[ Chapter 1 of 3 | Part 3 of 3 ] " Wedding Dress / 신부 의상 "

494 7 0
                                    

Hhhoaammmhh! Ku buka mata berat. Pusing. Terlampau lama tertidur. Aku duduk sembari menggeliat. Mata ku berkunang-kunang. Ku raih jam beker hijau. Kusipitkan mata. Ya ampun! Pukul 11:10 pagi. Sepertinya hari ini tak akan jadi hari baik bagi ku. Firasat buruk merasuk ke dalam tubuhku yang bau kecut. Belum mandi.Ditambah pula, mengapa bocah tukang mie yang justru hadir di mimpi ku semalam.

Kemana Lee  Sung Min ku? Annio. Annio. Pertanda buruk apa lah ini. Kepala tambah sakit. Migren sepertinya. Ku coba berdiri. Sedikit oleng karena pening. Meraih handuk biru muda, menuju kamar mandi. Mandi. Keluar kamar dengan dandanan nan begitu cantik lagi anggun. Menuju lantai dasar. Bersiap peroleh jatah sarapan.

Ruang makan sepi. Wajar lah. Waktu sarapan telah jauh terlewat sedari tadi. Alhasil aku pun saraapn seorang diri. Usai. Melangkah menuju taman asri dan luas dekat kolam renang besar kami. Tempat favoritku. Aku sering habiskan waktu di sana. Sejuk. Di kejauhan dari balik jendela ku lihat Kakek tengah berbincang denegan seorang nenek berusua tak jauh lebih muda daripada beliau. Disebelah si nenek seorang pria yang badannya sedikit kecil. Tentu lebih kecil dari badan Lee Sung Min. Lebih pendek pula.

Mereka membelakangi posisi aku yang melangakah mendekati. Perasaan ku bertambah tak enak. Padahal tadi yakin sekali pelayan tak salah siapkan menu sarapan. Jantung ku berdetak cukup keras. Gugup. Mencoba menerka siapalah mereka. Kaki berhenti menapak di bibir pintu. Terhenti tiba-tiba sehingga tubuhku sedikit tak stabil. Teringat aku perkataan Kakek semalam.

Ya. Akibat kecerobohan ku pula. Tirai keemasan pintu itu tertarik kecil oleh ku. Menimbulkan bunyi yang kecil. Oops! Aku ketahuan tengah mengintip dan menguping meski samar terdengar. Aku berusaha kendalikan bahasa tubuh ku agar tampak tetap anggun dan berwibawa. Aku tak lupa pula tetap angkat dagu. Aku melangkah kian dekat menghampiri Kakek. Kedua orang asing tersebut menunduk sehingga aku tak dapat lihat wajah mereka yang sebenaranya tak berniat pula aku untuk kenali. Yakin sekali aku mereka pastilah para kalangan bawah.

Ku pikir cucu dari orang yang selamatkan Kakek di masa lalu ialah seorang yang berlimpahan harta seperti kami juga. Ternyata tidak. Sangat berbanding terbalik. Langit dan Bumi. Aku berdiri di kanan Kakek. Kakek mulai membuka suara. Perkenalkan aku pada mereka. Jujur saja , jantung ku berdegup kian kencang. Seolah aku menantilkan pertemuan ku dengan pria di hadapku ini.

Dilihat sekilas dia sepertinya lebih muda dariku. Wajahnya bahkan lebih imut dari ku. Aku sangat tidak suka pria yang tampak lebih muda dari ku. Sunggguh bukan tipe ideal Lee Sun Kyu. Bertambah tak ada hati aku untuk terima ia sebagai calon pendamping hidupku. Dasar! Bagaimana munmgkin Kakek menjodohkan cucu semata wayangnya dengan pria macam itu. Aku sungguh tak percaya. Kakek~

