[ Chapter 3 of 3 | Part 1 of 5 ] " Wedding Dress / 신부 의상 "

413 6 0
                                    

# The Bride’s Section.

One year later . . . . .

From       : Seob

To            : Sunny

Message: Noona, mianhae. Mohon tunggu 15 menit. Aku sedang urus Proposal Proyek dengan Pak Kang. Gamsahamnida.

From       : Sunny

To            : Seob

Message: Ne.

                Ku ayunkan kaki yang beralaskan sepasang sepatu high-heels coklat tua buatan Australia yang kubeli 2 minggu lalu. Aku duduk dibangku panjang dibawah pohon yang cukup rimbun. Semilir angin membelai rambut ikal sepinggang ku lembut. Tengkuk ku terasa segar. Badan ku sedikit letih.

Melirik arloji putih buatan Swiss yang dihadiahkan salah seorang kenalan ku ketika masih menjadi mahasiswa Jurusan Business & Management di Perancis dahulu. Ya. Kenalan ku yang keturunan Korea-Perancis itu menghadiahkan arloji cantik ini sebagai hadiah ulang tahiun ke-19 ku kala itu.

Jeremy Jung, namanya. Kudengar dari kenalan ku yang lain, si Jeremy Jung itu akan melangsungkan pernikahan bulan depan. Aku masih ingat, dia pernah berkata bahwa kelak  akan menikah ketika berusia 23 tahun karena ia amat suka angka 2 dan 3. Menikah. Menikah. Menikah. Dada ku terasa sakit teramat perih kembali.

                Annio! Aku sungguh lemah dan bodoh. Aku masih tak mampu singkirkan segala memori berkaitan akan dirinya yang dahulu beri aku kesempatan cicipi manisnya cinta. Dia yang kini tak lagi dapat temani dan isi lembar- lembar diari cinta ku. Dia yang tak lagi ada disini. Dia yang telah pergi tinggalkan aku. Dia yang telah kembali ke Paris, Perancis. Dia yang relakan aku. Dia yang lepaskan aku demi sang ibu tercinta. Dia. Dia. Dia, Lee Sung Min.

Cinta dan pacar pertama yang ajari aku apa itu cinta. Cinta yang tak kan selamanya kau cicipi manisnya. Kau akan dapat pula sejumput rasa pahit. Rasa pahit yang mencekik tenggorokanmu. Tak mampu kau telan. Terasa amat sesak dan hendak menangis hingga air matamu kering. Sehingga kau tak mampu lagi menangis. Membuat mu tampak sangat jelek meski telah dipoles dengan make-up seharga ratusan ribu dollar sekalipun.

Walau dirias oleh penata rais kelas dunia sekalipun. Tak akan terobati betapa sakit perasaan mu ketika terperangkap dalam jurang putus cinta yang dalam dan kelam. Sungguh menyiksa. Membuat mu seolah mati adalah lebih baik. Sungguh tak ada pelita untuk bangkit. Pelita untuk beri kau semnagt agar terus hidup berkalang cinta yang mati. Cinat memanglah amat tak ada hati. Datang dan pergi seenaknya. Cinta.  Sebanyak apa rasa manis yang kau cicipi, sebanyak itu pula lah rasa pahit yang akan kau rasakan di penghujung kisah mu dan dia yang dulu kau cinta. Annio! Aku masih cinta. Masih cinta dan akan tetap cinta. Ingin lupakan dan buang rasa itu entah kemana.

Namun, tak mampu. Tak ada daya. Terlalu lemah untuk lepaskan semua rasa. Terlalu pengecut untuk buka hati demi sambut hadirnya cinta yang baru. Terlalu pengecut untuk memblas sapaan cinta sosok selain dia yang tulus sapa hari-hari sepi ku.

                Aku terduduk dengan tundukan yang kian dalam. Tas tangan buatan Belanda berwarna putih itu ku letakkan di atas kedua paha yang dibalut jeans buatan Austria yang kubeli ketika urus proyek perusahaan bulan lalu. Aku menghela napas berat dan sedikit panjang. Dadaku sesak sekali. Memeluk tas itu lebih erat sembari menghembuskan napas kuat-kuat lagi panjang. Raut wajahku pasti sungguh jelek kala itu. Beruntunglah disini sepi. Tak ada yang perhatikan wajah jelek ku. Sungguh tak ada semangat. Sungguh telah patah semangat akibat ulah rasa putus cinta. Patah hati. Lee Sun Kyu, kau begitu lemah!

“ Noona, mianhamnida. Membuat mu menunggu lama. Kkaja~ “

“ Gwaenchana. Kkaja~ “

                Ia bukakan pintu mobil Porche Silver itu untukku. Kemudian ia pun masuk kesisi satunya lagi. Mobil melaju meninggalkan parkiran Seoul University. Melesat di jalanan sore Seoul. Disebuah tikungan ia berbelok. Roda-roda itu berputar di jalanan yang panjang lurus dan sepi. Jauh dan kian jauh. Kiri dan kanan terhampar sawah dan ladang hijau. Bukanlah jalanan yang biasa kami lalui ketika berangkat ataupun pulang kuliah. Tak tahu entah akan kemana. Tak tahu pula Kakek perintahkan apa lagi padanya. Seolah tak peduli aku ini. Malas pula bersuara untuk sekedar bertanya kemana kah kita hendak pergi. Terserahlah. Aku tak peduli.

[ FF Project ] " Wedding Dress / 신부 의상 "Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang