Melupakan? Hal yang tak mungkin bisa dilakukan manusia, kecuali dia memang amnesia dan kehilangan seluruh memori otaknya.
Aku tak melupakan kejadian kemarin, tapi aku menerima peristiwa kemarin.
Malam ini, dimana keramaian jauh dari tempat ini, aku berusaha mengajak ratusan bintang untuk berbicara tentang kau.
Mulai dari hal kecil seperti bertanya dia sedang apa, hingga hal yang cukup luas dengan bertanya "adakah wanita yang tengah singgah dihatinya?" Yang kuharap jawaban nya "tidak".
Jawaban itu hanya khayalan alam bawah sadarku saja, karna aku sendiri bukan paranormal yang mengetahui segala isi fikiran bahkan hatimu.
Tapi setidaknya aku pernah belajar beberapa bahasa tubuh, jadi aku tau saat kau nyaman dan risih.
Entah pada dasarnya wajahmu yang terlalu polos kumengerti atau memang kau pandai berakting?
Karna setiap melihat pergerakanmu, selalu saja ada perbedaan yang sulit ku mengerti.
Aku benci dengan orang yang berkepribadian ganda, dan ku harap, kau bukan salah satunya.
Ah ya, aku masih sibuk bercerita dengan para bintang-bintang malam ini.
Bodoh memang, mengajak bintang berbicara yang sudah pasti tak akan menjawab.
Ya aku tau ini hal bodoh, karna itu aku memilih diam disini ditempat yang menurutku aman.
Dibawah sinar rembulan dengan hamparan tulip yang tengah mekar dengan sempurna, aku berjanji untuk tetap mencintaimu sampai kau yang menyuruhku untuk pergi.
Ku katakan pada sang rembulan "hey bulan, aku disini berjanji untuk tetap mencintainya meski dalam diam, dan aku takan terlalu kecewa dengan segala keputusan dia, karna ini jalanku. Tolong bisikkan padanya untuk membalas janji jari kelingking ini"
Diluar dugaanku, aku yang tengah menunjukan janji jari kelingking pada langit sembari menutup mata, ada yang membalas kaitan jariku.
Kaget? Ya itu sangat, dan aku ragu untuk membuka mataku, takut jika hal di depanku bukanlah manusia.
Seketika aku merinding, tapi kurasakan aroma tubuh nya sangat aku kenali, bahkan ini aroma canduku.
Dengan sedikit keberanian, saat ku buka mata ternyata itu dirimu.
Ya, kamu yang sedari tadi aku bicarakan pada bintang, kamu yang sedari tadi aku janjikan pada bulan.
Hal pertama yang ku lakukan adalah memastikan ini benar kau, manusia sempurna yang selalu berlari-lari di fikiranku, pria tampan yang hatinya selalu ku kejar untuk kudapatkan cintanya.
Dan ya, ini adalah kamu, kamu yang mengisi ruang kosong dihatiku.
Malu? Sangat, entah sejak kapan kau ada disini mendengarkan semua percakapanku dengan para bintang dan sang rembulan.
Sebenarnya aku ingin merutuki diriku, tapi hatiku terlalu sibuk menyampaikan terimakasih pada sang rembulan.
Mata itu, mata hitam legam yang sukses menarik perhatian otakku, mata indah yang selalu membuatku berbinar, mata tajam yang selalu menjadi candu bagiku.
Senyum? Kenapa kau tersenyum dengan tulus seperti ini? Aku merasa special jika seperti ini.
Terakhir kali ku lihat senyummu yang bebas saat bersama wanita lain, kini kulihat kau tersenyum tulus padaku.
Apa kau memberikan senyuman seperti ini pada setiap wanita?
Namun otakku terlalu sibuk hanya untuk memikirkan hal itu, otakku dipenuhi bagaimana cara agar aku bisa menyapa mu, karna lidahku terasa kelu.
Lagi dan lagi hanya sebatas "hay" yang mampu keluar dari mulutku.
Renyah? Ya, tawamu begitu renyah seolah sapaanku adalah hal paling konyol yang pernah kau dengar.
Tapi aku senang karna bisa melihatmu tanpa jarak.
Terima kasih bulan, bintang. Karna kalian aku kini berdua dengan dia disini, disaksikan oleh kalian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Senja
RomanceSedikit experience, sekedar curahan dan quotes-quotes pengalaman. Perjalanan kenangan luka lara