“ Perkenalkan. Cucu ku , Lee Sun Kyu. “

“ Sungguh cantik. Ini cucu ku. Yang Yo Seob. “

“ Mwoayo!? Bukankah kau si Tukang mie? “

“ Ne. Annyeonghaseyo, Sun Kyu noona. Jeongmal bangapseumnida. “

“ Harabojji~ Apakah ini tak keterlaluan kah? Bagaimana mungkin Kakek setega ini menjodohkan ku dengan seorang Tukang Mie? Lihat dia. Bukankah amat tak sepdan disandingakn dengan aku? Aku bagaimana mungkin akan jatuh hati pada pria dari kalangan seperti itu. Sungguh tak akan masuk akal. Kakek, mohon pertimbangkan kembali. “

“ Jaga kata-kata mu, Sun Kyu! Tak ada yang hendak dipertimbangkan ulang. Hormati dia, tunanganmu. “

Aku lekas menarik langkah jauh dari sana sesaat setelah Kakek bicara seprti itu pada ku. Menuju ruang tengah yang lebar dan kosong. Berhenti di pinggir sofa empuk yang dipesan langsung dari Belgia sekitar 6 bulan lalu. Ku tekan nomor demi nomor telepon Lee Sung Min. Mencoba menghubunginya untuk kesekian kali. Satu panggilan gagal. Ku ulangi dengan mulai kesal. Dua panggilan gagal. Kulangi dengan segumpal perasaan yang lebih kesal. Tiga panggilan gagal. Dasar! Mengapa selalu tak jawab telepon ku. Semenjak tadi malam ponselnya terus mati. Lee Sung Min! Angkat telepon ku.

Tanpa pikir panjang, ku naiki tangga menuju lantai 2. Ke kamar ku. Mengambil kunci mobil Porche merah kesayangan ku. Jangan pikir macam-macam, aku tak akan kabur. Aku pasti akan kembali pulang. Kakek pun tidak usah khawatirkan aku. Telah ku katakan pada asisten pribadinya yang kutemui di halaman depan bahwa aku akan pulang selepas jam makan malam. Jadi, tak usah tunggu aku. Aku akan makan malam di Restoran. Aku hanya hendak stabilkan emosi. Kejadian tadi sukses buatku cukup terkejut. Aku pergi untuk tenangkan diri. Aku janji tak akan berulah negatif.

Mobil pun itu melewati gerbnag megah itu. Melesat menuju Butik Gaun Pengantin milik calon ibu mertua ku. Sungguh sanagt ingin bertemu Lee Sung Min. Obat peredam galau di kalbu. Tiba. Segera memacu langkah memasuki Butik. Tak ada Bibi disni rupanya. Keruanagn Lee Sung Min tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aku tahu ini tidak sopan. Namun, aku sungguh sangat kalut. Mengadu aku pada kekasih tercinta.

Ternyata alasan Lee Sung Min tak angkat telepon dari ku adalah karena ia begitu lelah urus butik. Sekaligus merancang gaun pengantin untuk pernikahan kami kelak. Ponselnya mati semalaman pun ia tak sadar. Lee Sung Min memang lah calon suami yang terbaik. Menyesal seakli aku telah berpersepsi negatif terhadap kekaish tercinta ku. Mianhaeyo, chagiya~

Lee Sung Min sungguh tak kan terganti. Tak seperti si tukang mie. Dia bahkan lebih muda pula dariku. Wajahnya yang seperti anak SMP  sungguh buat aku rish dan muak. Apa kata orang kelak jika kami menjadi sepasang pengantin. Dia terlalau imut dan manis untuk menjadi pria ku. Bukan! Aku yang terlalu cantik dan anggun sebagai pengantin wanitanya. Bagaimana mungkin dia dapat lebih imut daripada aku. Menyebalkan! Lagipula , lihat badannya yang kecil lagi mungil itu. Sungguh tak sebanding dengan raga kekar Lee Sung Min ku. Pokoknya aku tak akan pernah bersedia menikah dengan si imut kecil mungil itu! Titik. Titik. Titik.

[ FF Project ] " Wedding Dress / 신부 의상 "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang