"Harusnya kita ke hotel aja! Eh, maksudnya aku aja, kamunya pulang"
"Emang rumah kamu selevel dengan aku yang notabene seorang artis"
"Aku ga mau ya tidur di kasur yang ga empuk"
Beribu alasan Markus celotehkan sepanjang perjalanan. Ini semua ia lakukan karena ia tak ingin terlibat hubungan lebih jauh dengan cowok yang sedang menyetir mobilnya ini.
Cowok di sebelahnya hanya melengkungkan bibirnya, memberi senyum kecil di sudut bibirnya.
Markus tak peduli ia nantinya dianggap sebagai anak manja atau apapun, asalkan ia bisa bebas dari Devan.
"Aku ga mau tinggal ..."
Keluhan Markus terhenti saat ia memasuki kawasan komplek perumahan Pantai Indah Kapuk. Komplek ini adalah salah satu komplek terelit di Jakarta Utara.
"Kamu kerja jadi pembantu di sini?" Tanyanya asal.
Devan tertawa keras.
Namun, ia tak berniat menggubris pertanyaan Markus.Saat tiba di pos satpam komplek, Devan hanya menurunkan kaca dan satpamnya langsung mempersilahkan Devan untuk masuk.
"Selamat malam, Pak Devan. Silahkan masuk dan menikmati malam anda."
Devan tersenyum kepada satpam dan mulai menyetir lagi.
Markus melongo melihat apa saya yang baru terjadi. Sangat jelas sekarang bahwa Devan adalah salah satu orang yang terkaya di Jakarta. Malah bisa jadi Devan lebih kaya darinya.
Devan mulai membelokkan mobilnya ke dalam sebuah rumah yang sangat besar. Dua orang satpam dengan siaga menunggu kepulangan sang empunya rumah dan langsung menyambut kembalinya Devan.
Hal yang membuat Markus semakin tak habis pikir adalah jajaran mobil mewah di garasi rumah Devan.
Fortuner, Pajero Sport, Mercedes Benz berjejer rapi. Mobil-mobil tersebut seolah meneriakkan kepada semua orang yang melihat bahwa pemilik mereka adalah orang yang sangat kaya. Bahasa kerennya, "crazy rich Asian".
*Crazy Rich Asian adalah sebuah novel yang ditulis oleh Kevin Kwan dan juga sudah difilmkan di tahun 2018, di mana sebutan ini mengacu pada sebuah keluarga yang super kaya di Singapura.
Tunggu!
Bisa jadi ia adalah supir.Markus masih mencari ingkaran dan tak mau mengakui secara gamblang bahwa Devan adalah orang yang sangat kaya.
Devan melepas sabuk pengamannya dan turun dari mobil, meninggalkan Markus yang masih terpaku di dalam mobil. Ia berjalan mengelilingi mobil dan membuka pintu Markus.
Markus segera tersadar dari apapun yang sedang ia pikirkan dan berusaha membuka sabuk pengamannya.
Tangan Devan dengan sigap memegang tangan Markus dan membantunya melepaskan sabuk pengaman.
Sesuatu yang tak perlu dibantu, pikir Markus.
Markus menatap Devan dan berkata, "jadi ini rumah kamu?"
Devan hanya mengangguk, lalu menjawab," buat apa kita menghabiskan waktu di hotel jika rumahku bahkan lebih bagus dari hotel paling mahal di Jakarta?"
Markus kini tak bisa lagi mengelak. Semua keluhannya selama di mobil tadi seolah sudah terselesaikan dengan kehadiran rumah yang super besar di depannya ini.
Markus menghela nafasnya.
"Kau tahu kan apa yang kuinginkan dengan semua keluhan tadi?"Devan mengernyitkan dahinya dan dengan ragu menjawab," kau ingin menghabiskan waktu bersamaku di hotel? Agar kita bisa kembali mengenang memori di Bali? Kalau begitu, ayo kita pergi."
"BUKAN!
Saking cepatnya Markus menjawab, Devan sempat kaget dan mundur beberapa langkah.
"Kau bodoh sekali. Padahal, jelas sekali bahwa aku tak mau bermalam denganmu."
Sesaat setelah Markus menyelesaikan perkataannya, ia memeriksa respon cowok di depannya. Walaupun ia tak memperlihatkan emosinya, Markus bisa merasakan ada perasaan sedih dan kecewa tergambar di wajah Devan.
