Semuanya Mulai Semu•••
Nuansa sore hari yang sejuk kali ini tidak terasa, Alova merasa sangat gerah padahal matahari pun mulai tenggelam di temani semburat senja yang mengambang.
Jantung Alova tetap berdegup kencang, padahal ia sudah berusaha untuk mengaturnya. Semoga saja detak jantungnya tidak terdengar oleh Alexi.
"Gue mau ngomong serius sama lo!" katanya tegas dan penuh penekanan.
"Mau ngomong apaan emangnya?" Alova berkata tanpa melihat Alexi.
Alexi mengendus, " Waktu lo ga masuk tadi, gue dipanggil Bu Melly."
Alova memalingkan wajahnya. Jika Alexi yang di panggil Bu Melly lalu apa hubungannya dengan kedatangan Alexi ke rumahnya saat ini. Apa karena tidak masuk sekolah? Tetapi Alova sudah mengirimkan pesan pada Christian, ketua kelasnya. Lalu mengapa harus Alexi yang datang?
"Terus? Maksud kedatangan lo ke rumah gue apa?" Alova sedikit memberanikan diri untuk bertanya lebih banyak.
Alexi menatap Alova serius.
"Lo masih inget kan waktu pensi ada acara pemilihan siswa siswi dengan talenta terbaik?"Yang diajak bicara hanya mengangguk. Alova mengerti maksud pembicaraan Alexi akan mengarah kemana. Lalu akankah keinginannya sejak lama terwujud. Alova sempat berharap waktu itu, tapi kali ini jika tebakannya benar mengapa ia merasa kurang senang, malah rasa bingung dan ketakutannya lah yang menghampiri.
Alexi melanjutkan ucapannya, "Kata Bu Melly, gue sama lo yang terpilih."
Kalimat itu sontak membuat Alova membulatkan mata sembari menutup mulutnya. Sangat mengejutkan!
Alexi hanya menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Alova seperti itu.
"Reaksi lo berlebihan." Alexi terkekeh melihatnya.
Jantung Alova semakin berdegup kencang. Untuk pertama kalinya ia melihat pujaan hatinya menampilkan ekspresi seperti ini. Jika ini mimpi, Alova akan memohon untuk tidak bangun dari mimpi indahnya.
Alova tersenyum hangat ketika ia merasa lebih tenang. "Maaf, gue berlebihan. Gue cuma terlalu kaget denger berita ini dari lo."
"Gue udah yakin sih lo pasti terpilih, begitupun gue."
Ucapan Alexi begitu tenang seolah olah ia sudah tahu bahwa hal ini pasti akan terjadi. Jantung Alova kembali bermaraton. Sekarang berbalik suasananya, ia merasakan tangannya mulai dingin dan gemetar karena berita tersebut.
"Ohiya, karena lo sama gue yang terpilih. Kita akan tampil di acara ulang tahun sekolah 3 bulan mendatang." Nada bicara Alexi lebih serius.
Hal tersebut malah membuat Alova semakin gugup. Pikirannya kacau, ia tidak tau harus menjawab dan melakukan apa setelah ini. Memang hal ini sangat di tunggu tunggu. Tetapi rasanya berbeda, ini jauh dari apa yang Alova bayangkan.
"Gue pengen tampilin yang terbaik. Kita latihan bareng minimal seminggu tiga kali." kata Alexi menambahkan.
Alova mulai mengontrol dirinya, " Mulai kapan kita latihan?"
"Besok."
"Pulang sekolah gue ada les."
"Gue tunggu sampe lo selesai."
"Gue selesai jam 7/8 malem, gimana nih?"
"Tinggal kirim lokasi nanti gue jemput lo."
"Mau kemana?"
"Ke studio nyokap gue."
"Ta-tapi gue-"
"Nanti gue minta izin ke bokap nyokap lo. Nyokap gue udah tau soal ini jadi lo ga perlu khawatir. Lo aman sama gue. Gue gamau ngecewain sekolah, jadi kita harus latihan semaksimal mungkin." kata Alexi panjang lebar.
Alova hanya mengangguk meng-iya kan. Rasanya lebih tenang, ia pun menyinggungkan senyum.
