Lorong yang diapit dua dinding putih itu terasa hening. Selain karena waktu menunjukkan pukul dini hari, juga karena itu adalah lorong rumah sakit.
Di dekat ruang gawat darurat, Mingyu mendudukkan dirinya pada kursi-kursi tunggu yang kosong. Sementara Yunho pergi untuk menerima telepon dan mengurus administrasi.
Mingyu memejamkan matanya sejenak. Mengistirahatkan dirinya sebentar. Matanya terasa sangat berat, tapi ia sama sekali tak bisa tidur.
"Namamu Mingyu, kan?" Tanya Yunho, dia baru kembali dari urusan nya.
Mingyu mendongak, lalu mengangguk. Mulutnya terasa kelu karena fikiran nya sedang tak menentu.
"Kau pulanglah, aku tahu kau lelah." Yunho meraih tangan Mingyu, lalu meletakkan beberapa lembar uang di genggamannya.
"Untuk ongkos taksi." Gumam Yunho kemudian. Mingyu mengernyit.
"Tapi Wonwoo-" ucapan Mingyu terpotong oleh gelengan Yunho.
"Aku akan menjaganya, kau harus mengurus dirimu juga, Mingyu." Yunho melirik bayangan Mingyu di kaca jendela ruang rawat Wonwoo.
Membuat Mingyu mengikuti arah pandangnya, dan Mingyu menemukan dirinya sangat kacau. Rambutnya berantakan dan wajahnya terlihat sangat lesu.
Akhirnya, Mingyu mengangguk. "Baiklah, aku permisi dulu." Mingyu membungkuk hormat lalu meninggalkan lorong itu.
Meninggalkan Yunho yang hanya menatap punggungnya lalu duduk kembali di kursi-kursi lobi.
🌸🌸🌸
*Seminggu kemudian*
"Kau sudah minum obat mu?" Tanya Mingyu, masuk kedalam ruang rawat Wonwoo dan menemukan pacarnya itu sedang duduk bersandar.
Wonwoo mengangguk. "Aku mau pulang." Gumamnya. Sementara Mingyu hanya membalasnya dengan senyuman.
"Nanti kita pulang, kalau kau sudah benar-benar sehat." Ucap Mingyu kemudian.
Wonwoo mendengus. Sebenarnya, tubuh Wonwoo sudah pulih. Dokter bilang dia hanya sangat kelelahan dan syok. Perawatan selama seminggu sudah cukup sebenarnya, tapi Yunho bersikeras agar anaknya dirawat lebih lama.
Yunho sendiri punya alasan, setidaknya Wonwoo akan aman di rumah sakit. Banyak yang menjaganya, sementara Yunho akhir-akhir ini sibuk mengurusi pekerjaan dan juga tuntutan nya. Ya, Yunho membayar pengacara untuk kasus menghilang nya Wonwoo, atas tuduhan penculikan dan penyekapan.
Sementara Mingyu sendiri, tidak bisa melakukan apa-apa bahkan saat kakaknya ikut terseret. Dia memilih menjaga Wonwoo di rumah sakit, siang maupun malam.
"Mingyu, bagaimana kalau Kakak mu-" belum sempat Wonwoo menyelesaikan kata-katanya, Mingyu sudah lebih dulu menggeleng.
"Itu bukan masalah, Wonwoo. Apapun yang akan menimpanya, itu pasti setimpal dengan perbuatannya." Ucap Mingyu kemudian. Bukannya kejam, tapi mau bagaimana lagi. Masalah ini sudah dibawah ke ranah hukum, sudah terlanjur. Dan Yunho sama sekali tidak ada niatan untuk membatalkan gugatan nya.
Tapi yang jadi masalah bagi Mingyu sekarang adalah, bagaimana cara mengembalikan Wonwoo yang dulu? Wonwoo saat ini terlihat agak menghindari nya. Wonwoo juga terlihat sering melamun.
Mingyu menghela nafas. Dia lalu merogoh saku dalam jaketnya, mengeluarkan dua buku kecil tipis serta dua lembar tiket pesawat.
"Bagaimana?" Mingyu menyodorkannya kehadapan Wonwoo.
Pemuda itu mengernyit bingung. "Apanya?"
Mingyu tersenyum. "Bagaimana kalau kita liburan? Jeju?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy and the Gang of Cherry (MEANIE FANFICTION)
Acak. . . . Mingyu dikenal sebagai 'playboy' menggeluti dunia peran dewasa sejak usianya menginjak angka dua puluh. Awalnya, dia hanya mengikuti obsesi gila kakak nya yang seorang produser film. Dan berakhir bertemu dengan Wonwoo, sebagai lawan mainnya...