Devan menggerakkan tangannya naik dan turun secara teratur pada adik kecilnya. Matanya tak lepas dari layar laptop berukuran 14 inci itu, hanya untuk melihat para wanita beraksi. Devan mulai mengerang sendiri. Ia merasa ia sudah hampir mencapai klimaks ketika terdengar tiga ketukan kuat di pintu.
Devan dengan malas menutupi adiknya dengan handuk dan mengintip melalui lubang kecil di pintu untuk melihat siapa yang telah mengganggu ritualnya.
Sialan! Tadi batang bawahnya yang muncul, sekarang malah batang hidungnya.
Devan dengan enggan membuka pintu kamarnya, mengingat ia sudah sangat dekat dengan orgasme.
"Hai!" Markus menyapa Devan dengan wajah yang berseri-seri.
"Apa?" Hanya satu kata yang keluar dari mulut Devan dan diucapkan dengan sangat dingin pula.
"Ish. Ternyata kamu orang yang sungguh dingin. Aku hanya-"
Markus menghentikan ucapannya saat ia menemukan ada yang menonjol dari Devan. Ia meneliti tubuh Devan dari atas ke bawah dengan matanya hingga berhenti di tengah. Sebuah jendolan besar tercetak dengan jelas di permukaan handuk.
Markus memberikan seringai kecil.
"Kau sedang apa?""Hanya tiduran."
"Kau bahkan sudah mulai berbohong padaku." Markus mendorong tubuh Devan ke dalam sembari menutup pintu.
"Kau sedang onani, kan?"
Devan mencoba mengalihkan pembicaraan agar ia tak ketahuan.
"Siapa yang membiarkanmu masuk?""Aku tak ingin kau malu dengan segala pembicaraan ini."
Orang ini sangat perhatian pada hal detil.
"Kenapa emang jika aku onani?"
"Tak apa. Lakukanlah sesukamu."
Devan menatap Markus lama. Markus bingung dengan apa yang dilakukan Devan karena ia hanya diam dan memandangnya lekat.
"Apa yang kau lihat?" Tanya Markus.
"Kenapa kau tidak pergi?"
"Aku...aku" Markus tergagap menanggapi pertanyaan Devan.
Benar. Mengapa aku tidak pergi. Aku bahkan tak ingin menyaksikan ritualnya.
"Kau ingin melihatku begituan?" Devan bertanya dengan nada mencela.
"Pantatmu. Sudahlah aku pergi."
Markus sedang berjalan ke arah pintu ketika tangan Devan menahan tangannya.
"Ayo lakukan ini bersama."
Astaga! Pria ini sungguh homo. Tak tahu malu pula.
Markus agak kaget mendengar permintaan Devan yang menurutnya aneh jika diucapkan seorang pria kepada pria lain.
"Aku bukan homo." Markus mencoba melepaskan genggaman tangan Devan yang kuat, namun tak bisa.
"Siapa yang bilang kamu demikian. Aku juga bukan. Apa salahnya dua orang pria melakukan hal itu bersama."
"Itu sangat aneh, kau tahu." Markus masih belum bisa menerimanya.
"Lagian, aku sudah melihat setiap inci dari dirimu dan bahkan memasukkan adikmu ke dalam mulutku."
Tangan Markus menutupi mulut Devan agar ia tak berbicara lagi.
"Cukup. Jangan ungkit malam itu lagi. Ayo lakukan."Devan menarik Markus ke ranjangnya dan kini keduanya duduk di ranjang dengan bersandar pada dinding. Lantas ia menurunkan handuk yang meliliti pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
RomancePeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...