Mingyu tidak bisa berfikir apa-apa lagi. Ia merasa fikiran nya berkabut dan dia tidak dapat mempertimbangkan apapun lagi. Dengan begitu serampangan ia turun dari kasurnya.
Menyambar celana jeans longgar dan hoodie abu-abu dari dalam lemarinya, lalu memakainya. Mengabaikan wajah bantal dan rambutnya yang masih acak-acakan karena baru bangun tidur.
Mingyu tidak lagi berfikir panjang. Otaknya hanya di penuhi bayangan kakaknya yang menderita karena di sandera orang.
Terlebih lagi mengingat kalau ia sudah terlambat beberapa jam untuk menjemput kakaknya itu. Mingyu makin tidak karuan.
Pemuda itu meraih kunci mobilnya, keluar dari unit apartemen nya, dan dengan serampangan mengendarai mobil menuju alamat yang terpampang di layar ponselnya.
🌸🌸🌸
Wonwoo menatap keluar jendela mobil yang di tumpangi nya. Sementara manajernya duduk di sebelahnya. Di bagian depan, dua orang yang mengaku perwakilan dari perusahaan yang mengontrak Wonwoo duduk bersebelahan.
Mereka akan menuju bandara, karena Wonwoo ada pemotretan di Jeju.
Biasanya, Wonwoo akan berangkat bersama sepuluh orang staff agensi, mengingat ada begitu banyak keperluan yang harus di bawanya.
Tapi kali ini, Wonwoo merasa janggal. Manajernya bilang kalau staff akan menyusul mereka di belakang dengan minibus, sedangkan mereka berangkat lebih dulu karena perbedaan penerbangan.
Ini benar-benar aneh, fikir Wonwoo. Selain itu, sebenarnya Wonwoo merasa agak curiga dengan manajernya. Karena pria itu adalah manajer barunya yang baru mulai bekerja seminggu lalu, karena manajer lama Wonwoo mengundurkan diri.
Wonwoo masih belum percaya pada pria itu.
Wonwoo mengalihkan pandangannya pada dua orang di kursi depan, dua pria itu lebih cocok menjadi tukang pukul dari pada perwakilan perusahaan sebenarnya. Wonwoo sampai bergidik ngeri melihat jambang yang tumbuh lebat di pipi salah satu dari mereka. Sedangkan yang satunya berkepala botak dengan wajah mulus yang tampak mengerikan.
Entah kenapa Wonwoo merasa firasat buruk.
Wonwoo kembali mengamati jalanan. Tapi ia lagi-lagi merasa aneh. Seingatnya, ini jalan yang berbeda dengan yang biasa mereka lalui untuk mencapai bandara.
"Hyung, kau yakin kita tak salah jalan?" Tanya Wonwoo, menatap manajernya itu.
Sementara yang di tatap sibuk menggerak-gerakkan tangannya di layar tablet dalam pangkuannya.
"Tidak, Wonwoo." Sahut pria itu singkat.
Tapi seperempat jam kemudian, Wonwoo tahu kalau pria itu berbohong. Karena dia tiba-tiba saja keluar, dan meninggalkan Wonwoo begitu saja.
Wonwoo berteriak-teriak dalam mobil yang melaju luar biasa kencang itu. Tapi adalah salah seorang pria mirip tukang pukul itu pindah ke kursi belakang, dan menyumpali mulutnya dengan sapu tangan.
Wonwoo merasa air matanya mengalir dan kesadaran nya mulai meredup. Dalam keadaan setengah sadar, bibirnya bergumam.
"Mingyu, tolong aku."
🌸🌸🌸
Mingyu menghentikan mobilnya. Di depan sebuah gedung bertingkat dengan sebuah tittle salah satu club malam paling terkenal dan diminati di Seoul.
Dahinya mengernyit, sambil menatapi dari sudut ke sudut gedung itu. Bukankah bangunan itu terlalu mencolok untuk di jadikan tempat penyanderaan? Terlalu terbuka dan mudah di lacak orang-orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy and the Gang of Cherry (MEANIE FANFICTION)
De Todo. . . . Mingyu dikenal sebagai 'playboy' menggeluti dunia peran dewasa sejak usianya menginjak angka dua puluh. Awalnya, dia hanya mengikuti obsesi gila kakak nya yang seorang produser film. Dan berakhir bertemu dengan Wonwoo, sebagai lawan mainnya...