,"di mana tempatnya?"
"Lippo Mall Kemang. Tapi, asal kau tahu saja. Acara seharusnya sudah dimulai lima belas menit yang lalu."
Mendengar ucapan Gina, Devan melajukan mobilnya lebih cepat lagi. Gina merasa heran melihat tingkah Devan karena inilah kali pertama ia melihat Devan mengendarai mobilnya secepat ini. Asal kau tahu saja, Devan adalah pria yang sangat taat aturan. Namun, hari ini sepertinya ia kerasukan.
Dalam lima belas menit saja, mereka sudah sampai di mall. Sesampainya mereka di lokasi acara, keramaian sudah membludak dan mereka kedapatan antrian yang paling akhir untuk berfoto.
Dari antrian paling belakang, Devan mengintip melalui kerumunan untuk melihat Markus Vrederick yang tadi Gina sebutkan.
Ia ingin memastikan apakah dia orang yang sama atau tidak.
Ketika antrian sudah semakin pendek, Devan sudah bisa melihat sosok Markus Vrederick.
Pria blasteran tampan dengan mata biru muda yang indah, dipadu dengan setelan jas biru muda yang sangat cocok untuknya, membuatnya tampak seperti malaikat.
"Benar. Dia benar-benar Markus yang itu," batin Devan tak percaya.
Markus bukanlah mimpinya.
Markus itu nyata.Sekarang, hanya Markuslah yang mengambil seluruh perhatian Devan. Saat gilirannya tiba, ia maju ke depan dengan mata hanya tertuju pada satu titik, yaitu Markus. Markus belum menyadari kedatangannya. Ia melihat Markus menyeka keringat di dahinya.
Devan merasa ia ingin sekali menyeka keringat itu dan tak mau membiarkan Markus kelelahan lagi. Ia terus berjalan dengan kecepatan konstan hingga ia sampai ke tempat Markus dan menyodorkan setoples biskuit buatannya.
Markus menengadahkan kepalanya untuk melihat siapa gerangan yang memberikan biskuit padanya. Saat ia menyadari wajah di hadapannya itu, air mukanya berubah.
Siapapun pasti tahu bahwa Markus kaget akan kedatangan pria di depannya.
Apalagi pria itu mulai membuka percakapan.
"Senang bertemu denganmu lagi, Markus!"***
Ayo beri vote dan komen kalian sebanyak- banyaknya biar author tambah semangat. Komentar kalian pasti akan dibalas.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
RomancePeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...