Disisi lain, Alexi terpaku oleh senyumannya. Manis. Alexi bergumam di dalam hatinya. Untuk kedua kalinya Alexi merasakan perasaan ini 'lagi'. Setelah sekian lama hatinya terpaku hanya untuk seseorang yang telah memporak porandakan kehidupannya. Kali ini perasaan itu muncul lagi, untuk Alova.
"Vio!" Arel berteriak dari dalam rumah. Sontak hal tersebut membuat Alexi tersadar dari lamunannya.
Arel mendekati pintu, "Lo kebiasaan deh kalo keluar tu- "
Arel tidak melanjutkan ucapannya ketika sampai di teras rumah dan melihat adiknya sedang beduaan dengan seorang pria sebayanya.
"Maaf gue ga bermaksud ganggu." kata Arel sambil menyinggungkan senyum.
"Ohiya, Bang ini temen gue Alexi. Alexi ini abang gue namanya Arel." Alova menjelaskan.
Alexi menghampiri Arel dan bersalam, "Assallamualaikum, Kang"
"Waalaikumsallam. Lain kali di dalem aja ya kalo lo mau ngobrol biar lebih nyaman."
Alexi mengangguk mengerti. Setelah perkenalannya dengan Arel mereka sedikit mengobrol satu sama lain. Bahkan Alova dan Alexi sampai lupa akan topik pembicaraan yang mereka bahas tadi.
•••
Bruk!!
Seseorang memukul meja belakangnya. Hal tersebut membuat salah satu pemilik meja itu kesal. Padahal bisa kan bicara biasa biasa saja. Tidak usah mengagetkan apalagi mengganggu seperti ini.
"Kalo lo bukan sahabat gue, udah gue lindes dari jauh jauh hari !! " Alleeya mengepalkan tangannya tepat di hadapan Aluna.
Bukannya takut, Aluna malah menampilkan cengiran khasnya sembari mengangkup tangan Alleeya.
"Galak banget sih mbanya. Niat gue baik ko beneran."Alleeya menepis tangan Aluna, "Yaudah apa? Bertele-tele banget sih lo."
"Kita salonan yuk balik sekolah, mamih gue yang bayarin loh." Aluna mengibaskan rambutnya sombong.
"Gratis kan? Berangkat, hehe" Alleeya yang tadinya kesal, sepertinya lebih tenang mendengar berita ini.
Aluna memeletkan lidahnya, "Huu, bagian gratis aja lo baik sama gue."
"Ihh gu- gue gabisa deh kayanya." Alova sedikit menyesal mengatakannya.
Kedua sahabatnya sontak langsung menoleh ke arahnya. Biasanya soal salon, main, makan, atau apapun yang menurut mereka berujung kebagagiaan pasti tidak pernah ada penolakan. Untuk pertama kalinya Alova menolak kali ini.
"Ma- maksudnya gue ada acara, maaf" Alova sedikit bingung memberikan alasan kepada kedua sahabatnya. Ia juga belum memberi tahu soal kejadian kemarin di rumahnya. Rasanya terlalu aneh untuk di ceritakan.
Aluna cemberut dan kembali membalikan badannya, ia tidak mau mendengar apapun alasan yang Alova katakan.
Alleeya melipat tangannya di dada.
"Acara apa?" katanya sinis."Jadi gue- "
Alova merasakan sakunya bergetar, ternyata ada 1 notifikasi yang masuk. Ia lebih memilih untuk melihatnya daripada menjawab pertanyaan Alleeya.
Kenzie : Pergi ke tempat les bareng gue ya! Gue tunggu di parkiran.
•••
Jangan lupa masukin reading list, vote dan komentar juga yaa!!
Makasih🙏🏻💛
KAMU SEDANG MEMBACA
Alova
Teen Fiction"Sialan lo, Lex!!" teriak Alova di sela sela isakan tangisnya. Hancur. Satu kata yang dapat menggambarkan bagaimana perasaan Alova saat ini. "Lo tinggalin gue dengan 14 teka teki ini." batinnya lirih. Aku memaafkan kepergianmu, namun bagaimana denga...