"Jadikan perjalanan sebelumnya sebagai pembelajaran. Di ingat bukan untuk diratapi tapi untuk penjaga diri agar kamu selalu melibatkan Allah dalam setiap urusan."
_Naungan Taman Surga_
Hatiku berdesir saat kaki ini mulai berpijak pada hamparan tanah. Angin berhembus menerpa wajah seakan mereka tengah menyambut kedatanganku. Percaya tidak percaya aku berhasil menapakkan kakiku di tempat ini.
Di depanku berdiri kokoh beberapa bangunan di antaranya bangunan berlantai tiga dengan desain leter L dengan nuansa putih yang mendominasi dan berpadu cantik dengan pepohonan di sekitarnya menciptakan kesan yang hangat, bersih dan asri.
Seseorang menggenggam tanganku dengan erat, "Ibu yakin ini keputusan terbaik untukmu," ucapnya karena menangkap ketegangan yang tergambar dari wajahku.
Perlahan aku mulai mengangguk. Ya, aku harus yakin ini adalah keputusan yang terbaik. Aku tidak ingin terus terjerumus kedalam lubang yang akan menghancurkan hidupku. Aku akan mencoba melangkah sedikit demi sedikit untuk meninggalkan kehidupan kelam yang selama ini membelengguku.
Mataku terasa memanas, ada sesuatu yang ingin menerobos dari pelupuk mata. Aku berusaha dengan keras untuk menghadangnya, karena takut ibu akan ikut bersedih jika melihatku menangis. Namun sekuat apapun aku menahannya pertahananku runtuh juga. Cairan bening itu dengan cepat membasahi pipi.
Aku menghambur memeluk Ibu dengan kata maaf yang terus terucap dari bibirku. Maaf karena aku selalu menyusahkannya, maaf karena aku belum bisa membahagiakannya, dan maaf karena aku telah membuatnya kecewa.
Perlahan aku merasakan punggungnya ikut bergetar dan membalas pelukanku dengan kuat. Untuk beberapa saat hanya isakan kecil dari Ibu dan Aku yang bersahutan sebelum akhirnya Ibu melepaskan pelukannya dan manik matanya menatapku dengan lekat.
"Jadikan perjalanan sebelumnya sebagai pembelajaran. Di ingat bukan untuk diratapi tapi untuk penjaga diri agar kamu selalu melibatkan Allah dalam setiap urusan." Aku hanya mampu mengangguk dengan isak tangisku yang masih belum berhenti.
Tangan lembutnya menelusuri wajahku mengusap air mata yang sedari tadi tidak bisa aku kendalikan. "Berhentilah menangis!" Katanya dengan bibir melekuk membentuk senyuman. "Malu karena kita menjadi pusat perhatian orang sedari tadi," lanjutnya.
Aku berusaha mengendalikan diri dan membalas senyuman Ibu. Hingga tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang mendekat kearah kami. Pandangan kami beralih kepada asal suara yang ternyata berasal dari seorang wanita cantik yang tengah melemparkan senyuman ke arah kami.
"Assalamu'alaikum," ucapnya seraya mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan Ibuku.
"Wa'alaikumussalam," jawab aku dan ibu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naungan Taman Surga
SpiritualTAHAP REVISI ⚠️ Bagaimana jadinya jika seorang anak perempuan telah dinikahkan oleh sang ayah tanpa sepengetahuan dirinya? Dan kenapa ayahnya tega melakukan itu kepada sang putri? Dia yang tak pernah Nafisya harapkan, Dia yang tak pernah Nafisya se...