Inilah Awal dari Permainan Waktu
•••
Untuk beberapa detik pertama, semuanya hening. Aku tak tau apa yang terjadi, mungkinkah aku kembali ke alam bawah sadarku. Mungkin saja.
Tidak tidak. Ini lebih gelap dari sebelumnya, aku tak mengerti. Mengapa kegelapan ini selalu menghadang di waktu yang tidak tepat? Ataukah mungkin ini akhir dari perjalanan hidupku?
Namun aku masih bisa merasakan jantungku berdegup. Nafasku yang menderu. Aku masih hidup.
Lalu sepersekian detik kemudian. Ada cahaya yang menyorot ke arahku. Sontak aku berteriak sembari menutup mataku.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!!!"
"Hei, lo baik baik aja kan?" katanya sembari memegang salah satu tangan yang ada di wajahku.
Aku mulai mengintip diantara sela sela jariku, "Astagfirullah kaget, gue kira apaan"
Yang diajak bicara malah terkekeh, "Lo takut gelap? Atau kaget liat yang ganteng nongol di kegelapan? "
"Dikit sih, tapi tadi cuma kaget doang. Lo sih malah nyorotin flash ke muka gue kan kaget, kalo gue jantungan gimana" kata Alova sembari memalingkan wajah dan tidak menanggapi pertanyaan kedua dari Alexi.
Alexi hanya terkekeh sembari memainkan rambutnya. Dalam ruangan yang minim pencahayaan saja ketampanannya masih terlihat jelas.
Aku bersyukur, Tuhan tidak pernah tinggal diam. Ia selalu memberikan banyak kejutan di waktu yang paling tepat.
Alexi berdiri dan berjalan ke arah pintu, mungkin ia akan memastikan apakah aliran listrik tersebut benar benar padam. Ia membuka pintu dan melihat ke arah sekitar.
Setelah ia memastikan keadaan sekitar, ia kembali menutup pintu. Bersamaan dengan itu aliran listrik tersebut pun kembali menyala.
Aku dapat melihat jelas ruangan ini dan sosok yang sedang menemaniku. Aku melihat senyumnya bersamaan dengan itu ia menutup kembali pintu tersebut, lalu ia memasukan ponselnya ke dalam salah satu saku celananya kemudian kembali ke sebelah ranjangku.
Mereka saling memantung satu sama lain. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Alova sibuk memperhatikan infus yang ada di tangannya. Alexi pun sibuk memperhatikan Alova.
Entah apa yang di pikirkan Alexi saat ini, sejak ia mendengar kabar tentang keadaan Alova ia merasa ada getaran yang berbeda. Sepanjang jalan pun ia sempat mengumpat dan menyalahkan dirinya sendiri.
Berbeda dengan Alova, perasaannya malah dipenuhi kupu kupu yang berterbangan. Hal ini bisa saja dikarenakan oleh kedatangan Alexi. Tetapi bukan hanya itu, kali ini Alova telah mendapatkan beberapa hal yang tak ia rasakan sebelumnya.
Setelah hening yang cukup panjang. Alexi membuka pembicaraan, "Lo baik baik aja kan? "
Butuh jeda beberapa detik untuk jawaban sesingkat itu. Sebab Alova malah mengumpat dalam hati.
^Baik baik aja apanya, kondisi gue semenyedihkan gini^
Tapi lain di mulut, "Iyaa, gue gapapako"
Alexi menunduk lalu berkata, "Gue minta maaf"
Alova hanya terdiam. Mencerna 1 kalimat yang terdiri dari 3 kata itu. Apa maksud dari pernyataan yang terlontar dari mulutnya? Ini membingungkan.
Setelah hening yang cukup lama. Alexi melepaskan kalungnya. Bukan bukan, itu seperti kunci yang sengaja di kalungkan.
"Buat lo. Gue pamit, Assallamualaikum. " setelah memberikan benda tersebut, Alexi meninggalkan Alova sendirian.
Heran. Alova tidak menyangka jika selama ini Alexi mengenakan kalung. Lalu apa maksud dari kalung ini?
"Dia ngasi gue kalung? Eh konci deng"
"Hah iya anjir konci?!"
"Lah konci apaan? Masa iya konci ruangan ini"
"Ih aneh banget tuh orang, kenapasi bikin gue bingung arghhh"
Kunci yang Alexi berikan tidak seperti kunci biasanya. Lekukan kuncinya berbeda. Unik.
Alova menerka nerka sembari memperhatikan kunci tersebut. Beberapa menit kemudian ia teringat satu hal.
"Apa mungkin ini kunci yang gue liat waktu itu?"
•••
Jangan lupa masukin reading list, vote dan komentar juga yaa!!
Makasih🙏🏻💛27 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Alova
Teen Fiction"Sialan lo, Lex!!" teriak Alova di sela sela isakan tangisnya. Hancur. Satu kata yang dapat menggambarkan bagaimana perasaan Alova saat ini. "Lo tinggalin gue dengan 14 teka teki ini." batinnya lirih. Aku memaafkan kepergianmu, namun bagaimana denga...