Dengan seizin Devan, Markus mengobrak-abrik, bahasa halusnya melihat-lihat, isi lemari pakaian Devan. Ia mencari baju Devan yang kira-kira muat untuknya.
Dasar gendut, aku tak menemukan baju apapun yang muat padaku. Padahal dia tidak gendut. Bagaimana mungkin, orang gendut memiliki 6 abs yang bikin air liur kebanyakan wanita menetes. Ia pun terperanjat tatkala membuka salah satu laci yang berisi celana dalam Devan.
"Woohh, apa ini. Calvin Klein segala warna. Apa ia mengira ia adalah brand ambasador merk celana dalam ternama itu?" kata Markus pelan sembari cekikikan karena menemukan harta karun Devan.
Ia pun meneliti ukurannya, cukup besar, lebih besar dari ukuran celana dalamnya. Ini pasti karena batang itu. Pisang ambon raksasa.
Stop, Markus.
Markus menahan dirinya sendiri untuk menjelajah bagian rahasia lemari Devan. Sebelum ia sempat menutup laci itu, suara Devan mengejutkannya dari belakang.
"Apakah kamu ingin mencuri salah satu celana dalamku untuk menjadi obyek fantasimu, hah?" katanya sambil tertawa menyebalkan."Sialan. Aku ketauan," pikir Markus dalam hati. Ia pun segera menutup laci itu sambil mengumamkan dua kata dengan pelan, tapi pasti sampai ke telinga yang dituju.
"Dasar mesum."Devan tertawa lagi melihat tingkah cowok di hadapannya itu.
"kalau ingin mencari baju yang muat padamu, buka laci satunya lagi. Ada pakaian yang sudah tak muat padaku. Mungkin kau bisa memakainya."Markus menurut dan membuka laci yang satu lagi. Benar, kenapa tadi membuka laci yang salah. Ia pun mengambil sebuah kaos polos putih berlengan panjang dan sebuah jeans. Kelihatannya akan muat.
Hati Markus mencelos tatkala tiba-tiba Devan menempelkan tubuhnya pada Markus dari belakang, seperti hendak memeluknya.
"DEVAN, kau sedang apa?" pekik Markus.
"Ini kan lemariku juga. Aku ingin mengambil pakaianku," jawab Devan tenang.
"Kau mesum sekali ya. Setidaknya tunggu aku selesai mengambil pakaian dulu," ujar Markus lagi.
"Kamu terlalu lama. Tapi, kamu suka kan?"
Dasar tak tahu malu.
"Suka? Kenapa kamu menuduh seperti itu?""..."
"Menyebalkan."
"Buktinya, kamu tidak melepaskan dirimu dariku," kata Devan diiringi gelak tawanya yang membuat Markus semakin kesal. Lalu, ia menyambar sebuah kemeja putih dan celana jeans nya dan mundur ke belakang. Meninggalkan Markus yang masih terpaku di tempatnya.
Keduanya pun berpakaian dalam diam.
Saat Markus menoleh ke arah Devan, ia semakin kesal. "Apakah kamu tidak memiliki kemeja dengan warna lain, hah?"
"Tidak."
"Tidak? Kamu berbohong."
"Tidak, karena aku ingin berpasangan denganmu hari ini."
Tatapan Devan seperti akan menghunjam jantung Markus. Ia mau tak mau mengakui jantungnya berdetak lebih kencang saat itu. Apakah aku kurang tidur, pikirnya.
Markus memilih untuk merapikan dirinya sendiri di cermin besar Devan daripada meneruskan berdebat dengan om om itu. Tujuan lainnya yaitu biar Devan tidak melihat wajahnya yang memerah karena tersipu dengan jawaban Devan.
Setelah yakin bahwa dirinya sudah tampan dan siap menunjukkan dirinya pada publik, Markus pun memecahkan keheningan di kamar itu.
"Devan, apa kau punya topi dan kacamata hitam?"
Devan mengambil dari mejanya dan menyerahkan pada Markus. Ia tertawa saat melihat Markus mengenakan kedua benda itu.
"kau berlagak seperti detektif.""Devan, ini wajib. Agar aku tidak diserang fans yang tak terkendali atau diambil foto secara diam-diam oleh paparazzi."
Devan hanya mengangguk. Ia tak tahu apapun mengenai kehidupan selebritas dan privasi mereka. Ia memang tak pernah tertarik dengan dunia selebritas. Yang ia lakukan hanya menikmati karya mereka, entah itu lagu ataupun film, tanpa peduli kehidupan pribadi seleb tersebut. Ia tahu, privasi seseorang sangat penting. Seleb juga pasti membutuhkan ruang pribadi.
"Aku akan menyetir dengan mobilmu biar kau bisa langsung pulang nantinya," ujar Devan.
Markus menatap mata Devan dengan tatapan anak kecil sedang meminta permen.
"Aku ingin mencoba salah satu Benz milikmu."Devan menimbang-nimbang.
"Okelah. Aku pergi memanaskan mobil dulu."Devan pun meninggalkan kamarnya dan Markus. Markus kini duduk di kasur Devan, kasur yang ia tiduri semalam. Efek dari pelukan Devan masih terasa pada jantungnya. Apa ini?
***

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
Roman d'amourPeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...