"Kenapa?" Devan berujar pelan.
"Karena...", Markus mencoba mencari kata-kata yang tepat agar makhluk di depannya ini dapat mengerti apa yang ingin ia sampaikan,"hubungan yang kita jalani tidaklah benar. Aku tak ingin hubungan yang hanya akan melanggar batas-batas norma agama maupun sosial."
"Jujur aku tak tahu apa yang terjadi denganku. Namun, aku hanya ingin dekat denganmu. Setahun yang lalu ketika kau menghilang begitu saja, hatiku sungguh sakit dan menjadi porak poranda ketika aku diberitahu bahwa semua yang kujalani hanyalah mimpi."
Markus bisa merasakan kejujuran dan ketulusan dalam suara Devan. Tak berhenti di situ, Devan melanjutkan pengakuannya," aku tahu ini salah. Maafkan aku jika aku terlalu egois akan perasaanku hingga membuatmu tak nyaman. Kau boleh pergi."
Devan, dengan langkah seperti orang mabuk, berjalan meninggalkan Markus yang masih duduk di mobil.
Markus berdeham.
"Karena sudah sangat malam dan sang pemilik rumah sudah sangat baik menawarkan rumahnya, boleh juga jika aku mencoba tinggal di rumah yang katanya lebih bagus dari hotel ini."
Devan berbalik dan memperlihatkan senyum kecilnya yang menawan.
"Kau boleh kembali ke rumahmu besok."Markus segera turun dari mobil dan menyusul Devan.
"Tunggu. Aku harus memberitahu Iis." Markus mengeluarkan ponselnya.
Namun, ponsel itu direbut oleh Devan dan pencuri tampan itu sembari berkata,"akan kuurus semuanya."
Sebuah fakta mengerikan baru muncul di pikiran Markus.
"Kau tahu nomor telepon Iis?"Devan dengan polos menjawab," kurasa aku akan membutuhkannya, jadi aku memintanya tadi."
Markus menjatuhkan dirinya ke sofa di ruang tamu Devan.
"Kau sudah masuk dalam jebakan. Iis sangat menyukaimu. Ia akan menganggu hidupmu setiap hari. Atau kau ingin kubantu untuk bersama Iis?"Devan nyengir.
"Apa kau cemburu?""O-ho. Tentu tidak."
Devan hanya bisa nyengir. Ia tak bisa mengungkapkan bagaimana perasaannya saat ini. Ia seolah baru saja nembak cewek dan ditolak. Kecewa pasti ia rasakan. Namun, dibalik kekecewaan itu, rasa bahagia memenuhi dirinya karena cowok di depannya ini tidak menghindarinya dan malah setuju untuk menginap.
"Ayo ke kamar!"
Devan mengantar Markus ke sebuah ruangan besar di lantai 2. Sekilas melihat isinya saja, Markus seratus persen yakin ini adalah kamar Devan.
"Rumahmu sungguh besar. Apa tidak ada kamar lain untuk kutiduri malam ini?" Markus menyindir Devan.
Devan menggeleng.
"Maaf, Tuan. Tapi, hanya kamar ini yang tersisa untuk malam ini,"ujar Devan menirukan resepsionis hotel.Markus tersenyum sinis seraya membatin,"Awas saja kau menyentuhku malam ini. Aku akan membunuhmu."
Devan membaringkan dirinya di ranjangnya yang besar dan memandang Markus yang masih berdiri di pintu.
"Kamu bisa mulai dengan menceritakan kebohonganmu," ujar Devan dengan santai.
***
Cuap cuap penulis:
Maaf kepada semua pembaca kalau cerita ini jarang update karena kesibukanku huhu. Banyak sekali tugas menumpuk....Kalian boleh banget vote dan komen sebanyak-banyaknya agar aku makin bersemangat mengesampingkan semua PR dan menulis buat kalian.

KAMU SEDANG MEMBACA
It's Forbidden But Okay [MxM]
RomancePeringatan : Cerita ini mengandung konten dewasa. Jangan membaca jika iman kalian belum kuat!!!!!!! Devan Antonio: CEO sebuah perusahaan minyak multinasional dengan karir yang cemerlang. Markus Vrederick: aktor baru yang namanya sedang melejit dan d...