Tiga puluh

200 10 0
                                    

"Kita harus bekerja sama dengan perusahaan itu! Agar perusahaan kita bisa diperluas dan dikenal banyak orang. Aku pikir kau harus melakukan nya, Direktur Kim".

Pria itu terdengar sedikit emosi. Dia menatap semua orang di ruang rapat dengan tatapan amarah. Ntah apa yang membuatnya begitu ingin memarahi semua anggota rapat.

Namun, tentu saja sasaran nya adalah Direktur Kim, pria kisaran 35-40 tahun itu berkerja sebagai direktur di Perusahaan Daetim. Perusahaan kecil yang berdiri selama 5 tahun itu masih belum juga sukses. Sangat sedikit kerja sama yang di lakukan oleh perusahaan itu.

Pria itu duduk sambil menoleh ke arah atasan nya yang masih saja memarahi nya. Dengan tatapan sayu, pria itu masih mencoba tegar.

"Direktur kim!"

"I-iya?"

Atasan nya menatap dengan tegas. Matanya menyorot tajam ke pria tua bermarga Kim itu.

"Lakukan apapun agar kita bisa bekerja sama dengan Daesang Group. Imi satu-satunya nya cara". Tatapnya dengan sedikit harapan.

Pria itu menunduk, lalu menegakkan kepalanya.

"Aku akan melakukan nya".

Segera atasan nya mengakhiri rapat itu.

Direktur Kim masih mengambil dokumen-dokumen penting. Dengan gerakan cepat, dia keluar dari ruang rapat itu. Dia berjalan menyusuri lorong yang dipenuhi dengan karyawan baru. Sesekali dia melirik ke arah dinding. Berusaha menyembunyikan kecemasan nya.

Sebenarnya ini belum waktunya untuk kembali ke rumah, namun Direktur Kim sudah bersiap-siap untuk pulang. Dia mengambil dokumen tadi dan memasukkan ke dalam tas. Hatinya menekan nya terlalu keras, sehingga dia hanya memikirkan kerja sama itu.

Dia keluar dari ruangan. Berjalan cepat. Berusaha agar tidak ada yang melihatnya, sayangnya mata para karyawan tak pernah lepas dari pandangan Direktur Kim. Tak memperdulikannya, ia terus saja berjalan.

Pria itu berhasil keluar. Segera ia membuka pintu mobil dan masuk ke dalam tergesa-gesa. Dia melajukan mobil nya.

Dia terlihat sangat cemas. Ntahlah, mungkin dia memikirkan kerja sama itu? Tapi, bukankah itu hal kecil? Jika di dia mengajak ketua dari Daesang Group untuk bekerja sama, itu semua akan baik-baik saja.

Ia berhenti di sebuah rumah. Rumah yang besar, layaknya orang kaya. Taman yang terawat, cat yang sangat mendominasi, ada sebuah lapangan berukuran sedang yang sepertinya khusus dibuat untuk anak lelakinya agar bisa bermain bola dengan bebas. Dia melangkah ke rumah itu. Membunyikan bel rumah. Sesuai dugaan, seseorang membuka pintu dan dia menebaknya, bahwa itu adalah pembantu rumah ini. Wanita paruh baya itu memberi senyuman pada pria di hadapan nya.

"Anda siapa?". Tanyanya dengan ramah. Suk bum memberi senyuman Juga pada wanita itu.

"Aku ingin mencari Ketua Lee. Apa dia ada di rumah?".

"Oh, apa anda karyawan nya?".

"Bukan, aku Kim Suk Bum, dari Daetim Group. Aku ada urusan dengan nya. Bisa kau panggilkan dia?".

Wanita itu mengangguk paham. Segera ia menyuruh Suk Bum untuk masuk dan duduk di ruang tamu nan mewah itu. Bisa dirasakan perbedaan antara rumahnya dengan rumah Ketua Lee. Di sini sangat sejuk. Dengan banyak hiasan foto. Sementara pembantu nya pergi memanggil Ketua Lee, dia sempatkan untuk berjalan-jalan mengitari rumah itu. Dilihatnya, ada banyak lukisan, souvenir, rumahnya yang dominan putih itu membuat suasana menjadi ceria dan hangat.

You or my Fans Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang