ELEVEN

2.8K 147 5
                                    

Rama kembali ke Surabaya pagi ini, setelah subuh mobilnya berpacu melewati jalanan. Elfira disampingnya dengan memandang sepinya jalanan, hanya ada beberapa truk yang melintas. Rama sengaja mengajak istrinya itu karena ingin memberikan kejutannya, toko ketiga Elfira yang tak pernah diceritakannya.

"Jadi kok berhenti disini? Kamu mau ketemu David?"

"Gak, mau ngecek sebentar. Lihat tuh toko yang warna biru. Suka gak?"

"Bagus Ram." Elfira bisa melihat toko dengan warna biru dan bernuansa feminin, ada beberapa bunga plastik yang menghiasinya. "Nama pemiliknya sama kayak nama aku ya?"

"Itu toko kamu, sayang?"

"Hah? Beneran?"

Rama hanya mengangguk.

"Makasih, Ram."

Elfira tak menyangka Rama memiliki ide yang cukup brilian, menganti nafkah lahir yang harus diberikan kepadanya dengan sebuah toko cabang untuk Elfira.

"Sama-sama." Rama menanggapi. Kepalanya menoleh lagi ke Elfira yang masih setia memandangi toko di depannya. "Kalau aku punya mesin waktu, mulai dari awal aku ingin jatuh cinta sama kamu. I love you Elfira."

"Mulai bisa ngegombal ya? Hmm, sayangnya kita udah gak pantes untuk jadi picisan seperti ini." Balas Elfira.

"Gak ada salahnya jatuh cinta sama kamu kan?"

CUP!

Entah keberanian darimana Elfira mencium pipi Rama terlebih dahulu.

"Agresif ya kamu? Nanti malam sudah boleh dong tidur satu kasur?"

Anggarwati28

Bisnis Rama berlajalan lancar, entah bagaimana datangnya pria wajah tampan itu sangat suka dengan bisnis jual beli toko yang digeluti istrinya sejak dulu. Rama sudah membuka satu cabang untuk toko kosmetik tersebut. Rencananya akan membuka bisnis lain berupa tempat makan untuk keluarga. Rama mengamati Elfira yang sedang menonton TV dengan remote yang setia di tangannya, istrinya itu adalah inspirasi untuknya. Semenjak berkeluarga Rama semakin berfikir bagaimana menghidupi istri dan calon anaknya nanti, ternyata kehamilan Elfira juga membuatnya memiliki ide untuk bisnis baru. Masalah kapan terealisasi Rama harus meminta persetujuan beberapa rekan kerja, karena jujur Rama tak memiliki modal untuk membuka bisnis sendiri dalam waktu dekat.

Telepon masuk membuat Rama mengalihkan konsentrasinya, Miranda menelpon. Pandangan Rama membulat setelah mendengar hal yang dibicarakan adiknya.

"Fir, papa kena serangan jantung. Aku ke rumah sakit dulu."

Elfira sama terkejutnya dengan Rama, sebenarnya dia juga merasakan hal yang tidak nyaman sejak tadi. Perasaan aneh yang berbau negatif.

"Hati-hati ya, Ram. Jangan gegabah."

"Aku pergi dulu, ya."

Firasat buruk ini bukan tentang orang lain, tentang Rama. Entah kenapa akan terjadi sesuatu dengan Rama.

"Ram, hati-hati ya."

Elfira memutuskan untuk mengambil air wudhu dan melakukan sholat Dhuha. Ayah mertuanya memang memiliki riwayat penyakit jantung, sudah beberapa kali masuk rumah sakit. Sikap yang sedikit bandel dan tidak mau dirawat membuat tim dokter mengizinkan pulang, pulang secara paksa.

Selama dirinya pergi menyendiri ayah Rama memang beberapa kali dirawat dan dirahasiakannya. Pak Pramudya hanya bercerita kepada Miranda, karena profesi anaknya tersebut adalah dokter. Merahasiakan kepada istrinya, takut karena istrinya juga memiliki penyakit serius dan akan drop sewaktu-waktu. Ibu Ema menderita diabetes, makan harus diatur dan tidak boleh banyak pikiran. Kedua hal itu yang hanya diingatan Elfira dari penjelasan dokter.

ElfiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang