Mingyu masih memeluk pemuda manis itu, mengusap punggungnya sesekali dan mengucapkan beberapa kalimat penenang."Tidak apa-apa, Wonwoo. Semuanya akan baik-baik saja." Lirih Mingyu, dalam hati ia bertanya banyak hal.
Tentang siapa Wonwoo sebenarnya, dan berapa banyak luka yang di simpan nya sampai masa ini.
Wonwoo melepas pelukan mereka. Lalu mengangguk pelan. "Terima kasih, Mingyu."
Mingyu tersenyum. "Jadi, apa kau akan membiarkan ku sedikit mendengar kisahmu?" Tanyanya lembut. Mingyu merasa iba.
Wonwoo benar-benar tidak seperti yang ia bayangkan. Wonwoo terlihat baik-baik saja meski dia menyembunyikan banyak luka di balik senyumnya.
Wonwoo menatap Mingyu. Terlihat ragu. Bagaimana mungkin mereka membicarakan hal-hal pribadi sedang mereka hanya bertemu sekali?
"Aku bertanya begitu sebagai teman, Wonwoo. Kau bisa berbagi kepadaku, meski mungkin aku tidak bisa memberi saran yang bagus, setidaknya aku akan meminjamkan bahu ku untuk tangismu." Ucap Mingyu lagi. Ah, Wonwoo benar-benar membuat nya penasaran.
Ia seperti lautan jamrud yang indah, namun menyimpan banyak misteri di dalamnya. Dan Mingyu, ia menyelam lebih dalam.
Wonwoo terdiam. Teman, ya?
Kemudian ia mengangguk, "Baiklah."
Dan Mingyu tersenyum.
🌸🌸🌸
Mingyu menghentikan taksi yang mereka tumpangi di apartemen nya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tadinya Mingyu bermaksud mengantar Wonwoo pulang, namun Wonwoo menolak dan bersikeras untuk ikut bersama Mingyu. Bahkan memaksa untuk menginap.
Begitu turun, mereka berjalan berdampingan menuju apartemen. Keduanya sama-sama terdiam sampai Mingyu membuka kan pintu unitnya.
Mereka masuk, dan Wonwoo mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu. Sementara Mingyu kedapur untuk menyeduh teh lemon hangat.
Lima menit kemudian, keduanya duduk bersebelahan di sofa, dengan seteko kecil teh lemon panas dan dua cangkir, serta setoples kukis vanila.
Keadaan canggung. Tentu saja, mereka baru bertemu sekali, dan sekarang sudah sedekat ini.
"Jadi, kau akan langsung istirahat atau meneruskan cerita mu?" Tanya Mingyu hati-hati, ia tahu mood Wonwoo sedang tidak baik.
Wonwoo menghela nafas berat. Ia memejamkan matanya. Dan detik berikutnya menyandarkan kepalanya di bahu Mingyu.
"I feel worse, Mingyu." Lirih Wonwoo sendu.
Ming bergerak merangkul Wonwoo, melingkari bahu pemuda itu dan menenangkan nya dengan usapan di lengan atasnya.
"Aku akan mendengar kan mu, Wonwoo. Jangan menahannya sendirian." Balas Mingyu, menatap Wonwoo lembut. Mingyu tak pernah melihat tatapan sepilu yang Wonwoo miliki saat ini, dan itu membuat Mingyu ikut merasa sesak.
Seberapa menyakitkan nya luka yang di tanggung Wonwoo?
Wonwoo menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya.
"Sebenarnya, aku tidak tahu bagaimana menyebut keadaan ku saat ini." Wonwoo menerawang. Menyusuri ingatannya.
Mingyu menaikkan sebelah alisnya, menunggu kalimat Wonwoo berikutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy and the Gang of Cherry (MEANIE FANFICTION)
Acak. . . . Mingyu dikenal sebagai 'playboy' menggeluti dunia peran dewasa sejak usianya menginjak angka dua puluh. Awalnya, dia hanya mengikuti obsesi gila kakak nya yang seorang produser film. Dan berakhir bertemu dengan Wonwoo, sebagai lawan mainnya...