Akhir juni tahun kedua.
Berbicara tentang "pernah", bagiku seperti membidik anak panah pada pohon jagung.
Bagiku, diriku adalah aku, dia adalah dia, mereka adalah mereka, dan kau adalah seseorang yang tengah mengisi kekosongan hati ini.
Aku memang menyayangi mu, bahkan mencintai mu, tapi tentang bagaimana keinginan ku adalah urusanku.
Tugasku hanyalah menjaga hatiku untuk terus melabuhkan rasa padamu, dan tugasmu adalah menikmati rasanya disayangi hingga tak perlu membalasnya.
"Maaf" kata yang mungkin akan terucap dari mulutku saat berkata jujur.
Kejujuranku hanya akan membuatmu terperangah kaget. Bagaimana tidak, karna semuanya berisi tentang perihal mencintaimu.
Katakan saja aku aneh, aneh dari setiap kelakuanku, cara mencintaiku, dan cara membiarkanmu tidak membalas perasaanku.
Aku bukan tak ingin kau ada untukku, hanya saja aku tau jika keinginan tersebut hanya ilusi alam bawah sadar ku.
Entahlah, terkadang aku merasa heran dengan konflik hati, otak, dan mulut.
Mereka saling beradu argumen hanya untuk menyampaikan sebuah kata.
Saat hati ingin berkata "aku rindu", saat itu juga otak berfikir agar aku dapat menahan diri untuk tidak mengutarakan 2 kata itu, dan akhirnya mulut ku hanya mampu berbicara "hay" dengan kelu.
Setiap sapaan yang tak di jawab olehmu, aku seperti menyesal sudah menyapamu, meski akhirnya selalu kuulangi penyesalan itu.
Bukan tentang hatimu, tapi tentang balasanmu. Bukan tentang tabiat mu, tapi tentang kesabaranku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Senja
RomanceSedikit experience, sekedar curahan dan quotes-quotes pengalaman. Perjalanan kenangan luka lara