10. haechan

5.1K 959 135
                                    

Pelajaran berlangsung sangat pelan dan membosankan. Teman-teman disini juga tidak ada yang menyenangkan. Semua membosankan.
  

Guru matematika kami menyuruh mengerjakan soal banyak sekali sampai saat bel istirahat pun aku belum selesai. Tapi untungnya aku selesai sekitar 3 menit setelah bel.
    

Aku dan Renjun keluar kelas, berniat menyusul Jeno dan Haechan.
     
















Wow?









Ini baru hari pertama sekolah, tapi aku sudah bertemu dengan anak-anak brengsek?
    

Dan apa yang mereka lakukan dengan Haechan sampai dia tersungkur di bawah?
    

Aku tidak bisa tinggal diam.
    

Aku mendekat ke arah mereka, sedangkan Renjun hanya berdiri diam menjadi patung.
    

"LO SEMUA MAU APA HA?"
    

Seketika mereka semua menoleh ke arahku, berhenti memukuli Haechan yang sekarang terlihat miris sekali dengan sudut bibirnya yang robek. Terdapat lebam di daerah pipinya.
 

"Wah, wah. Anak baru jaman sekarang, berani banget ya. Bilangin ke temen sok pahlawan lo ini, dia udah item, nggak berguna, sok pahlawan lagi."
    

Apa-apaan?
    

"Gue punya nama, Jaemin. Dia Haechan, temen gue. Nggak ada hak lo semua ngomong dia item ngga berguna dan sebagainya, dasar brengsek! Lo pikir lo semua lebih baik dari dia? Lo semua mau apa? Buktiin lo semua lebih baik dari yang lain?"
    

"Bodoh. Salah besar lo semua. Lo semua iri ngomong aja apa susahnya?"
     

"Iri dari mana? Bocah baru nggak tau diri. Lo badan doang gede, nyali buat lawan gue mana ada? Gue berenam, lo cuma satu orang. Mau apa lo?
     

"Badan gue gede memang, tapi sebagai cowok yang bener-bener cowok, gue selesaiin masalah gue baik-baik. Nggak pake cara kaya gini. Childish. Udah kelas 12, pikiran cetek banget kayak anak playgroup."
   

Si anak brengsek ini hampir mau maju menyerangku tapi kemudian...














Tiba-tiba air datang entah-dari-mana-asalnya mengalir dengan derasnya seperti ombak di laut, membuat geng anak brengsek ini basah kuyup seperti habis mandi. Anehnya, aku tidak basah sama sekali walaupun seharusnya aku juga ikut basah kuyup.
    

Aku melirik sekilas ke arah Haechan yang tersungkur di lantai. Dia juga masih kering? Tapi kemana perginya air tadi? Kenapa tiba-tiba menghilang begitu saja?
    

Dan kenapa kebetulan sekali lorong ini sedang sepi? Semua orang pergi ke kantin karena ini jam istirahat. Aku melamun sejenak, tapi gerak-gerik anak brengsek itu tadi menyadarkanku.
    

"Ini ulah lo kan?! Sengaja bikin gue malu gitu? Maju lo─"
    

Sebuah tangan memegang pundak anak brengsek itu dari belakang─ tangan Jeno.
   

"Sudah selesai pidatonya? Sudah kalah terima aja, dasar bodoh."
   

Anak itu masih menatapku tajam. Dan aku pun membalas tatapan itu dengan tatapan yang lebih tajam─ penuh amarah lebih tepatnya.
    

Tapi kemudian langit menggelap, petir bergemuruh di langit. Anak-anak itu tadi pergi meninggalkan kami dengan raut wajah yang kecut sekali. Seketika langit kembali cerah.
   

Ada apa dengan langit?
   

Entahlah. Itu bisa dipikir nanti. Aku berlari ke arah Haechan, membantunya duduk.
   

Son of Zeus ; Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang