Hari Kamis, dimana semua hal terasa manis bagi Mira. Ia bersenandung ria melewati koridor kelas XI. Pagi yang cerah untuk bersekolah, batin Mira. Matanya menjelajah setiap inci bagian sekolah pagi ini sampai pandangannya teralih pada papan mading yang dipenuhi dengan semacam poster? Ah, bukan. Itu bukan poster. Lalu, pengumuman? Tidak juga.
Tunggu, ada gambar muka perempuan yang tidak asing bagi Mira. Ia berjalan mendekat untuk melihat dengan jelas apa yang sebenarnya tertempel disana.
Mira membungkam mulutnya, ia terkejut. Bagaimana bisa kabar miring ini tertempel di mading? Siapa yang menjadi dalang atas semua ini?
Berita miring ini tidak boleh tersebar, Mira harus menindak lanjuti secepat mungkin. Ia menoleh ke sekitarnya untuk memperhatikan apakah ada orang yang melihat atau tidak. Setelah dirasa aman, Mira segera merobek begitu banyak kertas HVS yang bergambarkan wajah perempuan dan kata-kata tidak senonoh yang tidak pantas diucapkan oleh anak remaja.
Ia bergerak cepat kemudian membawa semua kertas selebaran itu ke dalam kelasnya. Dirinya kemudian berlari memasuki kelas dengan nafas tak terkontrol.
"Lo dalam bahaya Sar!" Mira berkata dengan panik didepan Sara.
Sara melirik tumpukan selebaran kertas yang bergambar wajahnya dan kata-kata yang tidak senonoh.
"Maksud lo?"
Mira mendudukan dirinya di kursi samping Sara. Ia menceritakan kronologis kejadian yang ia alami pagi ini.
Sara tertegun mendengar semua cerita Mira. Ia tidak menyangka hal sepele ini malah menjadi malapetaka bagi dirinya sendiri. Ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang.
"Gue siap bantu lo, Sar!" Mira menggenggam tangan Sara untuk memberi kekuatan. Sara mengangguk meng-iyakan.
***
Teriakan heboh menggema diseluruh sudut kantin. Sedang ada gosip yang benar-benar panas hari ini. Semua siswa maupun siswi SMA NIRWANA dibuat tercengang karena video penembakan Aksa terhadap Sara beredar di broadcasting sekolah ini.
Siapa yang tidak heboh karena bintang SMA NIRWANA menembak seorang siswi biasa dan sama sekali tidak hits.
Semuanya melongo, bagaimana bisa Aksa tertarik pada Sara si cewek cupu dan nggak punya seorang ibu? Pake jampi-jampi apa Sara? Dasar perebut pacar orang! Kira-kira seperti itu celotehan-celotehan para emak-emak gosip di SMA NIRWANA.
Rian dan Dandi yang baru memasuki kantin melihat betapa hebohnya kantin siang ini. Mereka berdua segera membuka broadcasting yang ternyata sudah masuk di ponsel sendiri-sendiri.
Keduanya terkejut, berita hoax macam apa ini? Sara dikira jadi orang ketiga antara Aksa dan Elisa? Salah! Ini benar-benar salah!
Disisi lain, Sara dan Mira tidak berani keluar kelas. Mira tahu bahwa Sara tidak mau menjadi bahan hujatan siswa-siswi SMA NIRWANA yang menyangka dirinya sebagai selingkuhan Aksa. Dan bc mengenai Sara? Ah itu sudah tersebar luas.
Mira tak habis pikir dengan dalang yang merancang semua ini. Siapa yang berani-berani membuat berita gila untuk dipamerkan ke se-antero sekolah? Benar-benar tidak punya kerjaan!
"Nggak usah diambil hati." Suara itu tiba-tiba terdengar begitu familiar di telinga Sara.
Sara menoleh, ia mendapati Hendra yang berdiri tepat dibelakangnya. Kedua sama-sama melempar senyum tipis.
"Gue siap bantu lo apapun kondisinya." Hendra menepuk pelan bahu Sara.
"Makasih Hen." Sara membuka mulutnya.
"Sejak kapan lo ada disini hah?" Sinis Mira yang merasa terusik dengan kedatangan Hendra.
"Mira!" Sara mendelikkan kedua matanya.
"Udahlah Sar. Ini semua emang salah gue. Dari dulu gue yang nggak berani ngasih lo status. Mira berhak marah sama gue. Dan saat gue dengar kabar Aksa nembak lo, jujur gue kaget. Tapi gue ingat, kita nggak ada status apa-apa. Jadi lo wajib nerima siapa aja yang nyatain cinta ke lo."
Hendra berhenti berkata. Kemudian ia melanjutkan bicaranya.
"Tapi kalau Aksa berani macam-macam sama lo, aduin ke gue. Gue akan segan-segan ngabisin dia. Dan perkara broadcast hoax itu jangan diambil hati, Sar. Itu cuma pekerjaan orang yang iseng sama kehidupan orang lain. Nggak usah sedih lagi, oke?"
Sara mengangguk sambil menarik kedua ujung bibirnya. Ada suatu saluran kekuatan yang mengisi tubuh Sara saat ini.
Setelah mengatakan itu, Hendra pamit untuk kembali ke kelasnya. Mira terheran-heran, tadi nyelonong sekarang malah main kabur. Aneh banget!
***
Bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Teriakan 'hore' dan 'yes' terucap hampir dimulut semua siswa-siswi SMA NIRWANA. Dengan cepatnya mereka berhamburan keluar kelas untuk segera pulang.
Tadi Mira pulang duluan, ia di telfon mamanya untuk segera pulang. Sedangkan Sara, ia harus menunggu semua teman-temannya pulang dahulu kemudian dia akan baru pulang.
Aksa berjalan mendekati Sara. Ia melihat raut kecemasan tergambar jelas diwajah Sara.
"Ayo pulang."
"Nggak! Nunggu sepi dulu."
"Gue laper nih. Cepetan ayo pulang."
"No! Gue bisa pulang sendiri."
"No! Kita kan pacaran."
"Kita cuma pacaran pur-" Aksa membekap mulut Sara yang hampir keceplosan itu. Sara juga lupa jika ini hanya sandiwara.
Sara melepaskan bekapan tangan Aksa yang menutupi mulut kecilnya itu. Semua hal yang dilakukan Aksa biasa saja, tapi mengapa Sara selalu salah tingkah dibuatnya.
Keduanya berjalan beriringan menuju parkiran motor. Tak ada yang berani membuka percakapan diantara keduanya.
Hening. Hanya satu kata itu yang dapat menggambarkan suasana diantara Aksa dan Sara untuk saat ini.
Padahal hanya sandiwara, mengapa semua terasa begitu nyata?
-TBC